Ketika aku memasuki kamar, ku lihat suamiku sudah berdiri di depan lemari baju. Aku melangkah mendekatinya.Tepat saat aku sampai di sampingnya, dia bergumam pelan.
" Bahkan Mama lebih tahu dahulu daripada aku. "
Tiba - tiba saja aku ingin tertawa. Geli rasanya melihat wajah suamiku yang seperti bocah kecil yang sedang merajuk.
Sekuat tenaga aku menahan tawaku agar tidak pecah di depannya. Karena bukan saatnya aku menertawakan suamiku.
Aku membungkuk untuk mengambil sebuah kotak bewarna biru di bagian paling bawah lemari. Tempat yang tidak pernah dilirik oleh suamiku. Dia masih sibuk memilih baju yang akan dipakainya tanpa mempedulikan kegiatanku.
" Lihat ini. " ujarku sembari menyerahkan kotak itu padanya.
Dia mengalihkan perhatiannya kearahku. Keningnya berkerut lucu.
" Kotak ini dari dua bulan yang lalu ingin aku kasih ke Kakak. " beritahuku. Dia menerima kotak itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Seperti bergairah, Kak Leon membuka kotak itu tanpa kelembutan.
Jantungku berdebar ketika dia mulai mengeluarkan isi dari kotak itu dan membacanya dengan seksama. Aku memegangi perutku yang tiba - tiba terasa mulas.
" Parah, " gumamnya. Aku masih diam menunggu tanggapannya akan surat itu. " Terhitung hari ini bahkan usia kandungan kamu sudah menginjak tiga bulan. " Jantungku berdegup cepat ketika matanya menatapku tajam. Sepertinya moodnya belum membaik.
Aku menghela nafas dalam. " Lebih baik Kakak mandi dulu sekarang, biar aku siapkan bajunya. Aku akan tunggu Kakak sampai selesai, baru nanti aku ceritain semuanya."
Rumus sebuah hubungan itu bisa awet dan semakin erat adalah sabar. Ketika salah satu dari kita terpancing emosi, maka lebih baik yang satunya menenangkan suasana. Tunggulah emosi pasanganmu mereda, barulah bisa menjelaskan sebuah persoalan yang dihadapi.
Jika kalian mengenalku dari awal, pasti kalian tahu karakterku sebelum menikah. Aku orang yang keras dan emosian. Namun setelah menyandang status sebagai seorang istri, perlahan aku mulai belajar menjadi wanita lembut dan penuh pengertian. Selain itu, perjalanan hidup dan sikapku yang semakin kesini semakin dihadapkan oleh banyaknya masalah membuatku menjadi semakin dewasa.
Sebuah rumah tangga itu memang tidak ada yang mulus, pasti ada masalah. Cobaan , perselisihan, sakit hati, dan kesedihan. Ada yang mengatakan seumur hidup rumah tangganya adem ayem, bahagia dan tentram. Itu semua bohong! Aku tidak percaya itu. Sebuah keluarga pasti mengalami kisah manis dan pahit, itulah baru namanya gambaran kehidupan yang penuh warna dan terlihat indah ketika dikenang.
Aku tahu suamiku sedang kecewa padaku. Dan ku tidak menyalahkan dia soal itu. Aku mengerti alasannya kecewa, maka dari itu aku biarkan dia melepaskan emosinya terlebih dahulu.
Kak Leon memberikan surat itu padaku, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan wajah kesalnya.
Aku tersenyum senang. Setidaknya sikapnya tidak berubah padaku ketika kita berada dalam kesalah pahaman. Dia tidak pernah mengutamakan egonya jika kita sedang berselisih seperti ini.
Setelah meletakkan pakaian rumahnya di atas ranjang, aku duduk di sofa sambil menunggunya selesai mandi.
Tidak butuh waktu lama, suamiku keluar dengan sehelai handuk yang menutupi bagian pinggang hingga lututnya. Badannya yang terbilang atletik sangat memggodaku.
Aku terus memperhatikannya memakai baju. Pemandangan indah yang menjadi favoritku.
" Yaudah sekarang cerita apa alasan kamu menyembunyikan kehamilan kamu dariku. " Kak Leon berjalan kearahku dan duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora the Series
General FictionSiapa yang menikah tidak mengharapkan hadirnya keturunan? Mungkin ada satu dari seribu pasangan suami istri berpikir seperti itu. Tapi tidak denganku. Aku sangat menginginkan adanya anak didalam rumah tanggaku. Tapi kenapa mereka seolah selalu menud...