Takdir Bertemu

165 19 2
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.
Hari ini adalah hari yang Jendral nantikan yaitu kunjungan ke perusahaan Sun Group. Ada banyak perasaan yang muncul di hatinya saat ini. Dimulai dari rasa bersalah, rindu, marah semua menjadi satu sehingga membuat Jendral sedikit kesulitan bernafas dengan normal.

Bersama dengan Bastian sekertarisnya, Jendral keluar dari mobil mewahnya. Aura kuat dipancarkan oleh Jendral sesaat setelah menginjakkan kakinya ke dalam gedung tersebut.

Banyak wanita terpesona akan ketampanan Jendral yang seperti seorang dewa. Bahkan tak sedikit wanita disana yang mencoba menarik perhatian Jendral.

Tepat didepan sana Jendral dapat  melihat cukup jelas wajah cantik sang pemilik hati. Ekspresi terkejut gadis sangat lucu membuatnya tersenyum tipis tanpa disadari yang lain. Ah.. rasanya rindu ini benar benar tidak bisa dia tahan lagi.

Kakinya melangkah tegas menuju Adara. Saat selangkah lagi ia bisa dekat dengan sang gadis, seseorang membatalkan hal tersebut.

Heksa langsung merangkul dan menyeretnya menuju ruang kerja pemuda itu. Oh, Heksa yang malang.. dia membangunkan serigala yang tertidur. Ingin sekali Jendral membanting Heksa, tetapi dia sadar bahwa Heksa tidak tau kejadian di masa lalunya dengan Dara atau Sien.

Sien, nama panggilan itu hanya Jendral saja yang boleh gunakan. Menghela nafas sejenak, Jendral kemudian melanjutkan tujuan utamanya untuk datang kemari dan bersikap bak profesional.
______________________________

Di lain tempat, Adara sedang membasuh wajahnya. Ia tampak sangat terkejut bukan main. Jujur ia rindu dengan pria yang menjadi cinta pertama sekaligus sakit hati pertamanya. Adara benar-benar tidak menyangka pertemuan hari ini.

Melihat ke arah wastafel, Adara menyadari tangannya belum berhenti bergetar. Tidak hanya tangan namun seluruh tubuhnya pun merasakan hal yang sama, terutama saat sang pria hendak mendekatinya.

Banyak pertanyaan muncul dibenak Adara diantaranya
Kenapa lelaki itu kembali hadir? Apa yang dia inginkan sebenarnya? Mengapa tadi dia menunjukkan ekspresi seperti itu tadi? Bagaimana hubungannya dengan 'dia' sekarang?

Dering suara telepon memecah pikiran Dara barusan dan membantunya kembali ke realita. Heera menelpon Dara agar segera menuju ke auditorium karena ada pengumuman penting dari kepala perusahaan mereka. Dengan tergesa Dara segera bersiap keluar dari toilet tersebut.

Sesampainya di auditorium, Dara segera mencari keberadaan Heera. Setelah bertemu dan duduk bersama, kepala sekaligus pemilik perusahaan mereka yaitu Heksa membuka acara tersebut.

Dara tidak terlalu terkejut bahwa sang mantan bisa bekerjasama bahkan mengakuisisi perusahaan mereka, ditambah kepala perusahaannya adalah teman sang mantan. Saat masih menjalin hubungan, Jendral memang dikenal sebagai anak dari keluarga berada. Tidak hanya itu, Jendral juga dikenal sebagai ketua yang kompeten baik bidang akademik maupun non-akademik.

Sorot mata tajam itu sedari tadi terus memperhatikannya dan Dara merasa sedikit terganggu juga terintimidasi. Menghela nafas Dara berusaha menghindari tatapan itu dan memerhatikan dengan sesama apa yang disampaikan.
______________________________

Dari atas panggung ini Jendral bisa melihat sang pujaan duduk bersama dengan seseorang yang ia tebak adalah pacar dari fotografer kenalan Arjuna.

Wajah dan penampilan gadis itu semakin tampak dewasa dan ia menyukainya. Sorot matanya tak pernah ia lepaskan dari sang gadis. Ia tahu sang gadis berusaha menghindari tatapan matanya, sedikit rasa kecewa hinggap dihatinya.

Selesai dari acara tersebut Jendral ditemani Heksa, Bastian dan beberapa orang penting lainnya untuk berkeliling perusahaan tersebut. Jujur saja Jendral merasa risih dengan tatapan para wanita yang seakan ingin menerkamnya.

Divisi marketing tampak di depannya membuat mata Jendral berbinar senang. Bingo! Dara.. tidak Sien-nya ada disana, tanpa sadar Jendral tersenyum tipis.

Jendral akan menyusun rencana agar dapat kembali lagi bersama dengan Sien apapun yang terjadi, ya apapun yang terjadi. Saat bertemu lagi dengan Sien-nya, Jendral mulai merasa egois bahkan rasa takut yang ia ceritakan dengan Arjuna sebelumnya menjadi tekad kuat laksana bola api untuk mendapatkan kembali Sien-nya.
______________________________

Hampir satu bulan perusahaannya diakuisisi oleh perusahaan milik Jendral sehingga pekerjaannya menjadi bertambah. Dara kian menjadi sibuk, untung keluarganya selalu mendukung dan menyemangati Dara setiap hari.

Setelah melihat Jendral di acara pengumuman oleh kepala perusahaannya, dia belum melihatnya lagi. Dara berpikir positif mungkin saat lelaki itu mendekatinya karena sama sama rasa terkejut dan tidak ada maksud lainnya. Wajarkan bila tidak melihat teman dalam jangka waktu yang lama?

"Dara kamu dipanggil ke ruangan pak Heksa sekarang" ujar Ica salah satu karyawan dari divisi Dara juga.

"Eh...Ok, Terimakasih Ica" dan dibalas acungan jempol oleh Ica. Dara sedikit menyerit bingung tentang mengapa ia dipanggil. Dara merasa tidak melakukan kesalahan selain tidak sengaja menumpahkan kopi di pantry, namun ia juga bertanggung jawab untuk membersihkan hal itu. Sambil berjalan Dara memikirkan kesalahan apa yang ia miliki.

Sesampainya di ruangan pak Heksa, Dara mulai mengetuk pintu dan masuk setelah mendapatkan perintah. Saat di dalam, Dara tidak melihat pak Heksa di depan meja kerjanya. Sedikit perasaan merinding, Dara mulai berpikir siapa yang menjawab ketukannya tadi sampai suara familiar terdengar di telinga Dara.

"Sudah lama kita tidak bertemu Sien?"

Tubuh Dara menegang, ia tentu tahu panggilan khusus untuknya itu dan hanya dia seorang yang boleh memanggilnya dengan nama itu. Mendadak tubuh Dara menjadi kaku untuk sekedar berbalik. Sampai tiba-tiba Dara merasakan sepasang tangan kekar Jendral membalikkan tubuhnya dan memeluk erat

"I Miss u so bad"
.
.
.
To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang