part 6 - sayonara

41 4 0
                                    

Seminggu setelah hari yang penuh air mata itu, semua berjalan seperti pada dasarnya, namun Oma tak lagi berkunjung kesini. Sekali aku berpapasan dengannya dilorong apartemen, dia membuang wajahnya, kusapa seolah dia tidak mendengarnya. Aku tak tau apa yang dikatakan suamiku padanya. Aku coba tanya, Kak Leon hanya menjawab, " Aku tidak katakan apa apa, yang pasti aku tidak melawan dan menyakiti perasaan Oma"

Beberapa hari ini aku jatuh sakit. Badanku panas, tubuhku lemas, kepala pusing, pundakku terasa berat. Meski  beban perlahan  mulai berkurang, tapi tetap saja pikiranku tak bisa berhenti. Ucapan pahit keluarga Dance terus menerorku. Semua terasa perih.

Sudah tiga hari aku hanya berbaring diranjang karena beberapa hari ini kurang makan, kemaren aku meminta pada suamiku untuk pulang ke Indonesia. Aku sangat rindu pada orangtuaku, dan mungkin jika aku pulang sebentar bisa sedikit meringankan pikiranku.

Suamiku tampak berpikir panjang, dia bilang urusan pekerjaannya lagi banyak, masalah pembajakan tidak bisa ia tinggalkan.

Aku hanya diam, mencoba menerima kondisi suamiku. Aku tidak boleh memaksa, aku ingin menjadi istri yang baik yang patuh kepada suami dan selalu ada dimanapun dia berada.

Aku kembali memejamkan mataku, pandanganku buram, pusing sekali. Memejamkan mata adalah cara yang ampuh menghilangkan rasa pusing.

Sebuah tangan mengusap lembut puncak kepalaku, aku mencoba membuka mata yang asilnya pusing kembali melandaku. Tapi aku bisa melihat siapa yang mengusap kepalaku.

" Aku sudah urus penerbangan kamu ke Indonesia " Ucapan itu mampu membuatku terduduk dari tidurku. Aku menatap suamiku tidak percaya.

" kita pulang ke Indonesia kak? " tanyaku memastikan.

Suamiku duduk dihadapanku, tangannya terangkat menyentuh dahiku untuk memeriksa suhu tubuhku.

" bukan kita, tapi kamu " Aku menautkan alisku. " maaf, Ra. Aku nggak bisa menemani kamu pulang ke Indonesia, " Aku mencoba menerima, tapi rasa kecewa lebih mendominasi diriku. " Aku sudah telpon Ayah kamu. Aku akan menjemput kamu jika urusanku disini sudah selesai. Kita akan melewati lebaran di Indonesia " Dia tersenyum mencoba menghiburku.

Melewati lebaran? Ah iya dua minggu lagi bulan Ramadhan, kenapa aku sampai melupakan itu?

" berarti aku lama dong disana, Kak? " tanyaku.

Dia mengangguk sambil mengusap surai rambutku. " Aku tahu kamu akan sedikit tenang jika berada disana. "

Aku tersenyum dengan menangis haru. Sangat bersyukur memiliki suami sepertinya.

" makasih Kak " ucapku.

" Iya, sama - sama " Dia menangkup wajahku. " Aku nggak suka lihat kamu murung. Aku akan lakukan apa saja untukmu" Tangannya mulai mengusap sisa air mataku. Aku tersenyum bahagia, perhatiannya padaku sungguh luar biasa. " Dengar Amora, aku akan selalu ada untukmu apapun yang terjadi. Nggak akan ada yang memisahkan kita, kecuali maut " lanjutnya.

Aku langsung memeluk suamiku. Suami yang selalu memberikan kebahagiaan, selalu melakukan apa saja buat aku senang dan selalu memberiku apa saja agar aku tersenyum. Yang selalu tahu apa yang aku inginkan.

Dia melepaskan pelukan kami. " Tapi sebelum kamu berangkat, kamu harus sembuh dulu " ucapnya, dengan jahil menoel hidungku. Aku terkekeh geli. " Makan ya? " bujuknya sambil meraih mangkuk yang berisi sop hangat.

Dari malam itu aku kurang makan, rasanya sulit menelan apapun. Suamiku khawatir dan selalu membujukku dengan berbagai cara. Dan kali ini aku tersenyum sembari mengangguk. Kali ini suamiku berhasil membujukku makan karena aku akan pulang ke Indonesia. Hehe....

Amora the SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang