🔪 Prolog

3.7K 347 196
                                    

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

London, 15.00 AM.

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara langkah sepatu terdengar saling bersahutan dikoridor yang sepi itu.

Lebih dari sepuluh orang dengan seragam khusus, berbaris rapih didepan pintu kaca yang masih tertutup rapat.

"Attention! The twenty-fifth aiming practice is about to start, please put on your speAttentioncial equipment soon. (Perhatian! Latihan membidik ke dua puluh lima akan segera dimulai, mohon segera gunakan perlengkapan khusus anda.)"

Suara pemberitahuan dari speaker terdengar, bersamaan dengan terbukanya pintu kaca itu.

Mereka masuk bersama, lalu berhambur untuk memakai perlengkapan yang sudah disediakan. Setelahnya semua bersedia di posisi masing-masing yang hanya berbataskan pilar kaca.

Masing-masing mulai mengambil posisi. Termasuk seorang berkuncir kuda di pojok ruangan sana yang sibuk memasukan peluru ke dalam senapan.

"Shut, Valeska!"

Valeska melirik ke kanan, seorang pria dengan seragam yang sama mengepalkan tangan kirinya ke atas. Memberi semangat.

Gadis itu menanggapi dengan senyuman kecil. Taklama setelah itu suara peluit terdengar bersamaan dengan keluarnya satu buah apel dari sebuah kotak di depan mereka masing-masing.

"You have one minute to crack the apple. Starting from now. (Waktu kalian satu menit, untuk memecahkan apel itu. Dimulai dari sekarang!)"

Dengan wajah serius, dia mulai mengarahkan pistolnya ke depan. Kepalanya dimiringkan 45 derajat ke kiri, mata kirinya terpejam dengan mata kanan fokus menatap sebuah apel yang siap di bidik di depan sana.

Perlahan ditariknya pelatuk itu dan tanpa rasa takut melepaskannya dalam hitungan detik.

Dor!

Terdengar suara tembakan yang menggema bersamaan dengan jatuhnya apel yang sudah berlubang.

Senyum miring pun tercetak jelas pada bibir ranum gadis itu.

"Wow, you really are amazing Valeska! (Wah, kamu memang keren Valeska!)" Lelaki tadi- Louis langsung merangkulnya senang.

"Thank you, Louis."

"Okay, how about- (Oke, bagaimana kalau-)"

"Valeska Devries Kendra?"

Ucapan Louis terhenti. Mereka berdua menoleh pada pria paruh baya yang memimpin latihan.

"Yes Sir?"

Sang pelatih menghela napasnya panjang, sebelum memberikan sebuah surat yang telah dibuka.

Valeska menerima surat itu. Membacanya.

"Both of your parents passed away, Valeska. (Kedua orang tua kamu meninggal dunia, Valeska.)"

Saat itu juga, surat itu terlepas dari tangan Valeska.

Pikirannya tiba-tiba berkecamuk, dia hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong.

-TBC-

Gimana nih prolognya?

Seru ga, seru gaaa? Semoga seru deh yaaa hehe

Jangan lupa vote, coment and share, ya guys!

Jangan lupa juga follow Ig aku @alawiyh21 & @storyalawiyh_21

Bgr, 15 Mar 2022

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang