Keiran's POV

14.3K 2K 275
                                    

Namaku Keiran Zach-tidak, hanya Keiran saja. Aku tidak sudi memiliki nama itu di belakang nama yang ibuku berikan. Katakanlah aku angkuh karena sudah menolak kehormatan itu, tapi aku tidak peduli.

Hidupku sangat normal hingga aku berusia sebelas tahun. Ibuku meninggal dan membuatku sendirian di antara hiruk pikuk dunia yang kelewat kejam ini.

Melangkah masuk ke dalam kediaman mewah yang seolah dihiasi permata, tak membuat hidupku lebih baik. Perlakuan penghuni mansion itu sangat buruk, bahkan pelayan mereka.

Untuk apa status dan kemewahan jika aku tersiksa? Tidak bisakah aku menyusul ibuku saja agar aku tak perlu bersusah payah seperti ini?

Beberapa kali aku menanyakan hal itu pada Tuhan jika Dia memang benar adanya. Kalau Dia memang ada, mengapa Dia tidak memiliki rasa kasihan pada diriku yang sial ini? Apa karena aku terlahir dari dosa sehingga tak pantas hidup bahagia?

Ayah biologisku bahkan tidak memberiku secuil rasa kasih sayang dan perhatiannya padaku. Semua pria itu berikan pada putra sulungnya, Caleb.

Tidak, aku tidak iri atau pun membenci Caleb pada awalnya. Namun, dia selalu merendahkan ibuku dan memaki kuburannya. Bagaimana bisa aku menerima hal itu?

Mereka memperlakukanku sebagai budak dan selalu menorehkan luka pada tubuhku. Ingin tahu apa yang dilakukan ayah kandungku?

Jawabannya adalah, tidak ada! Aku tak yakin apakah dia tahu anak dan istrinya menyiksaku. Namun satu kali, dia melihatku dicambuk, dan yang dilakukannya hanyalah membuang muka.

Sejak saat itu aku sadar. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa dipercaya, bahkan jika dia adalah keluarga sedarahku sendiri.

Hingga, aku pertama kali bertemu dengan gadis itu di kelas. Awalnya aku tak memiliki kesan yang baik padanya, bahkan aku langsung tidak menyukainya pada pandangan pertama.

Dia terlihat seperti gadis lain pada umumnya. Dilihat dari gaya berpakaiannya dan perlengkapan sekolah yang dimilikinya, gadis itu pasti salah satu dari anak borjuis lain yang hanya bisa mengandalkan harta.

Gadis itu bahkan bersikap sok baik dengan memberi payungnya padaku. Apa dia pikir aku tidak tahu apa isi pikirannya? Dia pasti merendahkanku mendapati betapa lusuhnya diriku akibat guyuran air hujan.

Aku membuang payung biru pemberiannya dan pergi dari sana menuju kediaman Zachary dalam keadaan basah kuyup. Meski aku mendapatkan tamparan lain dari wanita itu, aku tak masalah. Itu sudah biasa.

Namun yang tidak aku antisipasi adalah, keesokan harinya, aku terkena demam. Betapa konyolnya!

Di tengah kesengsaraan itu, dia datang mengulurkan tangannya dan membantuku. Dia bahkan merawatku dan membelikanku sarapan untuk kumakan sebelum minum obat.

Saat kutanya apa yang dia inginkan atas bantuannya padaku, jawabannya benar-benar di luar dugaanku. Dia ingin aku sembuh!

Perlahan aku merasa jika dia berbeda dari yang lain. Dia terlihat sangat tulus padaku. Bahkan ketika aku masuk setelah dua hari absen, dia menyapaku dan menanyakan kabarku. Aku merasa sedikit tergerak olehnya.

Namun, ketika aku melihat betapa akrabnya gadis itu dengan Caleb, perasaanku menjadi sangat tidak nyaman. Aku merasa seolah-olah dia mengkhianati kepercayaanku padanya.

Aku menjauhkan diri darinya setelah hari itu. Namun, entah apa yang semesta rencanakan hingga aku dan gadis itu selalu berakhir bersinggungan.

Tapi, sepertinya aku harus bersyukur akan hal itu.

Dia membuatku merasakan bagaimana kehangatan keluarga yang sesungguhnya. Aku juga akhirnya mengerti, kepribadiannya yang baik itu bukan akting semata.

Karena ayah maupun ibunya adalah dua orang yang sangat baik. Aku jadi membayangkan bagaimana cara gadis itu nanti mendidik anak-anaknya hingga bisa sebaik dia.

In Order To Save The Male Antagonist's LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang