(2) Part 5

11.5K 1.7K 545
                                    

Selama perjalanan menuju ke kediaman Donovan, tatapan mata cokelat terang milik Nayela tampak kosong dan hanya tertuju pada kaca di sampingnya.

Gadis itu terlihat melamun sejak mobil yang mereka tumpangi bergerak meninggalkan pekarangan rumah Everdine.

Sander beberapa kali melirik ke arah Nayela selama menyetir. Ia sedikit penasaran melihat keterdiaman tidak biasa gadis di sebelahnya itu.

Meski Nayela yang dirinya kenal adalah gadis yang pemalu dan tertutup, tunangannya bukan tipe gadis pendiam. Yeah, setidaknya ketika bersama dirinya, Nayela cukup interaktif.

Namun kini gadis itu malah diam saja dan menatap jalanan. Apa dia sudah merindukan rumahnya?

Sander mendengus pelan kala memikirkan itu. Tentu saja. Tunangannya adalah tuan putri kecil yang sejak dulu selalu berada di dalam istananya. Pergi satu jengkal saja pasti akan membuat dia merana.

Selama kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, mobil hitam itu akhirnya tiba di sebuah pekarangan kediaman yang berkali-kali lipat lebih mewah dari kediaman milik Everdine.

Sander menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama kediamannya dan segera melepaskan sabuk pengamannya. Saat ia hendak memanggil Nayela, ia justru mendapati sang tunangan tertidur pulas di kursinya.

Pria itu menghela napasnya pelan lalu melangkah keluar mobil dengan hati-hati dan membuka pintu penumpang, tempat di mana Nayela berada. Sander melepas sabuk pengaman dari tubuh gadis itu lalu membawa Nayela ke gendongannya.

Saat Sander melangkah memasuki kediaman, para pelayan dan pengawal kompak menyambutnya dan membungkuk. Ia hanya balas mengangguk sembari mengode para pekerjanya itu agar membawakan perlengkapan milik tunangannya.

Sander membawa Nayela ke sebuah kamar luas yang berada tepat di sebelah kamar pribadinya. Ia meletakkan tubuh sang tunangan dengan hati-hati di tengah ranjang.

Dengan telaten, pria itu juga melepaskan sepatu kets yang dipakai gadis itu. Ketika dirinya hendak menyelimuti tubuh Nayela, ia mendapati segaris warna kemerahan yang kontras di lengan putih gadis itu.

Merasa penasaran, Sander lantas membungkukkan tubuhnya guna melihatnya lebih jelas.

Di sana rupanya tidak hanya ada satu, melainkan beberapa goresan yang membentuk garis berwarna kemerahan. Garis-garis lecet itu sangat terlihat jelas ketika lengan gaun Nayela sedikit tersingkap.

"Apa gadis ini melukai dirinya sendiri?" gumamnya heran. Kemudian mata birunya melirik ke arah jari-jari Nayela yang pendek dan kurus.

Kuku gadis itu dipotong rapi hingga sangat tidak mungkin dia menyebabkan luka lecet itu dengan tangannya sendiri. Otak Sander memiliki beberapa spekulasi terkait hal ini.

Beberapa kali ia memperhatikan, interaksi antara pasangan suami istri Everdine dengan kedua anak mereka terasa amat canggung, seolah hanya formalitas dan sandiwara belaka.

Namun pikiran itu selalu ditepis oleh afeksi yang ditunjukkan Tuan Everdine pada putri bungsunya. Pria paruh baya itu tak terlihat memiliki hubungan yang buruk dengan sang putri.

Karena itulah Sander tidak pernah memperhatikan lebih lanjut hubungan keempat orang itu.

Kini melihat lengan tunangannya dengan luka gores, yang menurut spekulasinya adalah bekas cakar, dan reaksi aneh dari gadis itu sesaat setelah melangkah keluar dari mansion Everdine, membuat Sander berpikir ulang.

Mungkinkah, hubungan keluarga itu tak seharmonis kelihatannya?

•••

Saat Nayela terbangun, jam di dinding ruangan telah menunjukkan pukul enam sore. Gadis itu bangkit lalu melangkah menuju kamar mandi, bermaksud untuk membersihkan tubuhnya.

Tak lama setelah dirinya selesai berganti baju, suara pintu diketuk pun terdengar. Nayela membuka pintu itu dan menampilkan sosok Sander berdiri di sana sambil tersenyum hangat dan membawakan sebuah nampan makanan untuknya.

"Hai, Rey. Aku membawakan makan malammu," ujar Sander ceria. Ia kemudian melangkah masuk ketika Nayela melebarkan pintu untuknya.

"Terima kasih. Itu terlihat lezat," ucap Nayela terpana melihat semangkuk chicken pot pie yang terlihat renyah dan hangat. Mulutnya berair hanya dengan membayangkan isi sup ayam di dalam pastry itu.

"Makanlah. Aku meminta koki memasak ini untukmu. Karena aku ingat kau sangat menyukai makanan ini," ucap Sander lalu meletakkan nampan itu di atas meja sofa yang ada di kamar Nayela.

Nayela mengambil duduk tepat di hadapan Sander. Matanya sama sekali tidak teralihkan dari makan malamnya. Hal itu tentu saja jatuh ke mata Sander. Pria itu memperhatikan reaksi penuh antusiasme di wajah Nayela yang tampak lucu di matanya.

"Selamat makan," ucap Nayela lalu meraih sendok dan garpu yang ada di samping mangkuknya.

Sebelum satu suapan masuk ke mulutnya, ia teringat bahwa ia belum menawari Sander. "Apa kau sudah makan?" tanya Nayela.

"Aku sudah makan. Makanlah, Rey."

Sander menunjuk mangkuk itu dengan dagunya, mengode Nayela untuk lanjutkan makan malamnya. Dan gadis itu mengangguk patuh.

Sander fokus mempehatikan Nayela yang memakan makanannya dengan tenang. Wajah gadis itu terlihat sangat cantik. Fitur wajahnya yang kecil dengan dua mata yang lebar dan hidung yang mungil, membuat Nayela tampak imut.

Bibirnya tipis dan berwarna kemerahmudaan pucat tampak beberapa kali mengerucut kecil saat tengah mengunyah. Sander sampai harus membuang muka beberapa kali karena salah fokus.

Jujur saja, secara keseluruhan, visual Nayela sangat memukau. Perilakunya sejauh ini juga benar-benar mencerminkan citra yang terpancar dari dirinya.

Sander sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa, perpaduan dua darah iblis menghasilkan malaikat?

Sander menghela napas pelan lalu kembali menatap Nayela. Beberapa bagian rambut gadis itu terlihat lembab, Sander sedikit tidak nyaman melihatnya.

"Kau baru selesai mandi, Rey?" tanya Sander. Sang empunya nama spontan menengadah saat merasa dirinya disebut.

"Um, itu karena aku baru bangun tidur," sahut Nayela dengan kedua pipi yang bersemu. Ia malu karena ketahuan tertidur selayaknya beruang berhibernasi.

Untuk kesekian kalinya, Sander menghela napas dan beranjak menuju nakas di samping ranjang Nayela. Pria itu mengambil sebuah pengering rambut dari dalam sana.

'ngiingg'

Setelah mengatur suhu dan kecepatan yang sesuai, Sander membawa alat itu ke rambut Nayela untuk dia keringkan. Gerakannya sangat halus dan hati-hati hingga membuat Nayela spontan memejamkan matanya.

Sander sangat menyukai tekstur rambut Nayela yang lembut dan halus. Aroma manis yang keluar saat dia mengeringkan helaian rambut hitam itu membuat dirinya merasa ingin terus menghirup wanginya.

Saat ia sedang fokus mengeringkan rambut Nayela, mata biru milik Sander tiba-tiba menangkap sebuah bekas luka samar di bahu Nayela. Tangan Sander spontan menyentuhnya dan mengusapnya.

Sensasi sentuhan yang ringan itu membuat Nayela berjengit dengan bulu kuduknya yang meremang.

"S-san—"

"Luka apa ini?"

🍁Tbc🍁

Bale's Note:
Halo! Ahay triple up~

Ini sebagai permintaan maaf aku udah ngilang dari kemarenan eheh, semoga gak mengecewakan😳

Terima kasih udah mampir! Jangan lupa tinggalin jejak yah!

Ciao💜

In Order To Save The Male Antagonist's LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang