🔪 Twenty Tree

927 95 6
                                    

23. Touring (Kecurigaan)

"Jika dengan bersuara hanya akan membuat kacau, maka mungkin diam adalah pilihan terbaik agar semua tetap berjalan semestinya."

-Happy Reading!-

🔪
🔪
🔪

"Kak Sky!"

Valeska tersenyum melihat Khanza yang melambaikan tangannya di atas motor Arka. Dia pun ikut melambai seraya mengahampiri.

"Aaaaa seneng banget deh bisa touring bareng kakak!" pekik gadis itu, turun dari motor.

"Ck, lebay!" ejek Arka, meraup wajah Khanza. Membuat gadis itu meringis karena tangan Arka mengenai lukanya yang belum kering.

"Shhht, sakit! Dasar tukang irii!" Khanza melayangkan tatapan kesalnya.

Arka hanya memeletkan lidahnya, tak merasa bersalah.

Valeska terkekeh kecil melihat tingkah mereka yang selalu bertengkar layaknya tom and jerry ketika bertemu.

"Ih ngeselin!" kesal Khanza menimpukan tasnya.

"Shhtt, sakit cempreng!" ringis Arka menjauh dari motor.

"Bodo! Wle!"

"Eh udah, jangan berantem!" lerai Dito yang merasa terganggu.

"Abisnya dia tuh!" tunjuk Khanza dengan wajah cemberut.

"Udah ah, itu perhatiin dulu tuh!" sentaknya.

Valeska mengangguk setuju, "udah Za, sini deket gue!"

Khanza mengangguk, mereka memilih menunggu Aslan yang masih berbicara dengan Derrel.

"Lo atur aja!" ujar Aslan, berjalan menghampiri yang lain.

Derrel mengangguk, ikut berjalan ke teman-teman lain.

"Gimana nih, kapan berangkatnya?" tanya Arka yang sudah tak sabar.

"Sabar kunyuk!" Alex melempar bekas puntung rokok itu.

"Ish jorok anjir!" Arka mengibaskan jaketnya, menatap kesal Alex. Yang ditatap hanya menaikkan alis seraya sibuk merokok kembali.

Aslan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.00 AM.

"Kita berangkat sekarang!" ujar Aslan memberi perintah.

Semua mengangguk, langsung bersedia di kendaraan masing-masing.

Aslan ikut naik ke motornya diikuti Valeska.

"Pegangan, gue ngebut!" titahnya sambil menyerahkan helm pada Valeska.

Valeska mengangguk seraya menerima helm itu, lalu mengikuti suruhan Aslan.

Aslan yang akan menyalakan motornya berhenti, melihat cara gadis itu memegang jaket denimnya.

"Lo mau mati?!" sentaknya menoleh ke belakang.

"Apa lagi sih?"

Aslan berdecak, dengan kesal menarik tangan kedua tangan Valeska membuatnya memeluk pinggang Aslan.

"Peluk yang erat!" perintahnya.

Valeska berdeham pelan, seraya melalukan perintag Aslan. Mempererat pelukannya pada perut laki-laki itu.

Tak lama, Aslan pun melajukan motornya. Diikuti yang lain.

 Diikuti yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMBISI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang