#Masa Lalu 2 : Curiga

55 13 0
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.
UAS selesai dan libur panjang telah tiba. Oleh karena itu, Dara meminta izin untuk kembali ke Jakarta dengan kakek-neneknya. Setelah mendapatkan izin, Dara segera menghubungi ayah dan ibu. Tiga hari lagi ia akan kembali ke Jakarta untuk mengobati rasa rindunya dengan keluarga sekaligus sang kekasih hati.

Tiga hari berlalu. Waktu berjalan sangat cepat menurut Dara, ia segera berkemas menuju ke stasiun untuk kembali ke ibukota tercinta.

"Dar, maaf ya Mbah Uti sama Mbah Lanang ga bisa anter ke stasiun. Mbah Lanang masih agak drop"

"Iya Dar, maafin Mbah ya.. padahal Mbah ingin sekali mengantar kamu"

"Astaga ya gapapa Mbah, aku malah marah kalo Mbah nganter aku terus kecapekan! Nanti Mbah makin drop. Lagian ada om Wisnu sama Erika yang anter aku"

Suara ketukan pintu terdengar, om Wisnu dan juga Erika sudah sampai di rumah Dara. Mereka yang akan mengantar Dara ke stasiun dengan mobil.

"Punten Mbah, aku sama bapak izin nganterne' Dara ke stasiun yo!" sapa Erika antusias

"Iyo, maaf ya Mbah ngerepoti' koe Ka!"

"Rapopo Mbah, justru aku seneng.. Dara kan temenku to' jadi ora ngerepoti' aku"

"Matur nuwun nggeh"

"Sama sama Mbah, yauda udah siap nih ?"

"Udah Ka, makasih ya"

"Iya udah makasih terus ga berangkat berangkat nih"

"Pamit ya Mbah"

Usai Dara dan Erika bersalaman mereka segera menuju ke stasiun Tugu. Sesampainya disana Dara kembali mengucapkan terimakasih kepada Erika dan ayahnya.

"Kalo sampe sana kabarin Mbah sama aku juga ya! Terus kenalin pacar kamu dong hehe"

"Haha iya nanti aku kasih tau, aku berangkat dulu ya.. sekali lagi makasih om, ka"

"Iya sama-sama, ati ati di jalan"

"Oke"

Setelah 7-8 jam perjalanan menuju Jakarta, Dara sampai di ibukota. Dara dijemput oleh ayah dan ibunya.

"Dara yaampun nak, kangen banget ibu sama kamu" ibu Dara langsung memeluk Dara saat keluar dari kereta

"Sama Bu, Dara juga rindu sekali sama ibu"

"Udah udah ayok kita pulang, Dara pasti capek abis perjalanan jauh" ujar ayah Dara memberhentikan acara rindu antara ibu dan anak tersebut

Sesampainya dirumah Jihan, sang bungsu langsung memeluk kakak sulungnnya tersebut.

"Ya ampun mbak Jihan kangen banget sama mbak"

"Mbak jugaa Han"

"Lebay deh"

"Gausah sok-sok an bang, bilang aja kangen sama mbak juga" ucap Jihan jahil

"Yaampun adek mbak yang paling ganteng, mbak kangen tau sini peluk dulu"

"Aku dah besar mbak, udah 17 tahun"

"Iya iya yang udah punya KTP ahahai"

"Ish apaan sih mbak"

"Mbak bawa oleh-oleh apa nih?"

"Mbah tadi bawain beberapa cemilan tuh.. dibawa ibu ke dapur kayaknya"

"Oke mbak, ayo bang kita balapan ke dapur..1..2..3"

"Heh curang kamu Han"

Dara tertawa gemas melihat kedua tingkah laku adiknya tersebut. Ah.. Dara lupa mengabari Jendral bahwa dia sudah di Jakarta. Dengan segera Dara membuka handphone dan memberi pesan WhatsApp kalau dia sudah sampai di rumah tak lupa Mbah, dan juga Erika. Setelahnya Dara pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan ganti baju.
______________________________

Keluar dari kamar mandinya Dara mengecek handphonenya dan belum ada balasan dari Jendral. Dahi Dara mengkerut, tak biasanya Jendral lama membalas. Dara berpikir positif mungkin dia sedang ada urusan lain. Dara segera menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama keluarganya.

Di lain tempat saat ini Jendral sedang bersama teman temannya selain Arjuna dan Heksa. Temannya kali ini bisa dikatakan cukup liar, mereka adalah Sena, Jingga dan Yuda. Kenapa cukup liar? Karena saat ini mereka sedang ada di sebuah club. Sejak sore tadi Jendral diajak ke tempat tersebut untuk menemani mereka mencari perempuan. Katanya kalau mereka mengajak Jendral, meja mereka akan didatangi banyak wanita. Lalu respon Jendral? Dia ikut saja.. toh dia tidak akan macam macam paling hanya sedikit minum alkohol.

Meskipun terlihat seperti lelaki baik baik, Jendral itu kuat dalam hal mabuk-mabukan. Jendral memiliki toleransi tinggi meminum alkohol. Entahlah kenapa bisa begitu.. tetapi dilihat dari sisi gelapnya dulu, itu bukanlah hal yang tidak biasa. Tiba-tiba Jendral merasakan seseorang mengusap lengannya pelan dan ternyata itu adalah Kirana.

"Hai Jen, ternyata kamu bisa juga ya ke tempat ginian? Makin keren kamu di mata aku"

"Lepasin na, aku cuma diajak Sena dan yang lainnya aja"

"Oh ya? Dari awal aku liat tampang kamu.. ga mungkin kamu itu benar benar cowok baik seperti yang selalu diagungkan kamu pasti punya sisi yang lain kan dan sekarang aku beruntung bisa tau sisi lain kamu itu"

"Hah.. percuma aja bicara sama kamu"

"Udahlah Jen gausah sok jual mahal, aku bakal bisa nyenengin kamu daripada cewek kamu yang jauh itu. Dia pasti udah ada yang lain disana"

"Lo gausah ngomong yang aneh - aneh ya.. gausah ikut campur" Jendral langsung pergi dari sana tanpa pamit pada teman-teman yang sudah pada dunianya sendiri itu.

Jendral membuka ponselnya dan terdapat pesan dari Dara yang mengatakan dia sudah di Jakarta. Dengan semangat Jendral menelpon Dara.

"Halo Sie! Aku ganggu kamu ngga?"

"Ngga kok Jen, aku baru aja selesai makan malam tadi. Kamu lagi dimana? kok lama bales pesan aku"

"Ah aku lagi sama temen temen aku tadi Sie"

"Jen.." tiba-tiba Kirana datang memeluk Jendral dari belakang. Ya, Kirana sengaja mengikuti Jendral keluar dan mendengar Jendral sedang menelepon seseorang yang ia kira adalah kekasihnya.

"Loh suara siapa itu Jen?"

"Ah.. ga Sie tadi orang ga sengaja lewat" balas Jendral sembari melepas pelukan Kirana tetapi Kirana tidak semudah itu melepaskan pelukannya justru tambah mengeratkannya

"Sie nanti pas dirumah aku hubungi lagi ya, teman aku manggil" lanjut Jendral

"Oh oke, jangan kemaleman pulangnya dan hati - hati di jalan"

"Iya sayang, bye.. i love u" Jendral langsung memutuskan sambungan telepon

"I love u too Jen" balas Kirana yang membuat Jendral jengah

"Lo! Gua peringatin jangan ganggu hubungan gua Kirana!" teriak Jendral marah

"Uuu takut...kayaknya cewek Lo gatau ya kalo Lo itu.. seorang berandal tampan" sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda

Jendral merasa jijik, ingin menampar namun dia adalah wanita. Walaupun jago beladiri, Jendral pantang memukul perempuan. Setelah menghela nafas, Jendral langsung menuju mobilnya untuk pulang ke rumah. Kirana hanya tersenyum melihat hal itu sambil berucap kecil

"Let's play"
.
.
.

To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang