"Reya!"
Keiran berjalan tergesa-gesa keluar dari kamar saat ia menyadari kalau sisi di samping ranjangnya telah kosong dan dingin, menandakan bahwa orang yang sebelumnya ada di sana, telah beranjak sejak lama.
"Reya!"
"Reya, kau di mana?!" serunya panik sehingga seisi mansion yang mendengarnya, terperanjat.
Para pelayan dan pengawal buru-buru menghampiri sang majikan lalu membungkuk serentak.
"Di mana istriku?" tanyanya dengan ekspresi dingin dan sorot mata penuh emosi yang kentara.
Namun tak ada satu pun yang menjawab pertanyaan dari sang majikan. Hal itu membuat Keiran semakin geram.
"Kalian bisu?!"
Merasakan atmosfer yang mencekam, para pekerja itu merasa gentar, tidak terkecuali para pengawal yang bertubuh kekar.
"Dasar tak berguna! Menjaga istriku saja tidak bisa! Untuk apa kalian bekerja? Akan lebih baik jika kalian semua kupec—"
"Sayang, ada apa ini?"
Belum selesai Keiran memarahi seluruh pekerjanya, suara lembut yang familier membuat kalimat pria itu terpotong dan terhenti.
Keiran berbalik dan menemukan Nayela yang tengah berdiri di belakangnya menatap bingung ke arahnya.
Tanpa babibu, Keiran melangkah lebar menghampiri wanita itu dan memeluknya.
Para pekerja yang melihat hal itu kompak menghela napas lega kemudian buru-buru pergi meninggalkan keduanya.
Meskipun telah beberapa kali mengalami hal serupa, mereka tetap tak bisa terbiasa dengan aura tuannya yang begitu kuat dan mendominasi.
Beruntung selalu ada sang nyonya yang lembut dan senantiasa meredakan amarah suaminya sehingga tak menimbulkan banyak kesulitan bagi mereka.
Sedangkan Keiran dan Nayela yang ditinggalkan, tak menyadari hal itu. Keiran masih asik mengusuk-usuk wajahnya di ceruk leher istrinya sambil memeluknya erat.
"Kei, hentikan! Kau membuat Lula sesak napas!" ujar Nayela seraya menjauhkan tubuhnya dan tubuh sang suami lalu mengusap-usap kepala sosok kecil yang ia sebut Lula itu.
"Heum? Tidakkah Ayah sangat jahat padamu, Lula?" ujar Nayela dengan sedih dibuat-buat pada sosok di gendongannya.
Keiran berdecak malas. Lagi-lagi makhluk jelek itu yang istrinya pedulikan. Ia sedikit menyesal sudah membiarkan Nayela mengadopsinya kalau begini akhirnya, ia dicampakkan.
Dengan tidak berperasaan, Keiran mengambil alih anak anjing putih berjenis pomeranian itu dari sang istri dan menyerahkannya pada sembarang pelayan yang lewat.
"Bawa pergi sejauh mungkin!" titahnya. Pelayan itu buru-buru mengangguk patuh dan pergi dari sana.
Nayela menatap penuh protes pada Keiran. Namun pria itu tampak tak terpengaruh karena kini ekspresi di wajahnya sudah jauh lebih cerah dari sebelumnya.
"Kenapa kau membiarkan pelayan membawa Lula?" protes Nayela. Pria di hadapannya menghela napas pelan lalu membawa tubuh istrinya ke pelukannya.
"Kau selalu bermain dengannya dan melupakan aku, Dear. Tentu aku cemburu," ucap Keiran dengan nada memelas. Ekspresi Nayela otomatis melunak saat ia mendengar suaranya.
Ia mengusap punggung Keiran lembut. "Tapi ini 'kan keinginan Little Kei untuk bermain dengan Lula," ujar Nayela lalu mengusap perutnya.
Keiran lagi-lagi merengut sebal lalu membungkuk agar sejajar dengan perut istrinya yang tak lagi rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Order To Save The Male Antagonist's Lives
FantasyAstraea Nayela hanya seorang mahasiswa semester tua dari jurusan Ekonomi di univesitas ternama di Ibukota. Kurang dari setahun lagi ia akan menerima gelar di bagian belakang namanya. Namun, tiba-tiba suatu keanehan terjadi. Ketika ia membuka mata...