Selamat membaca:)
.
.
.
6 tahun kemudianIngatan Jendral kembali pada acara pernikahannya dengan Dara saat itu.
Kicauan burung terdengar menandakan begitu cerahnya hari itu. Di dalam Gereja Katedral tersebut sedang melaksanakan acara pemberkatan pernikahan Jendral dan Dara. Suara Jendral terdengar tegas dan yakin keluar dari dalam Gereja
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, saya Jendral Advano Rajendra, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Adara Sienna Yeondra menjadi istri saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan akan mendidik mereka secara Katolik. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan selalu menolong saya"
Pada saat pembacaan ikrar tersebut seluruh tubuh Jendral tak berhenti bergetar. Ia sangat bahagia akhirnya bisa mengucapkan hal itu dihadapan Dara, pilihan hidupnya. Jendral juga kembali mengingat pesan ayah sebelum Jendral memasuki altar.
"Nak sekarang kamu sudah melangkah ke jalan yang lebih serius. Jangan kamu ulangi semua kesalahan kamu dimasa lalu. Sebaliknya kamu jadikan itu sebagai pembelajaran bagi ke depannya. Jaga istrimu dengan seluruh ketulusan hatimu karena ayah dan ibunya sudah membesarkan, mendidik, dan merawatnya sebaik mungkin. Jangan kau lukai perasaannya karena jika kau lukai bukan hanya Dara saja yang terluka tapi seluruh keluarganya"
"Mas.. mas jendral?" Suara lembut Dara terdengar membuat ia kembali dari lamunan paginya
"Iya kenapa sayang?"
"Mas gapapa? kamu melamun dari tadi aku khawatir. Apakah ada masalah?"
"Ngga ada sayang, aku cuma ingat acara pemberkatan saat pernikahan kita dulu"
"Ah.. waktu itu ya! Sudah ga terasa 6 tahun berlalu ya.. bahkan sampai kita dikaruniai 3 orang anak sekarang"
"Iya.. dan aku selalu bersyukur bisa berakhir sama kamu"
"Hahah.. aku juga! Hmm... Aku jadi teringat percakapan aku dengan ayah dulu sebelum pergi menuju altar"
"Apa yang kalian bicarakan saat itu?"
"Waktu itu...
[Flashback Ingatan Dara]
"Dar.." sang ayah tiba tiba masuk ke ruangan Dara
"Saya tinggal keluar dulu ya mba"
"Oh iya.. terimakasih ya mba" dibalas anggukan oleh sang perias
Ayahnya mulai mendekati Dara. Ia terlihat bahagia melihat putri sulungnya akan menikah dengan lelaki pilihannya sendiri.
"Dar.. ayah pernah dengar bahwa mendapat anak perempuan itu ibarat membawa sebuah gelas kaca pada seutas tali. Jika tidak dijaga dan digenggam dengan baik gelas itu akan jatuh dan hancur berkeping keping... Saat anak pertama yang ayah dapatkan adalah perempuan, ayah sangat takut Dar. Banyak yang ayah pikirkan salah satunya apakah ayah bisa menjaga, merawat, dan mendidik dengan baik? Tapi saat ini rasa kekhawatiran ayah tidak diperlukan lagi. Ayah bisa mengantarkan anak ayah menuju altar pernikahan bersama dengan pilihannya sendiri. Ayah turut senang ya nak"
Dara terharu dan mulai menangis. Kemudian Ayah Dara memeluk anak sulungnya itu untuk menenangkan.
"Terimakasih ya yah atas segalanya. Ibu, adik, dan semuanya juga. Dara beruntung bisa lahir di keluarga ini. Dara selalu menyayangi dan mencintai ayah karena bagi Dara ayah adalah pahlawan!" ayah Dara tersenyum hangat menanggapi pernyataan putri sulungnya tersebut
"Ayah rasa sudah waktunya nak, kamu siap?"
"Iya yah"
Mereka berdua pun segera berjalan beriringan menuju altar pernikahan.
[Selesai Flashback]
.. perasaanku benar-benar tidak bisa aku gambarkan dengan baik"
"Ayahmu benar Dar, kurasa aku juga mengalami hal yang sama terhadap Naya dan Elsha. Aku minta maaf pernah mengkhianati dan menghancurkan hatimu. Aku benar-benar...."
"Jendral cukup! Sudah kukatakan itu sudah masa lalu, dan sekarang kita harus lebih baik lagi untuk kedepannya. Kita terus berdoa pada Tuhan semoga kejadian dulu tidak dialami oleh anak-anak"
"Ya, aku harap begitu. Tapi jujur aku takut mereka terkena karma atas kelakuan aku dulu Sie."
"Ngga akan Jen.. kita sudah sebaik mungkin mendidik dan merawat mereka. Seandainya ketakutan kamu terjadi pun kita perlu menyikapi hal tersebut dengan tenang dan kepala dingin. Bagaimanapun juga setiap masalah pasti ada resiko dan tergantung kita dalam menyelesaikannya. Saat ini pun kita sudah berusaha melatih anak-anak untuk bertanggung jawab atas segala tindakan mereka bukan? Jadi percaya pada mereka ya"
"Iya Sie, aku beruntung bisa menikah dengan kamu. Aku sangat mencintaimu"
"Hmm.. aku juga"
"Ayah.. Bunda.." panggil Noah anak pertama mereka
"Iya nak.. Eh.. Ada apa Noah?"
"Noah minta maaf ga sengaja numpahin susu coklat ke baju Naya jadi baju Naya basah"
"Tapi Abang tadi udah bersihin gelas sama tumpahannya Bun.. Abang tadi ambil pel di belakang" sahut Naya tiba-tiba datang
"Ih tapi baju adek jadi kotor"
"Gapapa bang! Kan Naya bisa ganti baju sama bunda.. bajunya juga bakal bersih lagi kalo dicuci! iya kan Bun?"
"Abang sudah minta maaf belum sama Naya?"
"Sudah yah tapi.." ujar Noah merasa bersalah karena baju tersebut baju kesukaan adiknya
"Naya sudah memaafkan Abang?"
"Sudah yah! Lagian Abang ga sengaja"
"Tuh dengar.. Naya sudah memaafkan Abang jadi Abang tidak perlu merasa bersalah ya! Lagipula abang sudah bertanggung jawab membereskan tumpahan tadi kan?"
"Iya yah.. makasih ya dek sudah memaafkan Abang"
"Iya bang! Sama-sama...nanti ajarin adek lagi ya baca dan nulis"
"Iyaa!"
"Sudah sekarang Naya ganti baju dulu ya sama bunda! Ayah sama Abang tolong lihat Elsha dulu takut dia sudah bangun" titah Dara
"Oke Bun"
Jendral tersenyum dan merasa bersyukur akan kebahagiaan yang dia dapatkan saat ini. Setahun setelah menikah, mereka dikaruniai satu orang putra yang diberi nama Noah. Dua tahun kemudian mereka kembali diberi kepercayaan Tuhan dan dikaruniai seorang putri kecil yang cantik bernama Kanaya, dan 5 bulan lalu dikaruniai kembali putri menggemaskan yang dinamai Elshanum. Jendral berharap semoga kedepannya keluarga mereka diberikan kebahagian terus seperti ini, meskipun terkadang masalah datang menghampiri dan hal itu wajar. Setiap rumah tangga pasti mengalami masalah kan? Yang terpenting adalah komunikasi, dan kepercayaan satu sama lain dalam menghadapi masalah tersebut.
Bonus pict
(Sumber : pinterest)
Jendral & Adara
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
RomanceDéjà vu adalah suatu perasaan telah mengetahui dan déjà vécu adalah sebuah perasaan mengingat kembali . . . "Ingin membenci! Namun aku pernah mencintaimu terlalu dalam sehingga tak semudah itu rasa ini terlupakan" - Adara . . . "Kesalahanku terlampa...