50. Sulutan Emosi
Disclaimer:
Di sini akan banyak umpatan kasar tanpa sensor, so, mohon bijak dalam membaca🙏🏻-Happy Reading!-
🔪
🔪
🔪Decakan terus keluar dari mulut Derrel yang terus berusaha menghubungi nomor Alego.
"Maaf nomor yang ands tuju-"
"Ck, sial!" Derrel embali mematikan sambungan. "kemana sih tuh anak? Apa dia juga luka parah, ya?"
Jika benar, ini bisa lebih gawat.
Situasi sudah genting ditambah Alego yang tak diketahui keberadaannya membuat Derrel tentu ketar-ketir. Khawatir Aslan dan yang lain lebih dulu tahu tentang dirinya.
Derrel berada dalam posisi berbahaya sekarang. Apalagi, Valeska kini sudah ikut bergabung. Bukan tak ayal semua akan menjadi lebih mudah dan cepat.
"Sial!" umpatnya, entah sudah yang keberapa kali.
Derrel tentu tak akan membiarkan hal itu terjadi.
Enak saja dia yang harus menanggung semuanya duluan!
Bagaimana pun juga, semua tak akan seperti ini jika laki-laki psikopat itu tak terlalu nekat. Lihat sekarang? Karena ulahnya, Valeska bukannya dibenci justru malah diberi kesempatan untuk bergabung.
"Al, sumpah gue bunuh lo kalau sampai yang kali ini enggak diangkat juga!" Derrel menunggu sembari menggigit kuku, cemas.
Dia memejamkan matanya saat lagi-lagi nomor Alego tak aktif. Sekuat mungkin menahan emosi.
Baru akan membanting ponselnya ke tanah, dering yang berbunyi membuat Derrel urung dan gerak cepat melihat siapa yang menelepon.
Lantas mendengus saat tahu itu nomor tak dikenal. Derrel hanya mendiamkan.
Sekali, dua kali dia biarkan hingga nomor itu terus saja berusaha menelepon membuat Derrel berdecak.
"Hallo?!" sapanya dengan nada tinggi.
"Rel, ini gue Alego!"
Derrel sontak menegakkan tubuh. "Al, ini lo?"
"Iya, ini gue!"
"Bangsat, lo ke mana aja, anj?! Di mana lo sekarang, hah?!" Langsung mengeluarkan segala umpatannya pada laki-laki itu.
"Ck, kenapa sih lo? Tenang dulu dong, pengang kuping gue!"
"Mana bisa gue tenang di situasi kayak gini, hah?!"
"Gue baru siuman semalam, Rel. Ini badan gue juga masih pada sakit!"
"Suruh siapa lo ngelakuin tindakan bodoh itu, sialan?!" maki Derrel, masih kelewat kesal.
Membuat Alego diseberang sana menghela napas jengah. Bukan itu maksud tujuannya menelpon Derrel sekarang.
"Udah skip dulu yang itu! Sekarang kasih tau gue, gimana keadaan Khanza? Gadis itu masih hidup atau udah mati?"
Derrel menyugar rambutnya ke belakang. "Khanza koma. Nggak ada yang tau kapan dia sadar!"
Alego sontak menghela napas lega. "syukur deh, gue udah takut aja tuh cewek nggak kenapa-kenapa dan berakhir beberin semuanya!"
Derrel yang baru akan meredam emosinya sontak terkekeh sinis.
Bisa-bisanya laki-laki itu mengucap syukur disaat dia sedang frustasi sekarang?!
"Syukur lo bilang?" Derrel membasahi bibirnya yang terasa kering. "heh, lo tau nggak gara-gara ulah lo itu, adik lo sama Aslan kerjasama sekarang! Ah, ralat. Tapi Valeska dan anak-anak werewolf! Mereka kasih satu kesempatan lagi ke cewek itu untuk bantu selidiki kasus ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISI (END)
Mystery / ThrillerMereka bilang jangan berani menyentuh semua yang menjadi hak panten Werewolf. Baik itu barang, wilayah kekuasaan atau yang lebih parah menyentuh para anggotanya. Bila satu dari ketiga hal itu dilanggar, bukan hanya sekedar wejangan namun siksaan yan...