🔪 Thirty Seven

720 87 26
                                    

Ini gatau ya, lagunya pas sama bab ini atau engga, but klo ada yang mau baca sambil denger musik sabi di klik hehe

37. Pion

"Terlalu fokus pada satu sudut pandang hingga melupakan sudut pandang yang lain, membuat kita malah semakin terlena akan kesengsaraan dalam lingkup yang tak berkesudahan."

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

"Buktiin kalau ucapan lo bener!"

Glorious mengangguk cepat, dalam hati berseru lega karena perkataanya mampu mempengaruhi Aslan. Ya, setidaknya untuk saat ini dia aman.

"Gue belum pegang bukti fisik apapun, tapi gue pernah lihat professor bicara serius dengan Valeska sehari sebelum gadis itu ke Indonesia, kalau bukan menyangkut soal ini apalagi coba? Alibinya orang tua meninggal, cih! Gue tau seberapa berambisinya Valeska mengikuti pelatihan ini, Slan!"

"Dan gue nggak seharusnya percaya sama orang kayak lo! Rela jual nama teman sendiri hanya untuk selamat, cih!"

Aslan mendengus kesal, meski tahu tak seharusnya membuang waktu menanggapi omongan Glorious, namun entah kenapa seperti ada amarah yang bergejolak mendengarkan perkataan Glorious tadi.

"Percaya sama gue, Slan. Gue bisa jamin seratus persen info dari gue akurat!"

"Omongan tanpa bukti itu cuma sampah buat gue. Nggak berguna!"

Aslan berdiri, merasa telah membuang waktu meladeni laki-laki itu.

Glorious memejamkan matanya.

Oke, Glorious sabar. Kalau salah ucap sedikit lo bisa mampus nanti!

"Teman-teman lo lagi menuju ke tempat persembunyian para murid Mafian School kan? Professor ada disana juga. Lo harus pastiin teman-teman lo bisa bawa pria tua itu ke sini dengan selamat, sebelum Valeska tau. Gadis itu nggak akan biarin kalian berhasil ungkap semuanya!" seru Glorious, masih berusaha memprovokasi Aslan.

"Ah, dia juga punya temen, Louis namanya! Coba aja lo geret dia ke sini pancing Valeska! Gue yakin dia nggak akan tinggal diam kalau tau temannya lo sandra!"

"Masih aja lo, ya!"

Aslan menarik kerah baju Glorious, mengangkatnya hingga Glorious nyaris susah bernapas.

Glorious berusaha menarik diri dari Aslan, matanya beradu dengan Aslan yang menatapnya marah.

"Gue kasih lo kesempatan bicara bukan untuk hal kayak gini! Jadi stop omong kosong atau gue bunuh lo sekarang!"

"Kenapa? Nggak mau terima kenyataan kalau selama ini cewek yang ada sama lo ternyata musuh lo? Buka mata lo man! Harusnya lo berterimakasih karena gue mau kasih tau kebenaran itu sama lo-"

"BACOT ANJING!"

BUG!

Glorious mengerang sakit ketika Aslan melayangkan bogeman pada sudut bibirnya.

"Lo kayaknya memang cuma pengen disiksa, ya?" Aslan mengangguk, berdiri. "Oke, gue kabulin! Tunggu aja, sebagian anak werewolf akan memanjakan lo malam ini!"

Dia berbalik pergi meninggalkan Glorious yang terus berteriak di belakangnya.

"Slan gue berani bersumpah, Slan! Gue yakin itu Valeska!"

"Coba lo ingat-ingat lagi, dimana lo ketemu Valeska? Lo yakin pertemuan itu tanpa sengaja bukan karena direncanakan?! Slan!"

Aslan dengan segera menutup pintu itu kasar dan menguncinya. Tangannya yang terkepal erat menonjok daun pintu kesal.

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang