Selamat membaca:)
.
.
.
Dara terkejut bukan main mendengar perkataan yang keluar dari mulut Jendral. Seketika itu juga, Dara melepaskan pelukan itu kasar dan mencoba keluar dari ruangan atasannya tersebut.Ketika sudah meraih ganggang pintu, pintu tersebut terkunci dan membuat Dara sedikit panik.
"Kamu boleh keluar saat kita sudah selesai bicara Sie" ujar Jendral sambil menunjukkan kunci ruangan tersebut dan ditaruh di saku celananya.
Berusaha tetap tenang Dara mulai menarik nafas kemudian hembuskan. Berhadapan dengan Jenderal memang butuh kesabaran lebih dan ia tahu itu.
"Oke, apa yang kamu mau bicarakan?"
Jendral benar-benar ingin kembali mendekap erat Dara saat ini, namun ia takut penolakan itu terjadi lagi dan Dara pergi dari jangkauannya seperti dulu
"Aku mau minta maaf atas kesalahan aku di masa lalu, aku sadar aku salah. Banyak hal yang aku alami setelah masalah itu Sie, dan aku mulai menyadari kalau kamu benar. Aku mau kita memulai semua dari awal lagi. Aku masih sayang dan cinta sama kamu bahkan ga ada wanita lain lagi selain kamu di hati aku" Jendral mencoba mendekat untuk meyakinkan tetapi Dara menghindar
"Aku sudah memaafkan kamu sudah dari lama, apa yang terjadi kamu bisa jadikan pembelajaran untuk kedepannya. Tapi maaf untuk memulai semuanya lagi aku gabisa dan keputusan terakhirku sudah bulat. Aku juga masih mengalami trauma untuk menjalani suatu hubungan, dan aku harap kamu ngerti akan hal itu" ucap Dara tegas.
"Sie, orang menjalin hubungan karena kesepakatan kata 'iya' dari kedua belah pihak kan? Bukankah itu juga berlaku ketika mereka ingin mengakhiri hubungan. Aku ga sepakat kamu mengakhiri hubungan kita"
"Jen..."
"Aku benarkan? Kalau salah satu diantara kita ga setuju untuk mengakhiri hubungan ini berarti kita belum berakhir Sie"
"Jen, ini bukan kerjasama antar perusahaan yang biasa kamu lakuin. Kamu ga bisa pakai alibi seperti itu"
"Oke, lalu apa yang harus aku lakuin untuk memperbaiki hubungan kita? Aku akan lakukan apapun itu"
"Sudah cukup Jen, kurasa kita bisa memutuskan untuk berteman saja satu sama lain" ucap Dara berusaha sabar
"Teman? Teman sepanjang hidup maksudmu?" Jendral tetap pada argumen untuk tidak berpisah. Jendral mencoba mendekati Dara tetapi Dara mulai berjalan mundur dan menghindar dari Jendral lagi sambil berkata,
"Ngga Jen maksud aku jadi temen kayak dulu, hanya jalinan pertemanan biasa antara aku dan kamu" ucap Dara dengan agak kesal dan jengkel.
Sorot mata Jendral menajam, agar Dara merasa terintimidasi
"Ngga Sie, kamu gabisa kayak gitu ke aku"
"Jen, dua kali kamu hancurkan kepercayaan aku. Aku udah gabisa lagi Jen" Dara tak merasa terintimidasi malah yang ia rasakan adalah lelah dan marah. Hatinya masih sakit. Apakah lelaki didepannya ini tidak mengerti?
"Kasih aku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya!"
"Kesempatan? Aku sudah pernah kasih kesempatan Jendral! Tapi nyatanya kamu tetap saja melakukannya lagi. Bahkan lebih parah!" Nafas Dara mulai memburu dan dadanya mulai terasa sesak mengingat kejadian beberapa tahun silam.
"Please forgive me Sie" ujar Jendral tetap keras kepala pada pendiriannya.
"Stop Jen! kita udah putus dan sulit untuk kembali lagi" ujar Dara dengan intonasi keras, lalu menghela nafas untuk meredakan amarah menghadapi sang lelaki masa lalu yang hadir menjelma menjadi atasannya saat ini.
"Nggak Sie, aku tetap ga terima! kamu ga bisa memutuskan itu sendirian" Jendral tetap kekeuh untuk mempertahankan Dara bahkan dengan intonasi yang tinggi
"Apa? Kenapa tidak bisa? Nyatanya dirimulah yang membuatku lelah dengan semua ini. Kenapa aku tidak bisa mengakhiri?" ucap Dara dengan intonasi tinggi sambil menahan tangis untuk keluar dari kedua matanya, dia sudah lelah
"Aku minta maaf atas perlakuan ku dulu yang menyakiti kamu terlalu dalam. Aku tahu ini akan sulit! tapi sejak kejadian terakhir kali, aku sudah berjanji pada diriku untuk menjadi yang lebih baik dan tidak akan mengulangi kembali Sie" nyatanya walau berusaha tenang, Jendral tidak bisa mengendalikan emosional dalam dirinya ketika berhadapan dengan gadis pemilik hatinya ini
Air mata Jendral sudah jatuh. Penyesalan teramat dalam benar benar terlihat. Saat ini yang Jendral inginkan adalah membawa Sien-nya ke dalam pelukannya.
Namun, Dara menolak hal itu. Ia takut jatuh lagi pada seorang Jendral. Sudah dua kali lelaki ini mengkhianati kepercayaannya. Apakah dia masih bisa mempercayai ucapan lelaki itu lagi?
Perselingkuhan adalah akar dari semua masalah kisah romansa mereka berdua. Dahulu saat setalah perselingkuhan yang pertama, pria itu berjanji dan mengatakan bahwa dirinya satu satunya di hati pria itu dan tidak ada wanita lain untuk selanjutnya. Tapi nyatanya hal itu hanyalah omong kosong belaka.
Saat Dara mulai menyembuhkan luka akibat perselingkuhan pertama dan bertekad melupakannya. Semesta memunculkan permasalahan baru, dimana mereka harus melakukan hubungan jarak jauh/ LDR.
Sempat ragu diawal tetapi mereka masih bisa mengatasi satu sama lain. Namun hal itu tak berlangsung lama karena perselingkuhan itu terjadi lagi.
Dara benar benar ingat disitu keadaannya sedang terpuruk, ditambah dengan peristiwa perselingkuhan untuk kedua kalinya. Dara tidak tahu lagi harus bagaimana, ia sudah menjaga hati namun hati yang ia jaga malah memberikannya pada orang lain. Hal ini membuat Dara muak, dan kesal dengan laki-laki dihadapannya kini.
"Jen...apakah kalian baik baik saja?"
Suara Heksa terdengar beriringan dengan ketukan di pintu. Heksa khawatir terjadi sesuatu di dalam setelah mendengar suara berdebat dari dalam ruangannya.
"Iya gapapa, tunggu sebentar lagi" sahut Jendral dari dalam
"Sie, sekali lagi aku katakan aku tau ini sulit. Tapi aku ga akan nyerah Sie. Aku ga akan nyerah untuk kamu! Aku berharap kamu masih mau melihat perjuangan aku" ucap Jendral dengan putus asa.
"Melihat? Ya, hanya melihat" ucap Dara dengan lirih. Setelah membersihkan air mata mereka, Jendral membuka pintu dan Dara langsung keluar tanpa menyapa siapapun. Dirinya sungguh kacau hari ini.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
RomanceDéjà vu adalah suatu perasaan telah mengetahui dan déjà vécu adalah sebuah perasaan mengingat kembali . . . "Ingin membenci! Namun aku pernah mencintaimu terlalu dalam sehingga tak semudah itu rasa ini terlupakan" - Adara . . . "Kesalahanku terlampa...