Dua puluh Lima

4.8K 553 56
                                    

-izinkan aku menitip hati yang telah bertaut-

.

.

.

Revan terbangun dengan kepala pusing luar biasa, nafasnya yang panas dan matanya yang berat membuat ia enggan untuk membuka mata.

"Udah bangun?" Suara itu terdengar dari sisi kirinya.

Revan membuka matanya kembali lalu melihat ketiga temannya berdiri di sisi tempat tidurnya.

"Nih minum dulu" Kata naufal lalu memberikan air kepada revan.

Revan menerimanya lalu duduk dan bersandar di sisi kepala ranjang. Sangat senyap itu hal yang revan fikirkan saat ini, rasanya dirinya sangat amat kosong begitu juga dengan teman-temannya.

"Mamah lu lagi keluar sebentar, beli obat di apotek. Lu pingsan 3 jam" Kata rey tiba-tiba lalu ia mendudukan dirinya di kursi.

"Gua pingsan?" Tanya revan dengan suara seraknya.

"Lu pikir, lu ngapain kalo gak pingsan? Maen tetris?" Jawab naufal.

"Lo tau gua harus berkorban buat masuk ke kamar lo dengan cara manjat, dan gilanya lagi gua harus bertempur dengan pecahan kaca. Brengsek emang lu revan nyusahin banget"

Ocehan naufal terus tedengar, revan hanya membungkam mulutnya.dia hanya bingung harus menjawab apa.

"Kita tau hubungan lo sama fahri" Kata rey. Membuat revan yang mendengarnya menatapnya.

"Dari beberapa bulan terakhir gelagat kalian bedua aneh. Sejujurnya gua gak masalah gua malah turut seneng" Lanjut rey sambil menggaruk tengkuk belakangnya.

"Tapi yang gua fikirin lo sanggup gak?"

"Sanggup apa?" Jawab revan.

"Sanggup jalanin semuanya, sanggup ngeliat tatapan aneh dari orang-orang sanggup merjuangin fahri yang jelas lo sama dia jalannya beda" Jelas izra sambil membungkam mulut naufal yang hendak berbicara.

"Lebih gampangnya lo siap sama kosekuensi dari jalan yang lo ambil?" Kata rey.

"Gua gak tau" Kata revan dengan suara pelan.

Dirinya gak tau.... Dia mencintai fahri dia merasa fahri segalanya namun fahri meninggalkanya.

Bukankah tindakannya kejam.

"Berarti lu belum siap" Kata izra lalu menatap revan serius.

"Lu belum siap sama hal-hal kedepannya yang terjadi"

Izra menatap revan dalam lalu menghelang nafas kasar. Bagaimana pun hal ini tabu untuk beberapa orang namun tidak untuk dia.

"Lu sama fahri beda rev, fahri siap dengan segala kosekuensi dan resiko saat dia milih buat mencintai lo sebagai nama di lauhul mahfuznya" Jelas izra membuat revan menatap izra meminta penjelasan lebih.

"Gua tau lo tau sesuatu yang gak gua tau" Kata revan lalu turun dari kasur dan mencengkram kerah baju izra.

"Sekarang jelasin bangsat. Berapa banyak hal yang lo tau"

Tindakan revan membuat naufal yang berada di samping izra tercengang. Sementara rey berusaha menarik revan agar tidak membuat pertikaian.

"Apa yang perlu gua jelasin? Lu jelas tau betul apa yang fahri maksut" Kata izra tenang.

Revan terdiam wajahnya penuh dengan kerumitan.

"Fahri ninggalin gua gitu aja. Tanpa penjelasan apapun bukannya sikapnya brengsek dan perkataanya omong kosong" Kata revan dengan nada marah di dalamnya.

Salam Dan Shalom [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang