Epilog

5.9K 560 105
                                    

-Dua tahun atau lebih rasanya akan tetap sama-

.

.

.

Dua tahun telah berlalu entah kurang entah lebih. Intinya semua itu tetap semu seperti hari-hari dimana kekasih hatinya menghilang entah kemana.

Kejadian begitu cepat semua begitu kabur layaknya pemutar Film, semua menjadi kenangan dan harus di lupakan. Namun kata melupakan terlalu kejam jika perasaan harus ikut andil di dalamnya.

Revan termenung di depan cermin, Wajahnya tetap sama hanya saja sorot matanya merudup, kehilangan sosok yang di cintai membuat ia menjadi penyendiri dalam perasaan.

"Kira-kira kalo kamu disini, reaksi apa yang bakal kamu keluarin kalo aku pake jas" Tanya revan entah pada siapa.

Revan memasang dasinya, agak sulit karna bertipe licin jadi dia memasang dasinya se adanya, lalu menatap dirinya di pantulan cermin.

"Kalo kamu ngeliat dasi aku awut-awutan pasti kamu bakal ngamuk" Kata revan lagi mengingat kenangan manis saat itu.

Revan menghelang nafas lalu memijat pelipisnya, dua tahun itu waktu yang singkat namun berat saat revan jalani.

Rindu semakin mencekik seolah itu adalah udara.

Revan rindu hanya itu....

"Kamu udah siap?" Kata mamahnya yang tiba-tiba berada di depan pintu kamarnya.

"Udah mah tunggu sebentar" Jawab revan lalu bergegas keluar.

Hari ini hari spesial karna revan dan teman seangkatannya akan memulai hidup baru. Merasakan lingkungan baru entah itu dunia pekerja atau dunia mahasiswa.

Singkatnya revan dan yang lain akan melaksanakan kelulusan di sekolahnya.

Revan memakai sepatunya. Ia melihat ayahnya yang sudah ber abad-abad tidak pulang akhirnya kembali kerumah. Ayahnya tengah damai duduk dengan kopi serta koran di tangannya.

"Udah rapih kan? Loh itu dasi kamu jelek banget" Kata ayahnya lalu menaru koran dan membenarkan dasi anaknya.

"Putus cinta boleh tapi jangan berlarut, heran masih aja ngegalau"

"Ayah gak tau fahri gimana jadi mending diem"

"Karna ayah gak tau ayah ogah ngerestuin. Mana homoan lagi"

"Diem aki-aki kamu dulu juga pernah ngehomo" Kata mamahnya yang datang lalu memukul bahu ayahnya.

"Duh sayang, masih aja di ungkit lampau banget itu"

"Mau lampau atau enggak intinya pernah ngehomo, mana yang di genjot" Lanjut mamahnya tanpa beban.

Ayahnya terdiam sedangkan revan yang mendengar itu hanya menyerengitkan dahi bingung.

Oke revan paham cuman pembahasan ini agak.....

Awkard.

"Sayang astaga... Kamu mulutnya" Lanjut ayahnya lalu berjalan menuju istrinya.

"Kamu juga! homo kok teriak homo" Jawab mamahnya lalu melongos keluar rumah.

Revan menatap dasinya yang sudah rapih setelah di perbaiki ayahnya, sejujurnya ayahnya seulet fahri cuman bedanya ayahnya berprofesi tentara dan memiliki wajah tegas.

Revan enggan mengambil pusing perkataan orang tuanya yang aneh, lalu ia berjalan keluar rumah dan pergi ke sekolah bersama kedua orang tuanya menaiki mobil.

.

.

.

Revan sampai di sekolah. Terlihat dekorasi mewah serta siswa dan siswi yang berkumpul dengan jas serta kebayanya yang bercirikhas ragam.

Salam Dan Shalom [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang