“Pft— Satoru. Wajahmu itu kenapa?” Geto menutup mulut menggunakan tangan kanan. Menatap sang kawan yang tengah mengelus pipi kiri yang memerah.
“Megumi menamparku tadi saat aku berusaha buat mengajaknya keluar,” jelas Gojo.
“Berusaha?” Geto terkekeh. “Atau malah memaksa?”
“Diam kau, Suguru.” Ekspresi sang surai putih makin kesal. “Omong-omong, Nara di mana?”
“Belum datang.”
“Kau tak pergi bersamanya? Kupikir kalian akan jalan bareng ke sini saat aku pergi menjemput Megumi.” Gojo melangkah mendekat. Menarik kerah kemeja hitam yang ia gunakan sebagai pengganti jaket.
“Tidak. Dia memintaku pergi duluan karena harus siap-siap. Katanya memang agak lama.”
“Oh, kalian! Maaf lama!”
Hm? Gojo berbalik ke belakang saat suara Nara menyapa pendengarannya, hingga kedua mata membola lebar. Terkejut.
Model pakaian Nara hampir mirip dengan outfit-nya. Menggunakan kemeja sebagai pengganti jaket. Tampak manis untuk gadis itu.
Juga, keputusan yang bagus memakai legging hitam agar kulitnya terlindung dari sinar mentari musim semi.
Geto menahan tawa. Lalu menyikut punggung Gojo. Membuat temannya itu sadar dari lamunan sesaat. Mungkin kaget dengan tampilan Nara? Yah, tentu saja.
“Aku jadi obat nyamuk di antara kalian,” kata Geto. Menutup mata sembari tersenyum.
“Berisik.”
“Oh?” Nara memiringkan kepala. “Kemeja kita ternyata cuma beda warna. Kupikir gak sama. Aku lepas aja kali, ya, biar orang lain enggak salah paham.” Nara hendak melepas kemejanya.
“HAH?! JANGAN COBA-COBA?!” Gojo menunjuk ke arah gadis itu.
“Eh?” Nara mengerjap.
Gojo mengernyit. Rona merah perlahan menjalar memenuhi wajah. Kedua mata pun melihat ke arah lain.
“Kau mau kulitmu terbakar, huh? Pakai aja. Aku enggak masalah,” katanya.
Nara mengulum bibir. Dia melihat ke arah mana? batinnya. Kemudian menyunggingkan senyum seraya mengangguk.
Geto menggeleng. “Ya, sudah. Ayo pergi!”
“Hm?” Nara melihat sekitar. “Ne, bukannya Megumi juga diajak, ya?”
Gojo mengernyit, sementara Geto menahan tawa.
“Dia gak mau pergi. Lalu menamparku,” jawab si surai putih.
“Oh, kasian. Apa wajahmu baik-baik saja?”
“Lihat sendiri!” Gojo menunjuk pipi kirinya. Bekas tangan mungil tercetak jelas di sana.
“Waw.” Nara menekan-nekan pipi kiri Gojo menggunakan jari telunjuk. “Dia menampar dengan penuh niat.
“Tenaganya kuat juga.
Nara tertawa. “Sudah. Bekasnya bakalan hilang, kok. Kamu tenang aja.”
“Aku tahu itu.”
“Kalau begitu jangan cemberut lagi.”
“Cih.
“Hei, kalian! Mau pergi atau tidak?” teriak Geto.
“He? Tunggu! Satoru, ayo!” Nara menarik lengan Gojo.
Hingga kedua pipi pria itu makin merona.
「🌺」
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstand
FanfictionSedikit kisah dengan konflik ringan antara dua hati yang sulit menyatu karena kesalapahaman. Bagaimana cara mereka mengakhiri kesalapahaman itu agar perasaan cinta mereka saling terikat? ▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ Original Story by Ann White. Cover Book E...