Besoknya jam sembilan pagi aku sudah rapi menunggu Razel menjemputku. Hari ini sidang putusan cerainya yang akan dilangsungkan jam sepuluh pagi ini.Kami sudah janjian, aku akan senantiasa mendampingi Razel selama persidangan nanti.
Aku menunggunya diruang keluarga bersama Mama. Sambil menunggu lelaki itu, kami berbincang seputar cerita Razel. Mama ikut iba mendengarnya. Ya, perceraian bukan sesuatu yang menyenangkan jika dibahas.
Tak lama deru suara mobil memasuki halaman rumahku. Pagar rumah sengaja tadi dibuka Dana lebar sebelum dia pergi ke kampus. Aku yang memerintahkannya. Agar Razel nantinya bisa memarkirkan mobilnya dihalaman rumah.
Aku dan Mama berdiri bersamaan, lalu berjalan menuju pintu rumah untuk menghampiri Razel.
Pintu aku buka tepat ketika lelaki itu ingin saja menekan bel rumah. Dia tersenyum kikuk. Lelaki itu terlihat rapi dengan kemeja putih lengan panjang yang dimasukkan kedalam celana bahannya berwarna hitam, dan sepatu kerja bewarna senada. Tak jauh dengan penampilanku hari ini. Agar terlihat sedikit formal, aku memakai kemeja putih lengan panjang, celana jean oversize bewarna biru kehijauan, dan sepatu kets bewarna putih. Rambut sengaja aku kuncir tinggi biar terlihat rapi. Oh ya, bajuku juga aku masukkan kedalam celana. Tas handbag bewarna merah terang aku jenjeng ditangan kiriku.
" pagi Tante " sapa Razel.
Mama tersenyum, kulihat mata Mama ada manik - manik disana. Mungkin terharu melihat lelaki dihadapan kami ini.
" pagi nak, " balas Mama.
Razel mencium punggung tangan Mama. Lalu meminta izin untuk membawaku menemaninya kepersidangan. Mama tentunya mengizinkan.
Sebelum pergi, Mama menepuk - nepuk pelan bahu Razel, memberi wejangan. Mama ikut berduka dengan perceraiannya.
Kamipun segera berangkat karena waktu yang semakin mepet.
Dalam perjalanan suasana menjadi tegang. Tidak tau kenapa, Razel hanya diam. Akupun tidak mau banyak bicara.
Perjalanan terasa singkat, ketegangan semakin jelas terasa ketika kami mulai memasuki gedung pengadilan diwilayah jakarta selatan ini.
" gue rasa mau ngadapin ujian SBMPTN. Lo juga mendukung sih pake baju beginian. Hehe...." Aku menatap kesebelah, yang berjalan beriringan denganku dengan pandangan lurus kedepan.
Ku amati wajahnya, dia mencoba tersenyum namun tidak mampu menutupi ketegangan di wajahnya.
.....
Persidangan yang normalnya berjalan selama 2 jam, namun kali ini hanya kurang satu jam. Sesuai keinginan kedua belah pihak, mereka bercerai dengan baik - baik. Tidak ada kesulitan dan masalah yang harus dikorek lebih jelas.
Hak asuh anak jatuh sepenuhnya pada Razel, harta gono gini, dan masalah - masalah perceraian lainnya sudah dibicarakan dengan kekeluargaan dari kedua belah pihak.
Diakhir persidangan, Razel dan Diny saling meminta maaf. Mereka berjabat tangan hingga Razel memutuskan untuk lebih dulu berjalan meninggalkan ruangan ini.
Wajahnya sulit terbaca. Ia menatap lurus kedepan, berjalan tanpa peduli orang - orang disekitarnya yang menatapnya. Bahkan aku dilewati begitu saja. Dia seolah dimasuki makhluk gaib lalu dibawa entah kemana.
Diny berjalan mengikutinya dari belakang. Wajahnya lebih tenang dari sebelum persidangan tadi, ada raut lega dan juga haru dimatanya.
Diny menghampiriku yang masih berdiri menatap heran sahabatku yang sudah menghilang dibalik pintu ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora the Series
General FictionSiapa yang menikah tidak mengharapkan hadirnya keturunan? Mungkin ada satu dari seribu pasangan suami istri berpikir seperti itu. Tapi tidak denganku. Aku sangat menginginkan adanya anak didalam rumah tanggaku. Tapi kenapa mereka seolah selalu menud...