🔪 Forty Nine

718 81 21
                                    

49. Persetujuan

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪


Hampir semua anak werewolf kini sudah berkumpul dimarkas atas perintah Aslan.

Dengan tangah bersidekap, juga raut-raut penuh kesal dan amarah, berdiri diam mendengarkan Valeska yang tengah mengakui dan juga menjelaskan semuanya.

Beberapa menit berlalu..

Valeska menghembuskan napasnya, setelah selesai berbicara panjang dalam satu tarikan napas. Kepalanya masih tertunduk, belum mendongak dan melihat reaksi teman-teman Aslan.

"Atas nama Alego, gue minta maaf. Maaf karena berani mengusik sampai menimbulkan masalah sebesar ini. Gue sangat mengerti perasaan kalian yang kehilangan Nial, tapi.. gue harap kalian juga ngerti posisi gue. Teman-teman gue bahkan juga jadi korban dari masalah ini!"

Valeska perlahan mendongalk, menatap puluhan mata yang juga tengah menatapnya. Tangannya lantas meremas erat baju menyadari tatapan mengintimidasi itu.

"Gue pun butuh selesaikan masalah ini, guys, untuk itu gue mohon kasih gue satu kesempatan untuk kerjasama bareng kalian dan ikut memecahkan teka-teki yang tersisa!"

Semua diam, masih bergelut dengan pikiran masing-masing. Membuat Valeska jadi merunduk lagi, tahu tak akan semudah itu untuk diterima kembali.

Derrel yang menyaksikan itu mencuatkan senyumnya diam-diam, dia sudah was-was tadi kala Aslan berkata akan mengumpulakn mereka untuk berdiskusi perihal Valeska.

"Buktiin kalau ini bukan bagian dari sandiwara lo lagi!" ujar Alex, tiba-tiba bersuara.

Semua menoleh pada laki-laki itu termasuk Valeska.

"Justru itu gue mau kerjasama dengan kalian! Agar bisa sekaligus membutikan kalau gue sama sekali nggak terlibat dalam semua rencana Alego!"

"Tapi gimana kita bisa yakin lo nggak macam-macam lagi, hah?" tanya teman Aslan yang lainnya.

Valeska memejamkan matanya. Oke dia tahu ini akan sulit, namun Valeska harus menyelesaikan segala kesalahpahaman yang ada lebih dulu agar dapat mengurus masalah utama.

"Nyawa gue dan teman-teman gue taruhannya. Kalian bisa bunuh atau apa pun gue kalau gue berkhianat lagi! Gue masih sandera kalian di sini, gue nggak bisa berbuat macam-macam!"

"Menurut lo gimana?" tanya Helmi, tertuju pada Aslan yang sedari tadi hanya diam menonton.

Semua anggota ikut menatap Aslan, menunggu keputusan laki-laki itu.

Aslan mendongak, bersitatap dengan teman-temannya yang terlihat penasaran. Lantas mengangkat bahunya.

"Keputusan ada dikalian! Gue nggak mau ada kesalahpahaman lagi kayak kemarin. Udah cukup lo semua sengsara hanya karena sebuah dendam pribadi ini, so, apa pun finalnya gue akan bersikap tegas dan adil! Kita harus buat keputusan bersama!"

Semua tersenyum lega, mengangguk mengerti.

Derrel bisa berdecih kecil di tempatnya. Baru akan bersuara, namun Alex mendului.

"Ya udah dari pada lama, vote aja deh! Yang setuju angkat tangan, yang engga diem aja!" seru Alex yang merasa mereka terlalu buang-buang waktu.

"Gimana?" tanya Aslan meminta persetujuan.

Semua saling tatap dan bisik-bisik. Valeska di tempatnya jadi cemas bukan main, takut-takut banyak yang tidak setuju dengan keikutsertaannya.

"Lama lo pada, buruan yang setuju angkat tangan!" suruh Alex. Perlahan mengangkat tangannya.

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang