"Kita sudah sampai, Nona."
Suara seorang pria paruh baya yang berada di balik kemudi itu membuat sang nona yang semula sibuk memperhatikan gawainya, mengangkat wajahnya.
Gadis itu menoleh dan mata sewarna lelehan madu yang hangat miliknya bersirobok dengan mata sang supir yang tampak hangat menatap ke arahnya.
"Ah, ya! Terima kasih, Paman Ed." Gadis itu bergegas melepas sabuk pengamannya dan meraih tas hitam berhiaskan gantungan kunci rajutan yang berbentuk unicorn putih bertanduk emas.
Setelah itu, ia melangkah keluar dari mobilnya dan segera disuguhi pemandangan halaman sekolah yang mewah dengan gapura kokoh dan megah di bagian depannya. Zachares Internal High School.
Dengan langkah mantap, gadis dengan name tag Astraea Nayela itu berjalan memasuki area sekolah yang sudah lama tidak dirinya datangi.
Beberapa siswa menatapnya dengan tatapan ramah dan sebagian besar dari mereka juga menyapa, yang tentu saja juga dibalas sama oleh gadis itu.
"NAYE!"
Si empunya nama berbalik kala mendengar suara itu dan rentang sepersekian detik kemudian, tubuhnya diserang dengan sebuah pelukan hangat oleh orang itu.
"Hua, Naye-ku! Aku rindu padamu! Kenapa kau lama sekali di sana?" seru orang yang memeluk tubuhnya itu dengan nada nelangsa. Nayela terkekeh sembari menepuk-nepuk punggungnya.
"Maafkan aku, Cel. Tapi pertukaran pelajar memang satu tahun, kan?" jawab Nayela mencoba memberi sahabatnya, Celine, pengertian.
Celine melepaskan pelukannya dan menatap ke arah sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca dan bibir yang tertekuk sedih.
"Tak hanya kau pergi lama, kau sekarang juga harus mengulang tahun keduamu di sini. Kita tak lagi ada di kelas yang sama, huaa!" rengek gadis itu semakin membuat Nayela tersenyum pasrah.
"Ck. Pagi-pagi kalian sudah membuat drama." Suara lain tiba-tiba menginterupsi suasana suram di antara kedua gadis itu.
Celine berbalik dan menatap sang sumber suara lalu mencibir, "Memang kenapa? Kau iri, huh?"
Tanpa menyahuti ucapan Celine, orang itu berjalan mendekati Nayela dan memeluknya. "Hey, Manis. Apa kabar?" ucapnya dengan nada khas pria hidung belang.
Nayela tertawa mendengar nada menggelikan itu. Ia membalas pelukan itu dan menjawab, "Aku baik, Ar."
Arsy, si gadis tomboy, melepaskan pelukannya dan ikut terkekeh. Keberadaan Celine sukses hilang di antara kedua gadis itu, membuat si korban lantas merengut sebal.
"Nadamu terdengar seperti seorang pedofil cabul," sinis Celine. Bukannya tersinggung, Arsy malah kian terbahak. Nayela tersenyum melihat keduanya tidak berubah meski ia telah berpisah dengan mereka satu tahun ke belakang.
"Sudah-sudah. Aku akan terlambat jika terus-terusan menonton kalian. Ayo masuk!" ajak Nayela. Arsy dan Celine mengangguk lalu mengambil posisi di kedua sisi Nayela, lalu ketiganya berjalan bersama menuju ke gedung sekolah.
"Apa kau tahu kau berada di kelas yang mana, Nay?" tanya Arsy.
"11 IPA 2," sahut Nayela. Arsy mengangguk paham. Kemudian ketiganya berjalan menuju kelas Nayela untuk mengantar gadis itu.
"Andai aku seumuran denganmu, aku pasti akan ikut denganmu ke Inggris," sesal Celine tiba-tiba. Nayela menoleh dan menatapnya dengan tatapan mata geli.
Di antara ketiganya, Nayela adalah yang termuda. Itu karena saat di taman kanak-kanak, orang tua Nayela tak menyadari kalau mereka ternyata mendaftarkan putri mereka terlalu dini.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Order To Save The Male Antagonist's Lives
FantasiaAstraea Nayela hanya seorang mahasiswa semester tua dari jurusan Ekonomi di univesitas ternama di Ibukota. Kurang dari setahun lagi ia akan menerima gelar di bagian belakang namanya. Namun, tiba-tiba suatu keanehan terjadi. Ketika ia membuka mata...