「🌺」 ── 𖤘 :: Senyuman.

82 12 0
                                    

“Nah, sekarang ... Suguru ada di mana, ya?”

Gojo menjilat es krim bar rasa coklat. Kedua netra dari balik kacamata hitam mengedar ke penjuru arah, mencari dan merasakan keberadaan sang kawan di sekitar taman bunga sakura ini.

“Kita berpencar aja,” usul Nara. Menggigit es krim rasa coklat juga.

Gojo melirik ke arah sang gadis sejenak. Lalu memonyongkan bibir. “Kau bisa tersesat nanti.”

“Tidak apa. Aku bisa meneleponmu kalau saja aku tersesat.” Nara mengangkat ponselnya.

Gojo berdeham panjang, kemudian menggeleng. “Tidak, deh. Aku gak mau repot mencari bocah yang salah arah sepertimu.”

“Jadi? Cari bareng aja? Atau telepon?”

“Kalau kita menghubunginya ... nanti dia malah terganggu, dong? Lalu kita ketahuan? Kau mau itu terjadi, Nara?”

“Ah, iya juga.”

“Cari bareng aja. Ikut aku, jangan kabur atau malah sampai tenggelam dalam keramaian. Kau ini pendek. Susah dicari.” Gojo menarik tangan kanan Nara. Menautkan jari-jari mereka.

“Kau yang kelewat tinggi sampai gak bisa lihat yang pendek,” balas Nara.

“Hee? Masa?”

Nara menghabiskan es krimnya, lalu menyesuaikan langkah si surai putih agar tautan tangan mereka tak terlepas.

Ne, memangnya kak Suguru ada di mana? Kau sudah tahu tempatnya?” tanya Nara.

“Hmm. Ada di depan sana. Di ujung keramaian ini, sih,” jawab Gojo.

Nara meringis. Ia terhimpit. Beberapa orang menyambar bahunya saat lewat. Cukup sakit, juga merasa sesak. Terlalu banyak orang terlebih aroma mereka menyeruak masuk ke dalam penciuman. Membuat Nara jadi agak pusing.

Hm? Gojo melirik. Mendapati Nara tengah menutup hidung menggunakan tangan kirinya. Ada apa dengan gadis itu?

“Hoi, kau baik-baik saja?” tanya Gojo agak mengeraskan suaranya, juga sedikit menunduk.

Nara mendongak. “Iya, gak papa. Aku baik, kok.” Lalu melihat ke depan.

Mata Gojo menyipit. Wajah gadis itu agak memucat, lalu ia bilang kalau dirinya baik-baik saja? Tatapan Gojo mendingin. Lantas, tangan kiri yang menggenggam tangan Nara bergerak merangkul pundak gadis itu. Menarik tubuh mungilnya mendekat. Kemudian teleportasi hingga keluar dari dalam lautan manusia.

“Kau sudah baikan sekarang?” tanya Gojo. Melepas rangkulannya.

Nara menarik napas. Ia lega udara segar masuk ke dalam paru-parunya. Lantas, dia menengadah, menatap Gojo.

“Terima kasih,” katanya. Menyunggingkan senyum meski agak terpaksa karena lelah.

“Tak apa. Kau istirahat saja dulu.” Tangan Gojo mengusap puncak kepala gadis itu.

“Maaf telah merepotkanmu.”

“Katakan itu selain lagi maka aku akan menjitak kepalamu.”

Nara meringis. Menunduk. Kedua tangannya lantas menutupi kening. Dia menggeleng. “Jangan lakukan itu.”

Gojo mengangkat sebelah alisnya, lalu tersenyum. Tampak lembut. Garis kurva yang jarang ia sunggingkan kala pandangan mata terpaku ke arahnya.

Itu adalah senyuman rahasia.

Untuk gadis pujaan hatinya.

「🌺」

MisunderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang