Keluarga

97 16 0
                                    

Selamat membaca :)
.
.
.
Sesampainya di rumah, Jendral segera menemui Bundanya.

"Bun, Jendral sudah menemukan Sien Bun.. Jendral bertemu Sien!"

"Benarkah? Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia baik baik saja?"

"Ya, Sien baik-baik saja. Dia sekarang bekerja di perusahaan Heksa yang baru saja bekerja dengan salah satu perusahaan kita"

"Syukurlah! Bunda rindu sekali dengan Sien..."

"Iya, tetapi Sien menolak Jendral saat Jendral ingin memperbaiki semuanya Bun" ucap Jendral sedih, Bunda mendekat dan mengelus pundak Jendral

"Semua butuh proses sayang.. tak mudah menjalani kembali disaat sudah disakiti. Pasti ada trauma mendalam dan kita tak bisa menampik akan hal itu. Yang kamu perlu lakukan saat ini bukan hanya meyakinkan hatinya dan memperbaiki hubungan kalian tapi kamu juga perlu menyembuhkan luka yang pernah kamu berikan. Butuh jangka waktu untuk yang satu itu sayang, bisa saja dalam waktu singkat atau lama itu bergantung pada perasaan pribadi masing-masing orang, jadi jangan dipaksakan.. paham?"

"Iya bunda, makasih ya bunda sudah memaafkan dan mendukung Jendral padahal Jendral sudah berbuat salah"

"Tentu sayang karena kita ini keluarga. Kita harus saling mendukung keputusan satu sama lain asalkan keputusan yang sudah diambil bisa kalian pertanggung jawabkan" ucap Bunda, dan Jendral langsung memeluk Bundanya
______________________________

Hari ini Jendral bertekad menemui orang tua Dara setelah menceritakan langkahnya tersebut pada Bunda. Tak sulit menemukan alamat baru keluarga Dara tinggal. Ya, setelah putus yang terakhir kali ia sempat kehilangan kontak dengan Dara. Keluarga Dara pindah rumah dan hubungan sedang berada diujung tanduk saat itu.

Rumah orang tua Dara tampak sederhana, asri dan tampak nyaman dari luar. Kata orang orang kondisi rumahmu mencerminkan kehidupanmu. Tak ingin berdiam terlalu lama diluar Jendral segera mengetuk pintu rumah tersebut

"Selamat pagi, permisi.."

"Iya, tunggu sebentar ya" teriak seseorang dari dalam rumah

"Eh.. ada tamu.. cari sapa le' ?" sahut seseorang yang ternyata Mbah Uti

"Ah.. pagi Mbah.. perkenalkan saya temannya Si- eh maksud saya Dara"

"Oalah temennya Dara toh! tapi Dara lagi pergi keluar tadi sama temennya tadi... kalo ga salah namanya Heera"

"Oh begitu ya Mbah.. kalo begitu om atau Tante ada di rumah tidak ya Mbah?"

"Ada lagi di halaman belakang rumah nanti Mbah Uti panggilkan.. kamu masuk dulu yuk biar lebih enak ngobrolnya nanti"

"Iya Mbah Uti makasih"

Jendral sedikit kecewa karena Dara tidak berada dirumah, tapi tidak apa Jendral akan tetap berusaha. Omong-omong ini pertama kalinya Jendral bertemu dengan nenek Dara karena dulu saat masih berpacaran nenek Dara belum tinggal bersama keluarga Dara seperti sekarang. Tak lama ayah Dara menghampirinya dan sedikit terkejut melihat Jendral yang ia ketahui mantan kekasih putri sulungnya.

"Loh ini nak Jendral bukan? Sudah lama ngga ketemu yaa.. gimana kabarnya sehat?"

"Iya om, kabar Jendral sehat kok. Om, Tante, Randy dan Jihan gimana kabarnya?"

"Syukurlah! semuanya baik tapi Randy dan Jihan lagi ga dirumah soalnya lagi kuliah diluar, beruntung dapat rezeki haha.."

"Oh begitu, Jendral ikut senang dengernya om"

"Iya...tapi nak Jendral ada apa yan tiba-tiba datang kemari? Mohon maaf nih sebelumnya Dara lagi pergi weekend sama temennya"

"Ah gapapa kok om, Mbah Uti tadi juga sudah kasih tau. Sebenarnya Jendral kesini ingin meminta izin dari om, Tante, dan yang lainnya"

"Izin? Waduhhh izin apa nih.. dah kayak sekolah pake keterangan izin.. izin hahah"

"Hahah jadi gini om.. saya yakin Dara sudah bercerita mengenai kandasnya hubungan kami. Oleh karena itu, disini saya mau meminta izin pada om dan semuanya untuk mendekati Dara kembali dan ke depannya saya berencana menjalin hubungan lebih serius lagi dengan Dara.

Saya tidak tahu apakah Dara menceritakan juga mengenai alasan kandasnya hubungan kami secara detail. Namun, dari lubuk hati saya yang paling dalam saya meminta maaf dan merasa menyesal karena sudah menghancurkan hati putri om. Orang tua manapun akan sakit hati ketika anaknya disakiti oleh orang lain makanya saya berharap masih bisa dikasih kesempatan untuk berhubungan dengan Dara kembali"

Ayah Dara sedikit tertegun akan keberanian dan ketegasan Jendral yang meminta izin secara langsung untuk menjalin hubungan kembali dengan putrinya. Akan tetapi, seperti kata Jendral tadi ia juga kecewa dan marah pada Jendral karena pernah menyakiti hati putrinya meskipun Dara tidak menjelaskan detail alasan mereka putus. Dara hanya mengatakan kalau mereka sudah tidak merasa cocok lagi satu sama lain.

"Hah.. pertama saya hargai usaha dan niat baik kamu untuk datang kemari. Kami tidak akan menolak seseorang apalagi yang mempunyai tujuan baik kesini. Jujur saja apa yang kamu katakan tadi benar, saya merasa kecewa dan marah karena putri saya pernah disakiti oleh kamu. Saya sudah berusaha untuk menjaga dan merawat dia dengan baik bukan semata hanya untuk disakiti oleh orang lain.

Saya tahu Dara berubah saat berpacaran dengan kamu. Yang pertama, dia menjadi lebih pendiam dan sedikit memiliki teman. Saya sudah bertanya kenapa tetapi dia hanya menjawab baik baik saja dan hanya ada masalah kecil dengan teman dekatnya. Lalu yang kedua saat kalian berada di fase LDR, Dara sedang libur kuliah dan berniat menemui kamu di Jakarta. Tepat beberapa hari sebelum kalian putus dia pulang dengan tangisan hebat dan mengatakan hubungan kalian sudah tidak ada kecocokan lagi kemudian putus.

Bahkan pada saat itu Dara dan kami sedang berkabung karena kakek Dara meninggal dunia. Jadi, selama di Yogyakarta dia bantu merawat dan menghibur Mbah Uti yang waktu itu tinggal seorang diri. Maaf saya jadi cerita kemana mana...hah..."
.
.
.
To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang