"Mereka bermaksud membuka lahan pertambangan baru di Kota B?" tanya Keiran pada orang di telepon.
Pria itu menyandarkan punggungnya di sofa, dengan sebelah tangannya memeluk dan mengusap lembut sesosok gadis cantik di pelukannya, menikmati hari liburnya di akhir pekan.
"Aku ingin kau menyelidiki seluk beluk daerah itu lalu menginformasikan semuanya padaku. Apa pun itu."
"Begitu? Kirimkan padaku secepatnya."
Nayela mengangkat wajahnya untuk menatap wajah rupawan sang kekasih. Ekspresi dinginnya itu tidak pernah berubah, kecuali dengannya tentu saja. Tapi kalau boleh jujur, Nayela sangat menyukai ekspresi dingin Keiran. Sangat sangat keren!
"Apa yang kau pikirkan, hm?" tanya Keiran kemudian mengecup pelipis Nayela. Pria itu rupanya sudah menyelesaikan urusannya.
"Em, tidak ada. Aku hanya suka melihat wajah yang tampan ini," ucap Nayela lalu mengulurkan sebelah tangannya untuk menangkup pipi Keiran.
Keiran tersenyum. "Sepertinya kau sangat menyukai wajahku. Akan kurawat sebaik mungkin untukmu."
"Lagi-lagi kau melantur. Jangan bicara begitu, rawat saja tubuhmu untuk dirimu sendiri. Ini milikmu," ujar Nayela sambil menangkup dan menekan kedua sisi wajah Keiran hingga bibir pemuda itu mengerucut.
"Dan aku tak hanya menyukai wajah tampanmu, tapi semua pada dirimu, aku menyukainya. Ketampanan ini hanya bonus. Kau mengerti?" omelnya.
Ucapan Nayela membuat pipinya memanas. Keiran sungguh amat sangat beruntung memiliki Nayela di hidupnya.
Cantik, baik, penyayang, dan yang terpenting, gadis ini menerimanya apa adanya. Terlepas dari status dan latar belakangnya yang rendah, gadis itu tidak pernah mempermasalahkannya.
Nayela justru memberinya segalanya. Kebahagiaan, kehangatan, dan rasa cinta. Gadis itu memberinya sebuah rumah, serta menemaninya kala suka dan duka.
Apabila suatu hari nanti Nayela pergi darinya, Keiran bersumpah akan mengejarnya. Ia akan mencarinya bahkan jika harus ke ujung dunia sekali pun, bahkan hingga ke penghujung usianya sekali pun.
Keiran tidak akan pernah membiarkan Nayela jauh dari jangkauan radarnya. Tidak akan pernah! Meski dalam mimpi sekali pun!
Tatapan Keiran melembut. "Aku mencintaimu, Reya."
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" omel gadis itu.
Keiran lagi-lagi tertawa. Ia bawa kedua ibu jarinya ke dahi gadis itu yang masih berkerut dan mengelusnya lembut.
"Baik, tapi jangan mengerutkan dahimu. Pasti tidak nyaman, bukan?" nasihatnya lembut. Perlahan wajah gadis itu melunak lalu helaan napas keluar darinya.
"Um." Ketika gadis itu menyahut sambil bergumam, bibirnya tampak mengerucut dan hal itu jatuh pada mata Keiran.
Tanpa aba-aba, Keiran segera menyambar sepasang bibir manis itu dan memberinya ciuman menuntut. Nayela terkejut sesaat sebelum memejamkan kedua matanya dan mengalungkan tangannya ke leher pria itu.
Mereka terlibat dalam kegiatan itu hingga beberapa menit lamanya. Bahkan telapak tangan Keiran yang berada di punggung Nayela, telah menyingkap kaos longgar gadis itu dan mengelus permukaan kulit nan halus sang kekasih.
"Um, Kei.." keluh Nayela disela-sela ciuman Keiran, dan membuat pria itu akhirnya menghentikan dirinya yang hampir saja melewati batas.
"Maaf," gumamnya setelah menjatuhkan kecupan di sudut bibir Nayela singkat.
Keiran membantu merapikan pakaian gadis itu dan kembali memeluknya erat. Ia memejamkan matanya sesaat merutuki kebodohannya.
Nayela hanya balas menggumam pelan lalu mencari posisi yang nyaman di dalam pelukan Keiran. Sesaat ia mengingat pembicaraan pria itu di telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Order To Save The Male Antagonist's Lives
FantasíaAstraea Nayela hanya seorang mahasiswa semester tua dari jurusan Ekonomi di univesitas ternama di Ibukota. Kurang dari setahun lagi ia akan menerima gelar di bagian belakang namanya. Namun, tiba-tiba suatu keanehan terjadi. Ketika ia membuka mata...