(2) Part 12

14K 1.5K 523
                                    

Pria dengan kacamata bulat bingkai tipis itu berusaha menelan salivanya susah payah kala merasakan tekanan aura tidak menyenangkan yang saat ini tengah menyelimuti junjungannya.

Sejak ia melaporkan hasil temuannya, tuannya itu hanya diam, tampak fokus membaca laporannya dengan teliti berulang kali.

Ia memperhatikan reaksi tuannya dan beberapa kali mendapati ekspresi tak mengenakan yang ditunjukkan oleh pria itu.

Yah. Dirinya juga pasti akan merengut dan mengernyit seperti itu melihat isi dokumen-dokumen itu. Tidak, ia telah bereaksi demikian selama proses mengumpulkan data.

"Bukankah dia bajingan?" ujar Sander akhirnya setelah keheningan panjang. Sekretaris itu mengangguk setuju.

Data yang barusan pria itu baca ialah beberapa bukti suap yang dilakukan Tuan Everdine selama menjadi CEO di perusahaannya. Juga ada beberapa bukti keterlibatan Tuan Everdine di beberapa skandal mengerikan.

Sander menyandarkan punggungnya. Ini melelahkan. Namun seolah tidak membiarkannya beristirahat, sang sekretaris kembali mendekat sambil memberikan informasi lainnya lalu berdeham.

"Lalu ini adalah informasi yang Anda minta hari itu," jedanya sesaat, pria itu terdengar ragu kala meneruskan ucapannya. "Ini tentang Nona."

•••

Sedangkan di sisi lain, Nayela tengah duduk santai sembari membaca buku di atas ranjang empuknya. Sementara tampilan luarnya terlihat tenang, lain dengan pikirannya yang sibuk dengan sistem.

'Jadi, maksudmu, kau menunjukkan alur asli pada Sander lewat mimpi?'

["Ya, Tuan Rumah. Itu karena target tampaknya berusaha keras menolak kebaikan Anda bahkan merencanakan hal buruk."]

'Benarkah? Bukankah hubungan kami baik setelah aku membuat perayaan ulang tahun untuknya?'

Nayela berpikir, sepertinya Sander ini memiliki ego tinggi setinggi langit dan hati yang sekeras batu. Rasanya akan sulit meyakinkan pria itu hanya dengan kebaikan saja. Pria ini butuh bukti nyata yang dia bisa lihat dengan matanya sendiri.

'Kalau begitu—'

Tok.

Tok.

Gadis itu meletakkan bukunya di atas meja lalu melangkah untuk membuka pintu kamarnya.

"Sander?" panggilnya mendapati sang tunangan berdiri di balik pintunya.

Pria itu tersenyum lembut. "Apa kau sedang sibuk?" tanyanya.

"Tidak. Masuklah," ujar Nayela seraya membuka pintunya lebih lebar untuk Sander masuk.

Sander melangkah masuk dan segera disuguhi pemandangan kamar tidur yang tampak hangat. Karpet beludru, tirai berwarna cerah, dan ranjang nan besar dengan printilan alat kesehatan milik Nayela di sekelilingnya.

Ini mengingatkan Sander pada mimpi yang kerap menghantuinya di setiap malam. Tanpa sadar, tangannya yang memegang piring menguat.

"Um ... Sander?" panggil Nayela ragu ketika melihat pria itu berhenti serta melamun di tengah ruangan menatap ke arah ranjangnya.

Bahu pria itu tampak berjengit samar sebelum kembali melangkah menuju sofa di dekat jendela.

"Maaf, aku melamun. Aku mendadak teringat beberapa berkas yang belum sempat aku cek," alibinya. Tidak ingin berpikir lebih jauh, Nayela membalas dengan anggukan kepala.

"Ngomong-ngomong, aku membawa ini untukmu," ujarnya dan mendorong sepiring buah aprikot yang telah dikupas dan dipotong seukuran satu suapan.

Nayela merasa sedikit was-was mengingat apa yang sistem katakan tentang Sander yang semakin bersikap defensif pada dirinya. Bisa saja, kan, ada sesuatu di dalam buah itu yang dapat membuatnya tewas dalam sekejap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Order To Save The Male Antagonist's LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang