13. Wedding invitation

6.9K 297 8
                                    


~Tersenyum tertawa meski banyak rasa yang terpendam.~

🍂

Pagi ini Seana sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia memakai beberapa skincare, menyisir rambut, dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Terakhir, memakai sepatu putihnya lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Di meja makan hanya ada Raden yang tengah sarapan dengan santainya. Satu kakinya di angkat ke kursi.

"Woy, lo gak sopan banget, turunin kaki lo." Seana menendang kaki Raden agar turun.

"Shh, swakit anjweng." Raden meringis dengan mulut penuh makanan.

"Bodoamat." Seana duduk dan mulai menyantap makanannya.

"Punya dendam apa lo sama gue. Perasaan gue dinistain mulu."

"Nggak ada, emang muka lo tuh enak di nistain." sahut Seana dengan santai.

"Sialan, awas ya, lo!"

"Udah ah, ayo berangkat. Keburu telat nanti."

Akhirnya mereka menghentikan adu mulutnya dan segera berangkat sekolah.

🍂

Sampai di parkiran sekolah, mereka keluar dari dalam mobil. berjalan beriringan melewati koridor.

Semua siswa dan siswi menatap ke arahnya. Banyak murid yang membicarakan mereka. Ada yang memuji, menatap iri, kagum.

"Siapa tuh? Ganteng banget."

"Cih kegatelan. Kemaren bareng Kak Gara, Kak Gema sekarang sama cowok lain."

"Maruk amat tuh, si Sea."

"Cowoknya apa gimana?"

"Ganteng banget anjir."

"Murid baru?"

Seana mulai risih dengan tatapan dan ucapan  orang-orang.
Sedangkan Raden stay cool.

"Ehem, berasa artis gue. Tuh banyak yang liatin." celetuk Raden seraya mengedipkan sebelah matanya ke salah satu siswi. Membuat siswi itu memekik.

"Gue emang ganteng sih. Jadi gak heran." Lanjutnya seraya menyibak rambutnya ke belakang.

Seana mendengus. "Narsis lo." ucapnya kemudian meninggalkan Raden.

"Woy tungguin." Raden segera menyusul langkah Seana.

"Kelas lo di mana?" tanya Seana tanpa menghentikan langkahnya.

Raden mengedikkan bahunya tanda tidak tau. "Nggak tau gue. Ruang kepsek dimana?"

"Lurus aja sampe mentok, belok kiri ntar ada papan tulisannya di atas pintu. Perlu gue anterin nggak?" Seana menjelaskan arah ke ruang kepala sekolah.

Raden menggelengkan kepalanya. "Gak usah."

Raden mengacak gemas rambut Seana. Membuat beberapa siswi yang melihatnya memekik tertahan.

Seana menepis tangan lelaki itu. "Ck, kebiasaan lo. Udah sana!"

Raden mengangguk kemudian berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sedangkan Seana berjalan menuju kelas.

"Njir, cowok yang berangkat sama lo tadi siapa, Sea? Cowok lo?" tanya Violetta bertubi-tubi saat Seana baru sampai di kelas.

"Gue belum pernah liat dia." sahut Stella seraya mengguncangkan bahu Seana.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang