Double up!
Selamat membaca:)
.
.
.
Percakapan Dara-Yura yang tak sengaja terdengar Jendral :"Makasih udah peduli, gua bisa atasi ini sendiri kok"
"..ah yaa.. haha... tetap saja kalau kamu butuh bantuan kamu bisa panggil aku kok, dan ini tas kamu tadi sudah aku bantu bereskan"
"Oh ya, thanks"
Jendral menyerit heran, mengapa nada bicara Yura pada Sien-nya berubah. Dia bersembunyi ketika Yura keluar dari UKS, dan mengantarkan Dara pulang setelahnya.
Makan malam telah usai, ayah Yura menelpon untuk mengucapkan terimakasih atas kejadian di sekolah tadi, dan meminta Jendral untuk mengantar Yura di pagi hari. Awalnya Jendral ingin menolak, tapi ia karena rasa sungkan menolak permintaan ayah Yura akhirnya ia menyetujuinya.
Keesokan pagi Jendral benar-benar menjemput Yura dirumahnya.
"Thanks ya udah mau anterin gua, padahal udah gua bilang gausah tapi ayah maksa banget"
"Gapapa sans lagian Lo kan anak satu-satunya bokap pastilah kejadian kemaren bikin dia khawatir"
Meskipun sedikit bingung dengan gaya bahasa Yura yang berbeda dari sebelumnya, Jendral mengabaikan dan ia berpikir bahwa inilah sifat asli Yura. Ditambah mereka juga sudah dekat sebelumnya jadi baginya itu hal yang biasa saja.
Dari ekor matanya Jendral melihat Dara masuk melewati gerbang, dan raut tak suka sangat kentara di wajah cantik Sien-nya itu.
"Sekali lagi gua makasih banget, sampe Lo repot repot"
"Ya dan Lo pasti dah tau kan jawaban gua apa.. Sans aja Yaudaa"
"Yauda gua masuk deh yaa, bye"
Telinganya mendengar banyak siswi siswi membicarakan kejadian dirinya dengan Yura, dan Jendral hanya abaikan itu.
Saat istirahat di kantin Yura datang sendirian, dan langsung menghampiri mejanya dengan Arjuna
"Hai Jen, perut gua keroncongan banget soalnya tadi cuma makan roti aja"
"Kenapa cuma makan roti aja, padahal ya kalo Lo mau makan nasi gapapa nanti gua tungguin"
"Ga lah! Dah dipaksa bokap gua masa harus pake nunggu segala.. masih sadar diri kali gua hahah"
"Baguslah Lo masih sadar wkwkwk"
Arjuna disampingnya hanya diam dan menunjukkan wajah tak sukanya terhadap Yura. Tak lama Dara datang bersama teman sekelasnya yang lain. Ketika mereka melihat Jendral, Dara memisahkan diri dari kedua temannya tersebut.
Seperti biasa setelah kegiatan sekolah usai, Jendral menunggu Sien-nya keluar dari kelas. Tiba-tiba Yura datang kearahnya seorang diri.
"Oi Jen, lagi nungguin Dara Lo"
"Iya nih.. Lo juga nunggu jemputan kan?"
"Yoi lah masa gua nebeng Lo juga, nanti gua mau ditaroh mana.. di ban gua?"
"Hahah.. iya juga.."
Dara datang dengan wajah yang sedikit sendu(?)
"Jen.." panggil Dara
"Eh Sie, kok kamu tumben ga bareng Yura biasanya kalian barengan"
"Ah.. itu.. "
"Gaada apa apa kok, emangnya kita harus selalu bersama ya kayak kembar siam... Hahaha"
"Iya juga wkwk"
"Yauda gua duluan ya Jen, Dar"
"Hati-hati Yur!" ucap Jendral dan dibalas acungan jempol
Jendral merasa keheningan selama perjalanan. Dara yang biasanya bercerita keseharian di sekolahnya hanya diam. Jendral diam diam tersenyum, Dara terlihat jelas sangat cemburu dengan Yura. Sesampainya di depan rumah Dara.
"Jen, boleh aku tanya sesuatu ke kamu?"
"Tentu aja boleh Sie, kamu mau nanya apa?"
"Yura..."
"Oh Yura, dia ternyata anak kenalan papaku. Kemarin saat aku kabari orangtuanya kalo Yura pingsan, mereka langsung minta bantuan aku untuk anterin Yura ke sekolah paginya. Takut ada apa apa katanya... Wait, kamu cemburu ya?" sambil menggoda Dara
"Ga kok, cuma ngetes kejujuran kamu aja tuh" ungkap Dara dengan pipi merona
"Hahah... Lucunya pacarku ini, aku sama dia gaada apa apa kok Sie. Jangan pikir yang aneh aneh ya!" ucap Jendral lembut sambil tangannya mengelus pucuk kepala Dara "udah sana masuk... Nanti yang didalam khawatir"
"Ya, kamu hati-hati dijalan"
"Siap princess" Jendral terkekeh dan melajukan motornya setelah melihat Dara memasuki rumahnya.
______________________________Waktu menjelang UTS semakin dekat, dan Jendral masih tetap memiliki hubungan dengan 2 perempuan seperti ini. Hingga suatu saat ayah Yura menelponnya meminta Jendral membantu mengajari Yura karena UTS semakin dekat. Jendral mengiyakan saja permintaan ayah Yura lagipula jika kita mengajari seseorang, ilmu itu akan ke kembali kita juga bukan. Tentu saja hal ini tidak diketahui oleh Dara.
"Makasih banget udah memenuhi permintaan ayah gua lagi... Padahal Lo sendiri pasti lagi ribet juga kan"
"Ga kok ga masalah.. lagipula kalo kayak gini lebih nempel di otak gua"
"Haha baik banget ya lo.. btw Lo emang ga belajar bareng Dara?"
"Ga, dia orangnya ga enakkan padahal gua mau mau aja kalo belajar bareng"
"Oh gitu ya... em.. Jen gua boleh ngomong sesuatu ga?"
"Boleh lah, emang mau ngomong apaan?"
"Jujur gua suka sama Lo dari sejak pertemuan pertama, tapi sayang Lo udah punya pacar"
Jendral tak kaget mendengar pernyataan Yura karena ia sudah menduga dari tingkah laku Yura selama dekat dengan dirinya. Jendral terdiam cukup lama sampai akhirnya...
"Sejujurnya gua juga tertarik sama Lo diawal pertemuan kita.."
"Serius??.."
"Iya gua serius Ra"
"Lo mau ga jadi cowok gua? gua tau ini salah tapi perasaan gua ke Lo dah ga bisa gua tahan apalagi Lo juga tertarik sama gua" pinta Yura, "gua ga masalah kok bukan jadi prioritas Lo.. gua ga masalah juga jadi yang kedua"
Perkataan Yura membuatnya berpikir. Sungguh hal ini tidak pernah diduga yaitu menjalin hubungan lain selain dengan Dara. Jujur Yura adalah tipikal orang yang asik akhir akhir ini dan membuat dia sejenak melupakan rasa jenuhnya dari hubungannya dengan Dara. Pikiran gila yang tak pernah terpikirkan muncul. Abangnya memiliki 2 pacar dalam satu waktu, jadi bolehkah ia juga merasakan hal itu?
"Lo beneran ga masalah jadi yang kedua?"
"Iya gua ga masalah Jen... Gua juga ga akan bilang hal ini ke Dara! You can keep my promise"
"Huft.. oke kita pacaran tapi jangan sampai Sien tau hal ini"
Jari kelingking mereka saling menyatu membuat sebuah perjanjian diantara keduanya, dan dari sini lah akar permasalahannya yang pertama.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
RomanceDéjà vu adalah suatu perasaan telah mengetahui dan déjà vécu adalah sebuah perasaan mengingat kembali . . . "Ingin membenci! Namun aku pernah mencintaimu terlalu dalam sehingga tak semudah itu rasa ini terlupakan" - Adara . . . "Kesalahanku terlampa...