Kenyataan yang Sebenarnya

126 17 0
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.
Dara menyelesaikan ceritanya dengan menangis pilu. Dia kembali teringat kejadian yang menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping saat itu. Heera yang mendengarnya ikut merasakan sakit hati Dara. Seharusnya Jendral bisa jujur pada Dara dan tidak akan berakhir seperti ini.

"Aku paham posisi kamu Dar, pasti rasanya hancur banget. Tapi apakah kamu sudah mendengar pernyataan dari Jendral? Bukan bermaksud gimana.. tapi dari cerita kamu saat kejadian di kantor aku masih ngerasa kalo Jendral masih benar benar tulus cinta sama kamu dan sepertinya terjadi kesalahpahaman antara kalian berdua"

"Hee, dia pernah selingkuh satu kali. Orang yang pernah selingkuh satu kali pasti bisa juga selingkuh kedua kali ketiga kali bahkan seterusnya. Aku udah ga percaya lagi sama dia Hee"

"Dar.. maaf sebelumnya aku ga bermaksud memihak siapapun disini karena aku baru mendengar cerita ini dari versi kamu, dan kita gatau gimana cerita versi Jendral. Kalian sudah cukup lama pacaran dan aku yakin ga semudah itu buat berubah perasaan. Ini hanya saran dari aku, coba kamu tanya pelan pelan sama dia apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi saat ini kalian sudah sama sama dewasa! Coba selesaikan dalam kepala yang dingin. Kedepannya kita mungkin gatau bakal gimana tapi seenggaknya hati kamu bisa lega karena tau hal yang sebenarnya"

"Apakah harus seperti itu?"

"Sekarang aku tanya kalo kayak gini terus apakah kamu bakal tenang? Pasti dalam hati kamu ada perasaan yang mengganjal kan? Coba pikirkan dengan matang. Ingat aku cuma kasih saran, semua tergantung keputusan kamu juga Dar"

"Hah.. mungkin kamu bener aku akan coba denger cerita dia"

"Nah begitu kan enak. Apalagi kalo masalah ini bisa terselesaikan dengan baik untuk kedua belah pihak"

"Makasih banyak Hee, aku beruntung bisa kenal kamu dan cerita ini ke kamu"

"Heera gitu loh hahah.. aku juga beruntung kenal Dara soalnya cuma kamu yang tahan sama kelemotan aku kalo lagi kerja"

"Hahah dasar lemot"

"Ihh Dara mulai nyebelin lagi kan"

"Hahaha"

Dalam hati Dara sedikit merasa tenang usai bercerita dengan Heera. Luka yang dipendam selama ini bisa ia keluarkan dan hatinya merasa lega. Heera mungkin benar karena ia selama ini menduga duga sendiri, ia akan mendengarkan penjelasan Jendral nanti.
______________________________

Bagaikan tertimpa angin segar, hari ini Jendral sangat bahagia sekali. Dara mengatakan ingin bertemu dengannya setelah beberapa waktu selalu diabaikan. Sien-nya itu mengatakan ingin mendengar cerita tentang masalah mereka terakhir kali. Jendral bernafas lega karena ia bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya. Jendral tak tau apa yang terjadi pada Dara tapi yang jelas ia benar benar bersyukur.

Dengan wajah sumringah Jendral menjemput Dara dirumahnya. Ia akan bercerita semua dan berkata sejujurnya tentang apa yang terjadi.

"Permisi.. selamat pagi!"

"Pagi, eh Jendral toh! Masuk aja Jen"

"Makasih om, saya tunggu Dara diluar saja"

"Yakin? Cewek kalo dandan lama loh Jen hahah"

"Aku dengar ya yah"

"Eh udah siap ternyata! Jaga anak om dengan benar ya Jen kali ini"

"Iya om siap!"

Mereka berdua masuk ke mobil setelah bersalaman pada ayah Dara.

"Jadi kamu mau kemana?"

"Di cafe biasanya dulu aja Jen"

"Oke"

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Jendral memutuskan memutar musik untuk memecah keheningan. Tak lama sampai lah mereka di cafe belajar yang sering mereka singgahi dulu.

"Kamu masih suka coklat hangat dan kue tiramisu kan?"

"Ya, makasih sebelumnya"

"No problem"

Setelah memesan Dara segera ingin mendengar cerita Jendral. Namun sempat terpotong karena hidangan mereka telah siap. Akhirnya mereka bercerita sambil menikmati hidangan yang ada.

"Setelah kamu minta putus waktu itu, aku kalut. Aku bahkan berencana ingin menyusul kamu ke Jogja beberapa hari setelahnya, tapi wanita gila itu berulah lagi. Dia dateng ke rumah aku sambil bawa testpack dan foto pas aku di hotel waktu itu. Ayah marah besar karena kejadian bang Jeffry terulang lagi sama aku. Padahal aku dijebak Sie! dia emang hamil tapi bukan sama aku. Dia hamil sama Jingga salah satu temen aku waktu itu, dia juga yang bantu segala rencana Kirana"

"Kenapa kamu bisa ada di hotel waktu itu Jen?"

"Jadi gini, waktu itu aku baru tahu kalo Jingga yang selama ini bantu wanita itu untuk dapet nomor telepon kamu dan lainnya. Dia yang ngambil hape aku waktu di club. Aku ga terima jadi aku melanggar ucapan kamu untuk datang ke club karena rasa emosi yang udah ga bisa aku tahan. Jadi aku samperin dia di club saat itu juga, dan kami terlibat perkelahian fisik. Lalu selang beberapa minggu kemudian dia mau minta maaf sama aku dan berkata bahwa dia menyesal bantu wanita itu yang ternyata berniat jahat dan aku bodoh! Segampang itu aku percaya padahal aku tau dia tergila-gila sama wanita itu! Waktu itu dia kirimkan sebuah alamat hotel di Jakarta. Awalnya aku bingung dan sedikit rasa aneh tapi karena dia punya niat baik untuk minta maaf yauda aku tetap datang kesana. Pas sampe disana tiba tiba aku dipukul sama seseorang dari belakang karena keadaan aku lemah mereka ngambil kesempatan untuk bius aku juga. Pas aku sadar, aku udah dikamar hotel dengan wanita itu dan dia lagi video call sama kamu. Aku terkejut, dan aku juga ga nyangka baju aku udah terlepas saat itu.. kamu salah paham Sie, aku ngga nyentuh dia sama sekali.. aku cuma dijebak"

"Tapi kan kamu lagi ga sadar Jen waktu itu, gimana bisa kamu tahu kalo ga melakukan sesuatu?"

"Sie, aku waktu itu dipukul dan dibius, kesadaran aku benar benar hilang total. Wanita gila itu bahkan nekat datang ke rumah aku beberapa hari setelah kejadian itu dengan bawa testpack positif!.. keluarga aku murka dan minta tes DNA akan kebenaran anaknya. Begitu hasilnya keluar itu emang bukan anak aku! Aku ga pernah melakukan hal rendahan seperti itu karena aku cuma mau melakukannya sama orang yang aku cintai dan sudah sah dimata Tuhan. Aku akui aku pernah jadi cowok brengsek tapi aku juga punya prinsip yang terus aku jaga Sie! Itu semua karena aku ingat kamu.. kalaupun terjadi sesuatu, itu pasti dia yang melakukan bukan aku."

Dara berpikir cerita Jendral cukup logis. Dara jadi bimbang saat ini. Haruskah dia memaafkan Jendral? Atau benar-benar mengakhiri hubungannya dengan Jendral?
.
.
.
To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang