🔪 Thirteen

1K 121 6
                                    

13. Serangan


-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

Valeska mengerutkan dahinya ketika melihat tiga motor dengan satu mobil berhenti tepat di depan bassment apartemen.

"Itu bukannya temen lo?"

Aslan mengangguk.

"Ngapain pada ke sini?"

"Jemput." Aslan berjalan lebih dulu.

Valeska mengernyit, melirik mobil yang ia pikir akan ditumpanginya itu lalu berjalan mengikuti Aslan.

"Bang Aslan!"

Seroang gadis cantik dengan rambut curlynya keluar dari mobil, langsung berhambur memeluk Aslan.

Dia menatap mereka. Terdiam sesaat ketika melihat senyum kecil terbit dibibir lelaki itu dengan tangan membalas pelukan.

Pasalnya, itu senyuman pertama yang Valeska lihat dari Aslan setelah satu minggu mereka tinggal bersama.

Gue pikir nggak bisa senyum, cibir batinnya.

"Hai Sky!"

Valeska menoleh, tersenyum kecil pada Arka dan Dito dan dua pria yang belum pernah Valeska lihat mendekat.

"Hai, Ar.. Arko, ya?"

Dito langsung tertawa, "haha Arko!"

Arka cemberut, "yah, masa lupa? Kan udah kenalan di rumah sakit."

"Sorry," Valeska menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Oke nggak papa. Kenalin gue Arka si paling ganteng!" Tangan lelaki itu terulur dengan senyum seringainya.

Valeska menjabat sebentar, "ah iya, Arka!"

"Kalau sama Dito masih inget' kan?" tanya Dito dengan suara khas anak kecilnya.

Valeska mengangguk, "masih kok."

Derrel dan Helmi berjalan menghampiri. Membuat Valeska melihat mereka.

"Gue Derrel, temen Aslan!" Derrel mengulurkan tangannya.

Valeska menerima uluran tangan itu. "Sky."

Lalu dia melirik pria tinggi asing di samping Derrel.

Helmi yang dilirik menoleh.

"Helmi." kata lelaki itu singkat, sebelum berlalu menuju Aslan.

Valeska hanya mengangguk sebentar, lalu ikut mendekat ke Aslan yang tengah sibuk berbincang. Lebih tepatnya mendengarkan gadis di depannya berbicara.

"Itu kembarang gue, kak. Khanza namanya, nanti kalian kenalan, ya!" seru Dito di belakangnya.

"Kembaran?"

"Ah, orang amnesia juga nggak tahu apa itu kembaran, ya?" Dito menggaruk kepalanya, berfikir cara untuk menjelaskan.

Valeska disamping mengerjap samar. Sebenarnya maksud dia bukan tidak tahu, tapi lebih ke kaget karena menurutnya Dito dan gadis di depan sana tak terlihat mirip sama sekali.

Tapi bagus juga sih kalau ngiranya nggak tahu.

"Emang apa?"

"Jadi kembaran itu orang yang mukanya mirip gitu, tapi gue sama Khanza bukan kembar identik jadi nggak kelihatan mirip," jelas Dito.

"Ah gitu," Valeska hanya mengangguk-anggukan kepalanya, pura-pura mengerti.

"Hai Kak!"

Mereka berdua menoleh. Valeska bersitatap dengan Khanza yang berjalan mendekat bersama Aslan.

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang