33. Centil

5.6K 271 6
                                    


~ Simpan sendiri masalahmu. Karena, gak semua orang mau mendengar keluh kesah mu.~

🍂

"Tuh cabe nggak ada kapoknya." Ujar Aksa saat melihat Glencia berjalan menghampiri inti Asegar yang berada di parkiran sekolah.

"Ck, males banget. Udah dikasih pelajaran masih aja berani." Dengus Alora.

"Shut, orangnya udah deket." Stella menabok pelan lengan Alora.

"Hay semua." Sapa Glencia dengan senyum polos andalannya.

Krik krik

"Cih sok polos." Gumam Seana.

Glencia mendekat kearah Tenggara. "Ehem, Kak aku boleh nebeng nggak? Boleh dong, ya?"

"Ada sopir, kan?" Seana berujar sinis.

"Supir aku lagi nganterin Mama belanja."

"Taksi banyak, di halte depan ada bus. Nggak punya uang?"

"Ish, aku nggak nanya kamu, ya." Karena kesal, Glencia mendorong kuat bahu Seana hingga Sang Empu terhuyung ke belakang, untung dengan sigap Tenggara menahan tubuh Seana.

Tenggara menatap tajam Glencia. "Punya nyawa berapa lo sampe berani sentuh Sea?" Desisnya dan mendorong Glencia sampai gadis itu menabrak salah satu motor yang masih terparkir di sana.

"Awh sakit, Kak."

Tenggara tersenyum miring. "Peduli?"

"Pftt, kasian." Tawa Violetta meledak diikuti yang lainnya.

"Urat malunya kemana, Mbak?" Sinis Stella.

"Gatel banget, Mbak? Sini gue garukin."

Glencia tidak terima. Dia mendekat dan menampar pipi Seana hingga wajah gadis itu ter toleh ke samping.

"Bangsat!"

Tenggara kembali mendorong Glencia, kali ini tidak terlalu kasar namun mampu membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

"Gue nggak mandang lo cewek ataupun cowok. Lo udah berani sentuh milik gue, itu artinya lo berurusan sama gue!"

"Nggak cuma Gara, tapi Asegar." Tubuh Glencia menegang mendengar suara Regan.

Yang dia tau, Asegar adalah geng terkuat yang paling dihindari orang-orang.

"Mending lo pergi sekarang. Daripada Gara makin emosi." Ucap Gema merasa kasihan melihat Glencia yang menangis sesenggukan.

Malu, marah dan takut itu yang dirasakan Glencia. Gadis itu segera berlari pergi.

"Shit." Umpat Tenggara melihat pipi Seana memerah dan terdapat jejak jari di sana. Tenggara menarik tangan Seana untuk duduk.

"Es batu." Gema yang peka langsung pergi menuju ke kantin.

"Dia siapa sih? Centil banget jadi cewek."

"Murid baru, Se. Baru kemarin sekolah udah songong." Jawab Alora.

"Murid baru aja centil banget."

"Polos-polos bangsat njir. Kesel gue kalo liat mukanya." Ujar Violetta menggebu-gebu. Regan mengelus punggung perempuan itu, menenangkan.

"Nih, Bos." Gema menyodorkan cup berisi potongan es batu.

"Thanks."

"Awh, pelan bisa?!" Seana menatap sinis Tenggara yang tengah mengompres pipinya.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang