part 30 - para bocahku ternyata sudah dewasa

26 1 0
                                    

Ketika orang - orang yang sangat berarti dalam hidupmu masih bisa kamu lihat dan dengarkan suaranya, maka jarak tak lagi jadi penghalang. Meski ia tak bisa digapai, namun cintanya  akan selalu untukmu.
♥️

.

....

Sampai di depan kamar tamu, aku membuka pintunya perlahan. Untung saja Mama tidak menguncinya.

" Kenapa, Ra? "Aku menyengir, lalu masuk ke dalam kamar dan tidak lupa menutup pintu itu kembali.

" Mama kok belum tidur? " Aku melangkah menghampiri Mama dan menaiki ranjang ikut berbaring di samping Mama.

" Belum bisa tidur, Ra. Kamu kenapa kesini? "

" Amora mau tidur sama Mama, " Aku tersenyum manja kearah Mama.

" Loh trus Leon gimana? "

" Ya nggak gimana - gimana dong, Ma. "

" Maksud Mama, dia apa nggak keberatan? "

" Enggak kok, "

" Yaudah. "

Aku tersenyum lebar dan memeluk Mama. Senang sekali rasanya bisa tidur sama Mama lagi setelah sekian lama. Aku tidak ingat lagi kapan terakhir aku bisa tidur sama Mama.

" Nggak papa kan, Ma, Amora tidur disini? " tanyaku untuk memastikannya sekali lagi.

" Nggak papa Ra, Mama sama sekali nggak keberatan. Mama kangen kamu, " Mama membalas pelukanku yang tak kalah eratnya.

Aku merasakan kehangatan dan kenyamanan didalam dekapan Mama. Mama yang luar biasa, yang mampu mendidikku hingga sampai dititik ini meski dulunya harus ekstra sabar dan keras menghadapi tingkahku. Namun semuanya tidaklah sia - sia. Buktinya sekarang anakmu ini cukup kuat menghadapi ujian dunia yang keras ini.

" Amora juga kangeennn banget sama Mama, " ucapku Manja. Aku mendongak menatap Mama yang kini menatap kosong kedepan.

Aku melepaskan pelukanku membuat Mama mengernyitkan dahinya. Aku tau apa yang Mama pikirkan saat ini.

" Amora tau kenapa Mama susah tidur. " Kerutan didahi Mama semakin banyak. Aku tersenyum jahil. " Pasti Mama keingat Ayah, ya kan? " tebakku sambil menunjuk wajah Mama.

Mama sedikit salah tingkah. " Apa sih kamu, Ra. "

Aku tertawa pelan. Tanpa sengaja aku melirik ponsel Mama yang terletak diatas nakas disamping kasur. Aku meraihnya dan menggenggamnya dengan erat.

" Gimana kalau kita videocall Ayah aja, Ma? Amora juga kangen sama Ayah. " putusku.

Mama tampak berpikir. Terlalu lama menunggu jawaban Mama, aku langsung saja menghubungi Ayah. Aku tidak sabar ingin melihat wajah Ayah.

Cukup lama menunggu, sampai pada akhirnya layar ponselpun memunculkan seorang pria umur 40an dengan stelan kemeja putih dan jas abu - abunya. Dia menatap kami dengan mata indahnya dan senyum manisnya. Rambut halus yang berada diatas bibir serta dagunya jika diamati telah terlihat beberapa rambut bewarna putih, sedangkan rambutnya yang di kepala kelihatan baru saja dicukur.

Aku akui, seumuran Ayahku yang menginjak usia 46 tahun, dia masih terlihat lebih muda dari usianya, serta dia terlihat terawat.

" Hallo sayang, gimana kabarnya? " Ayah melambaikan tangannya kearahku. Aku mengejapkan mataku tersadar dari pesonanya.

Aku tersenyum lebar. Setiap orangtua pasti selalu menganggap anaknya itu masih kecil, bahkan sampai anaknya sudah memiliki keluarga kecilpun, dimata orangtua mereka masih tetap anak kecil yang baru pandai berjalan. Aku sangat merasakan hal itu pada orangtuaku.

Amora the SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang