“Apa yang kau lakukan dengan Choso di kafe kemarin?”
Nara mengerjap. Menatap Gojo dalam diam. Tepat ke arah iris mata indah layaknya langit biru yang membentang luas. Mengambil alih dunia Nara dalam sekejap.
Orang yang ia cinta.
Gadis itu tersenyum lebar. Tangan kanannya lantas menggenggam tangan kiri Gojo. Menangkupnya. Memberikan kehangatan pada jari-jari yang terasa agak dingin.
“Aku dan kak Choso kemarin cuma makan bareng di sana, juga sedikit cerita,” jawab gadis itu.
Gojo mengernyit. Tangan kiri yang disentuh Nara mengerat. Membayangkan gadis itu dan Choso berdua di sana membuatnya kesal.
“Apa yang kau bicarakan dengannya?” tanya Gojo.
Nara mengulum bibir. Kenapa rasanya seperti diinterogasi? Dan juga, kenapa Gojo penasaran dengan topik yang ia bicarakan dengan Choso kemarin?
Meskipun bingung, Nara tak bisa menolak saat perasaan senang muncul dalam hati. Orang yang ia cinta ... memberikan perhatian padanya. Walaupun dia tahu ... alasan Gojo bereaksi seperti ini adalah ...
... karena menganggap Nara sebagai 'makhluk rapuh' yang harus dilindungi.
“Kau tak perlu khawatir.” Nara terkekeh. “Aku hanya membicarakan soal makanan manis dengan kak Choso. Lalu ... beberapa topik lain soal dirinya.” Dia menaikkan kedua bahu.
Gigi Gojo menggeletuk. Justru topik mengenai Choso sendirilah yang membuatnya makin panas hati. Apa pria itu ingin Nara tahu lebih banyak tentang dirinya? Gojo mengernyit.
Ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Lagi.
Bahkan gadis ini memanggil pria itu dengan namanya.
“Gojo?” panggil Nara. Agak memiringkan kepala ke samping.
“... Satoru.”
“Eh?” Nara menaikkan kedua alisnya bingung.
“Mulai sekarang, panggil aku Satoru. Kita temenannya sudah lama. Aku heran kenapa kau terus memanggil margaku.”
“Ah, itu ....” Nara menggaruk pipi menggunakan jari telunjuk. “Kupikir aku perlu membiasakan diri dengan panggilan itu.”
“Nara.”
“Hm?” Gadis itu menatap Gojo.
“... Panggil aku.”
Nara menarik napas, kemudian mengeluarkannya perlahan. Jantungnya mulai berdebar kencang entah kenapa, hingga suara detakan mulai memenuhi pendengaran layaknya bunyi gendang yang dipukul kuat dan cepat.
“Satoru,” panggil Nara.
“Hm?”
Wajah Nara memerah. Binar mata bertambah di iris maroon-nya. Bergetar dan makin bercahaya, sembari menatap Gojo yang kini tersenyum agak ... lembut padanya.
“Kau ... membuatku malu ....” Nara menelan ludah.
“Kau berlebihan. Hanya memanggil namaku, lho?” Gojo menaikkan satu alisnya.
“Itu tetap saja membuatku agak malu, tau.”
Gojo tertawa. Melihat rona merah mulai memenuhi wajah Nara, hal itu yang ia suka dan ingin dia lihat. Tangan kanannya lantas terangkat, mengusap puncak kepala gadis itu dengan lembut.
Kebersamaan yang manis.
「🌺」
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstand
FanfictionSedikit kisah dengan konflik ringan antara dua hati yang sulit menyatu karena kesalapahaman. Bagaimana cara mereka mengakhiri kesalapahaman itu agar perasaan cinta mereka saling terikat? ▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ Original Story by Ann White. Cover Book E...