Weekend diakhir bulan akan menjadi hari yang berat bagiku. Aku harus bisa menyiapkan hati dan mental menghadapi keluarga Dance.
Setiap akhir pekan keluarga dari suamiku akan mengadakan kumpul keluarga. Hanya sekedar berbagi cerita, dan ujung - ujungnya akan membahasku yang tak kunjung memberikan keturunan buat Kak Leon.
Sore ini aku dan suami akan bersiap ke rumah Bibi Zuna, kakak dari Papa mertuaku. Disitulah tempat kumpul kami bulan ini.
Sampailah disalah satu rumah elit di tengah kota metropolitan ini. Kami keluar dari mobil, dan berjalan beriringan memasuki rumah bak istana bagi orang biasa, sepertiku.
Pintu rumah terbuka lebar, membuat kami leluasa untuk masuk. Kami masuk sudah disambut banyaknya keluarga Dance dengan tatapan yang lebih banyak menatapku remeh. Aku cuek, tidak peduli akan pandamgan mereka. Aku disini hanya untuk menghormati suamiku dan menghargai undangan dari Bibi Zuna.
Kak Leon sudah berkumpul dengan para lelaki, dan aku juga dengan para wanita.
Sambil menikmati makanan yang telah disiapkan tuan rumah, kami berbincang. Bukan, aku lebih tepatnya menjadi pendengar yang baik, sesekali menyauti jika mereka mengajakku berbicara. Percakapan mereka tidak jauh dari dunia bisnis, pamer kebahagiaan, perkembangan buah hati mereka, rencana liburan, dan terakhir yang tidak pernah tinggal, ya itu menyudutkanku karena masih belum juga mengandung.
" Aku permisi dulu ya, sepertinya camilan disana sudah habis, biar aku ambil ke dapur " ucapku. Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku segera beranjak dari sana. Aku mulai muak dengan ocehan mereka. Telingaku sudah panas mendengar Oma yang membanding - bandingkanku dengan menantunya yang lain. Aku tidak pernah merasa nyaman bila berada diantara mereka.
Aku berjalan kearah dapur, mengambil makanan ringan yang masih tersedia disana, untuk aku letakkan di tengah ruangan yang camilannya memang terlihat hampir habis.
Di rumah Bibi Zuna inilah aku bisa makan tanpa khawatir. Bibi Zuna juga menganut agama islam. Ya, kalian tau? Keluarga Dance pada umumnya menganut agama katolik. Diantara keluarga ini hanya Papa mertuaku dan Bibi Zuna yang masuk islam.
Papa mualaf ketika pacaran dengan Mama mertuaku yang asli orang Indonesia. Kalau ditanya dimana Mama mertuaku, beliau sudah meninggal satu tahun setelah pernikahanku dan Kak Leon.
Sedangkan Bibi Zuna masuk islam ketika hamil anaknya yang sudah dinanti selama 15 tahun. Dia dan suami memutuskan masuk agama islam setelah mempelajari agama islam cukup lama. Kehamilan itu membuat mereka semakin yakin memeluk agama islam. Setelah Bibi Zuna melahirkan, mereka juga kembali menikah sesuai syariat islam, setelah itu mereka ke mekah menunaikan ibadah haji. Subhanallah, sungguh indah kuasa Tuhan dan anak membawa karunia yang luar biasa. Aku sangat takjub mendengar cerita itu yang dijelaskan Kak Leon waktu itu.
Kalau Oma, katanya sih islam. Tapi aku tidak pernah melihat Oma melaksanakan rangkaian ibadah bagi umat muslim. Sudahlah aku tidak terlalu memikirkan itu.
Bergaul dengan keluarga yang beda kepercayaan dengan kita itu sulit. Kita harus menjaga diri dan juga harus menjaga hati mereka. Contohnya, aku selalu ragu ingin memakan masakan mereka, takutnya aku memakan makanan haram. Tapi kalau tidak dimakan, mereka akan bersedih hati, bilang tidak menghargai mereka. Terkadang suamiku mencoba menerangkan pada mereka, dengan hati kecewa mereka menghargai kami.
Dikediaman keluarga lain kecuali rumah Bibi Zuna ini, aku hanya minum tanpa makan sedikitpun, begitu juga suamiku, Bibi Zuna dan suami juga anak dan menantunya.
Indah, indah memiliki keluarga yang beragam, namun harus siap sewaktu - waktu ajaran agama kita yang bertentangan dengan ajaran agama mereka. Satu lagi bisa aku kasih contoh, seperti hari natal. Hari natal bagi mereka adalah hari besar, kalau di agama kita sama dengan lebaran idul Fitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora the Series
Fiksi UmumSiapa yang menikah tidak mengharapkan hadirnya keturunan? Mungkin ada satu dari seribu pasangan suami istri berpikir seperti itu. Tapi tidak denganku. Aku sangat menginginkan adanya anak didalam rumah tanggaku. Tapi kenapa mereka seolah selalu menud...