52. Bunga terakhir (END)

9.3K 280 59
                                    


~Final chapter nya, semua orang nyakitin!"

🍂


Dua hari setelah kepergian Tenggara, suasana duka masih terasa. Seana, perempuan itu mengurung dirinya di kamar. Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke 17, sweet seventeen. Tetapi perempuan itu seperti tidak punya semangat hidup.

Ceklek

Raden masuk ke dalam kamar Seana dengan nanpan berisi makanan di tangannya.

"Makan dulu, Se. Lo belum makan dari kemarin." Raden dengan sabar mengurusi Seana. Bahkan dia menginap di rumah Tenggara dan Seana bersama kedua orang tuanya.

"Gue nggak laper." Ucap Seana tanpa menoleh.

Raden menatap prihatin Seana yang berantakan, yang membuat hatinya ikut berdenyut nyeri adalah sebuah foto di pelukannya, foto Tenggara bersama Seana.

"Makan dulu, Gara nggak suka cewek keras kepala."

Seana akhirnya mengangguk. Raden mulai menyuapi Seana.

"Udah!"

"Lo baru tiga sendok, lagi!"

Seana menggeleng. "Gue nggak mau!"

Raden menghela napasnya, lelaki itu mengambil segelas air putih dan membantu Seana minum.

"Minum dulu." Seana menurut.

"Raden."

Raden yang tengah meletakkan gelas ke nakas menoleh. "Kenapa?"

"Tolong! Tolong kembaliin Kak Gara!"

Hati Raden mencelos mendengar permohonan Seana.

"Gue nggak mau kehilangan dia, Raden." Kedua mata Seana berkaca-kaca.

Raden memeluk Seana. "Gue bukan Tuhan, Se. Semua udah diatur sama Tuhan. Dan waktu Gara di dunia udah habis."

"Tugas lo di sini, lupain Tenggara. Bahagia!"

Seana menggeleng lirih. "Gue nggak bisa."

"Bukan nggak bisa tapi belum. Suatu hari nanti, lo akan berada di titik dimana lo udah ikhlasin Tenggara dan terbiasa tanpa adanya dia."

"Lo hanya perlu ruang dan waktu. Gue yakin lo bisa lewatin ini semua, Se."

Raden terus mengucapkan kalimat penenang dan penguat untuk Seana. Lelaki itu tidak tega melihat adiknya menangis setiap malam.

🍂

Tepat pukul 12 malam, Seana terbangun dari tidurnya.

Dia melirik jam dinding kemudian menatap sampingnya.

"Aku kangen, Kak. Biasanya kamu tidur di sini." Seana mengelus kasur di sampingnya.

Ceklek

"Kak Gara?" Seana langsung bangkit dan berjalan mendekati lelaki itu dan memeluknya.

"Kak, aku kangen banget sama kamu."

"Sea hey, gue Gema bukan Gara!"

"Nggak ini Kak Gara."

"Sea liat gue, gue Gema!"

Seana mendongak. Kecewaan tergambar di kedua matanya. Benar, lelaki itu bukan Tenggara melainkan Gema.

"Tadi Kak Gara disini."

Gema menuntun Seana masuk ke dalam kamar. "Gara nggak ada di sini, dia udah tenang di atas sana."

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang