🔪Tree

1.8K 216 127
                                    

3. Bersisihan

"Kita manusia, hanya bisa menebak tanpa tahu apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan untuk kita di kemudian hari."

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

Werewolf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Werewolf. Satu kata yang dapat membuat orang bergidik takut saat mendengarnya.

Mereka bilang, Werewolf adalah puncak dari segala puncak kejahatan para remaja. Werewolf bukan hanya segerombolan remaja berandalan yang hobi mencari keributan dijalan. Namun Werewolf lebih dari sekedar itu.

Werewolf gangster yang menyeramkan. Yang tak hanya mampu memukul serta menyiksa namun juga menghabisi siapapun yang berani mengganggu, tanpa perasaan iba sama sekali.

Mungkin karena itulah, Werewolf selalu menjadi sasaran empuk bagi para pembunuh bayaran yang bekerja demi imbalan yang besar.

"Lo yakin mau berangkat sendiri, Slan?" tanya Arka untuk kesekian kalinya.

"Terus serius nggak mau bawa apapun, Bang?" Dito pun ikut bertanya.

"Slan-"

"Berisik!" sentak Aslan, menatap teman-temannya kesal.

Darrel yang baru saja akan bersuara memberitahu jadwal keberangkatan Aslan, langsung mengatupkan bibirnya saat wajah menyeramkan Aslan terlihat.

Alex yang tengah menghisap rokoknya di dekat jendela sontak mendengus, "Kayak emak-emak rempong sih lo pada!" ledeknya.

Aslan menghela napasnya, mengancingkan jas hitamnya lalu mengambil kunci motor beserta helm dan tak lupa jaket hitam berlambang serigala kebanggaan Werewolf.

"Pesawatnya berangkat jam berapa, Rel?" tanya Aslan sambil menggulung jasnya sedikit.

Darrel melirik jam tangan, "Lima belas menit lagi, Slan."

"Berangkat sekarang!" perintah Aslan, berjalan lebih dulu keluar apartemennya.

"Loh, tapi bukannya jarak dari sini ke bandara jauh, ya? Bakal sampai gitu sebelum lima belas menit?" tanya Dito ragu.

"Kayak nggak tahu Aslan aja lo!" tandas Arka, melenggang pergi keluar mengikuti yang lain.

Dito terdiam, beberapa saat kemudian bola matanya membulat lucu.

"BANG!" teriak Dito berlari keluar apartemen..

"Bang! Kita bakal balapan maksudnya?!" tanya Dito setengah berteriak.

Darrel melirik, "menurut lo?"

"Balapan, ya?"

Darrel mengangguk.

AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang