Jendral Advano Rajendra

187 16 0
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.
Bandara Soekarno-Hatta

"Selamat datang tuan muda, tuan besar dan nyonya besar sudah menunggu dirumah" ucap supir pribadi keluarga Rajendra

"Terimakasih pak Tono sudah menunggu saya" ucap tuan mudanya sembari tersenyum teduh.

3 tahun sudah Jendral, sang tokoh lelaki utama menempuh pendidikan S3-nya di luar negeri. Sebenarnya bukan hanya pendidikan saja yang membuatnya pergi keluar negeri, ia juga menenangkan pikiran dan perasaannya kesana.

Masih lekat diingatan Jendral, perempuan ia cintai sekaligus yang sudah dikhianati dan disakiti hatinya memilih untuk pergi. Namun, ibarat kata orang-orang benar adanya bahwa 'penyesalan itu selalu datang diakhir'.

Jendral marah pada dirinya sendiri, kecewa dan menyesal telah membiarkan sang pujaan pergi dengan tangisan pilu. Sungguh rasa bersalah Jendral sangat besar, bahkan saat ini Jendral masih menganggap Adara Sienna Yeondra masih pemilik hatinya.

Jujur saja, berat bagi Jendral untuk kembali ke Jakarta karena di ibukota inilah kenangan pahit itu terjadi dan ia selalu dihantui rasa bersalah. Akan tetapi, ia harus kembali ke orangtuanya yang sudah membesarkannya dan memaafkan perilakunya juga abangnya dahulu.

______________________________

Seorang wanita cantik berlari menghampiri dan memeluk erat Jendral yang baru saja memasuki rumah besar bergaya Eropa tersebut.

"Astaga sayang, Bunda kangen banget sama kamu" ujar Tiffany, bunda Jendral.

"Bunda, jangan terlalu erat memeluk Jendral! dia terlihat sesak" ujar sang kepala keluarga

"Oh astaga maafin bunda ya, yaudah yuk Abang kamu, istri-istri, dan keponakan kamu sudah menunggu semua"

"Iya Bun" balas Jendral sembari memberikan eyesmile-nya.

______________________________

Jam berdetak, malam pun berganti pagi. Hari ini adalah hari pertamanya di Jakarta, dan lusa ia baru akan mulai bekerja.

Di waktu santainya ia memutuskan menemui sahabat lamanya yang sudah menemani dari zaman SD hingga kuliah bahkan mengetahui kisah masa lalunya.

Starbucks menjadi pilihan keduanya untuk bertemu.

"Gimana kabar Lo? Masih galau?" pertanyaan Arjuna sang sahabat yang sedikit menyindir keadaan Jendral sekarang.

"Hahaha...ya begitulah, gua sadar gua ini brengsek banget jadi cowok. Kalau aja seandainya gua dengerin dia dan bisa tahan diri gua sendiri semua ga bakalan kayak sekarang" Jendral tersenyum sedih.

Menghela nafas pelan, "Terus Lo mau gimana Jen? Ga capek apa? Kalo Lo masih bener bener cinta dan sayang kenapa ga Lo kejar aja. Kalian juga pacaran ga sebulan dua bulan kan.. kalian udah hampir 5 tahun pacaran" ucap Arjuna yang membuat Jendral terdiam.

"Gua gatau Jun, gua takut.. gua udah nyakitin dia terlalu dalam... Bahkan sampe sekarang karena kejadian masa lalu itu, gua selalu berusaha menghindari cewek lain. Gua cuma mau dia Jun" ucapan Jendral terdengar pilu.

"Kalo gitu Lo coba dulu aja Jen, kita gatau kedepannya. Seenggaknya Lo udah berusaha memperbaiki semuanya. Jangan jadi pengecut dan ga berdaya kayak sekarang, kasian sama orang terdekat Lo liat Lo kayak gini" nasihat Arjuna.

"Hmm.. mungkin Lo bener, gua bakal cari Sien dan berusaha untuk memperbaiki semua diantara kita berdua" ujar Jendral dengan yakin.

"Dan Lo beruntung Jen"

"Maksud Lo?"

"Kemarin pas persiapin promosi untuk grand opening restoran gua, si fotografer nelpon pacarnya terus...."

"Terus apa hubungannya Jun"

"Dengerin gua dulu makanya main asal potong aja" Arjuna kesal "pas dia nelpon pacarnya ga sengaja gua liat disamping pacarnya tuh fotografer ada Dara"

"Lo serius dulu Jun? Terus?"

"Gua tanya pacarnya kerja dimana..awalnya ga mau kasih tau tapi pas gua bilang gua temen SMA Dara dia baru  mau kasih tau. Sekarang Dara kerja di perusahaan Sun Group bagian marketing"

"Thanks banget informasinya Jun, Lo emang sahabat terbaik gua"

"Yoit pasti selamat berjuang bro" balas Arjuna memberi semangat.
______________________________

Mendengar informasi dari Arjuna, Jendral merasa tidak asing dengan perusahaan Sun Group.

Setelah berusaha mengingat-ingat Jendral sadar kalau perusahaan itu baru saja diakuisisi oleh perusahaannya. Ia juga mengenal dengan baik pemilik perusahaan tersebut.

Jendral langsung menghubungi sekertarisnya Bastian.

"Bastian, akuisisi kita sama perusahaan Sun Group bagaimana hasilnya?"

"Perusahaan tersebut sudah sepakat tuan, dan lusa tuan melaksanakan kunjungan disana. Saya sudah kirimkan melalui email beberapa berkas penting dan jadwal selanjutnya pada tuan. Apakah ada masalah tuan?"

"Ah.. tidak ada. Oke makasih Bas, kalo gitu saya cek dulu"

"Baik tuan"

Bak diterpa angin segar Jendral langsung mengecek email dari sang sekertaris, Bastian.

Setelah mendapat lokasinya Jendral menghubungi Heksa sang pemilik dan segera menuju perusahaan tersebut.

______________________________

Saat tiba disana Heksa heran dengan teman semasa kampusnya dulu. Bagaimana tidak bingung, temannya ini memakai hoodie hitam, celana jeans hitam, sepatu hitam, dan jangan lupakan masker hitam yang juga dikenakannya padahal cuaca Jakarta sangat panas.

"Bro, Lo ngapain sore gini pake pakaian kek gini? Dan ada hal sepenting apa sampe Lo dadakan hubungin gua?"

"Ah..gua cuma mau ketemu temen lama aja, lagipula kita kan udah sepakat kerjasama. Emang suatu kesalahan gua cuma mau liat Lo di kantor?"

"Gua masih lurus ya bro, punya pacar juga"

"Astaga Lo pikir gua melenceng!"

"Ya abis Lo dadakan kek tahu bulat. Mana alesannya pengen liat gua, jadinya kan gua geli" ucap Heksa sambil membuat ekspresi konyol

Keduanya lanjut berbincang lama hingga tiba pukul 5 sore dimana jadwal karyawan kembali ke rumah, dan tak lupa Jendral juga ikut berpamitan pada Heksa.

Saat berada di lift Jendral menyadari keberadaan Dara disana. Diujung dekat pintu sedangkan ia di paling belakang.

Jendral sungguh merasa berdebar dan ingin membawa gadis itu ke dalam pelukannya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Dengan segera Jendral mengikuti Dara bahkan sampai ke rumahnya.
.
.
.
To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang