🔪 Forty Four

731 85 14
                                    

44. Yang seharusnya


"Kukira hanya dengan saling asing rasa itu akan memudar. Nyatanya tidak. Justru semakin terlihat jelas hingga nyaris tak dapat disembunyikan."

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

Hanura diam diambang pintu melihat Alego sudah ada didepan kelasnya dengan membawa satu berkas di tangan.

Itu pasti surat-surat mengenai permohonan berhenti kuliahnya.

Kalau tidak salah, seharusnya beberapa hari lagi Alego akan meninggalkan kota Jakarta. Meninggalkan semua masalah yang seharusnya dia selesaikan.

"Han,"

Hanura melengos, tak berminat membalas sapaan itu.

Alego yang melihat sikap itu sontak mengerutkan dahinya.

"Hei," Diraihnya tangan gadis itu, membuat Hanura menoleh. "kenapa sih?" tanyanya.

"Mau apa, Al?" tanya balik Hanura.

"Lo udah baca pesan gue semalam, kan? Pastiin udah prepare dari sekarang, ya? Kita berangkat-"

"Aku nggak bilang aku ikut."

Alego menatap Hanura, mengeluarkan raut wajah tak suka. "lo akan ikut, Han. Gue udah pesan tiket buat kita!"

Hanura sontak menggeleng, "kamu berhak atur-atur aku. Tiketnya batalin aja."

"Lo kenapa sih?" tanya Alego yang merasa Hanura berbeda hari ini.

Hanura terdiam. Raut wajahnya dingin.

Ingin sekali mengatakan yang sebenarnya. Tetang betapa dia membenci Alego. Sangat-sangat benci laki-laki psikopat, egois dan tidak punya hati hingga tega mengorbankan adiknya sendiri.

"Kenapa?!" Suara Alego naik satu oktaf.

Hanura memejamkan matanya sebentar, lalau memberanikan diri bersitatap dengan Alego.

"Al, aku mau kita putus."

Akhirnya, setelah sekian lama Hanura berani mengatakan hal itu.

Alego sontak membelalakan matanya kaget. Dia langsung menarim tangan Hanura menjauh dari kawasan prodi.

"Al, sakit! Lepasin!"

Alego tak peduli, terus menarik Hanura hingga tiba dikoridor yang cukup sepi.

Alego dengan kesal mendorong Hanura, hingga membuat gadis itu membentur tiang.

"Shht!" ringisnya langsung. Merasaka perih dipunggung.

"Ulang yang lo bilang barusan!"

Hanura mendongak, menatap Alego tanpa raaa takut. "aku. Mau. Kita. Putus sekarang juga!" tekannya.

"Nggak akan!" balas Alego. Sorot matanya menajam. "Lo nggak berhak putusin gue!"

"Aku jelas punya hak!"

"Lo kenapa sih? Gue ada salah sama lo?"

Hanura nyaris berdecih. Laki-laki itu tidak sadarkah sudah berapa banyak kesalahannya?

"Kapan sih kamu nggak buat salah? Aku udah muak sama hubungan toxic ini! Aku udah nggak kuat, aku mau akhiri semuanya!"

"Lo bercanda, kan? Gue tau lo secinta apa sama gue!"

"Ada muka aku kelihatan bercanda, hah?"

Alego terdiam. Tangannya terkepal erat menyadari Hanura menatapnya dengan sorot berbeda.

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang