Kenyataan yang Terungkap

100 17 1
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.
Jendral baru mengetahui kalau disaat yang bersamaan dengan kandasnya hubungan mereka, Dara juga kehilangan sosok kakek yang sangat disayanginya. Dara sangat dekat dengan sang kakek bahkan ia berusaha masuk universitas terbaik di Yogyakarta untuk dekat dengan sang kakek yang kebetulan juga beliau sedang sakit saat itu. Kakek mengajarkan Dara tentang segala hal akan kehidupan dan pesan kakek yang akan selalu Dara ingat ialah,

"Dalam diri seseorang ada hal baik dan ada hal jahat Dara, maka dari itu sebelum dekat dengan seseorang wajar bila perlu banyak pertimbangan.. orang yang sudah lama kenal belum tentu dia orang yang benar benar baik begitupun orang baru. Jadi jangan terlalu berekspektasi lebih pada seseorang terlebih dahulu. Memilih milih dalam berteman bukan sesuatu yang buruk Dar"

Dari pesan kakek tersebut Dara mulai menjaga sikap dan berhati-hati terutama ketika berkenalan dengan orang baru. Kembali lagi ke percakapan ayah Dara dan Jendral saat ini. Jendral terdiam mendengar perkataan ayah Dara, tersirat jelas rasa marah dan kecewa beliau pada dirinya dan ia tak mengelak akan hal itu. Disisi lain rasa bersalahnya kian bertambah dengan kejadian kehilangan sang kakek berbarengan dengan kandasnya hubungan mereka dan Dara tidak membeberkan perilaku buruk Jendral pada keluarganya. Jika saja keluarga Dara mengetahuinya mungkin ia sudah diusir sejak awal datang.

"Saya paham om, om tidak perlu meminta maaf karena menurut saya hal itu wajar. Saya benar benar menyesal dan meminta maaf atas perlakuan saya terhadap Dara bahkan sampai merubah sifat Dara. Saya tahu saya manusia egois karena masih dengan berani datang kesini untuk meminta izin menjalin hubungan kembali dengan putri om yang sudah saya hancurkan hatinya, tetapi om... saya benar benar serius dan tidak main main akan perkataan saya sebelumnya. Saya berharap keinginan saya dapat dipertimbangkan" ujar Jendral tegas dan meyakinkan

"Jendral.. keseriusan laki-laki itu dilihat dari bagaimana dia bisa menepati dan mempertanggung jawabkan apa yang diucapkannya. Dan tugas om sebagai orang tua bisa memperingati, mengawasi, dan menasihati... untuk perasaan Dara itu milik Dara sepenuhnya. Om, Tante, dan semuanya tidak pernah melarang siapapun dekat dengan Dara karena itu adalah hak Dara. Jadi, apapun keputusannya ada ditangan Dara Jen..

Om cuma bisa bilang, jika kamu mau kembali dengan Dara maka lakukanlah dengan jujur dan tulus.. om berharap tidak dilakukan atas dasar paksaan karena rasa bersalah. Segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik dan berakhir menyakitkan"

Jendral merasa kagum dengan kebijaksanaan ayah Dara. Berbicara dengan ayah Dara membuatnya sedikit merasa tenang. Yang ayah Dara katakan ada benarnya, dia harus meyakinkan Dara secara perlahan. Kali ini dia bertekad memperbaiki semuanya.

"Makasih om. Saya akan berusaha menepati janji yang saya katakan hari ini" dibalas tersenyum oleh ayah Dara

"Ekhem... Apa sudah selesai ngobrolnya? Sepertinya pembicaraan yang cukup panjang ya... Oh ya karena sudah masuk makan siang, nak Jendral mau makan siang disini tidak?" tanya ibu Dara

"Eh.. apa tidak masalah tan?"

"Ga lah Jen.. kebetulan Tante masak agak banyak.. yuk makan bareng"

"Terimakasih banyak Tante, om"
______________________________

Dara saat ini berada ditempat Heera. Heera terkejut saat Dara meneleponnya dan mengatakan ia ingin memberitahu masalahnya dengan Jendral sang atasan baru mereka itu. Awalnya Heera berniat ke rumah Dara untuk mendengar ceritanya, tetapi Dara menolak dan dia mengajukan diri untuk datang ke rumah Heera karena ingin melihat 3 anjing kecil lucu peliharaan milik Heera.

"Aduuuh Dara.. Dara.. Lo tuh yang mau cerita tapi malah Lo yang repot dateng ke tempat akuu"

"Ihhh gapapa... hitung-hitung aku sekalian refreshing.. lagipula ya ayah sama ibu tuh malah suka sibuk sendiri kalo aku libur kerja.. jadi gaada temen ngobrol hahah"

"Huftt yauda.. bentar ya aku buat minum dulu"

"Iyaa makasih Hee.. btw rumah kamu sepi ya"

"Oh itu.. Abang aku masih di luar kota karena kerjaan, terus papa sama Mama lagi mengulang masa remaja katanya! Jadilah aku ditinggal sendiri dirumah"

"Kasian, terus si Dilan?"

"Karena kamu bilang mau cerita sama aku semalem, aku bilang deh ke dia hari ini aku mau girls time sama kamu.. yauda deh diizinin"

"Oalaa oke"

Kemudian Heera membawa teh yang masih hangat dan beberapa cemilan sebagai pelengkap.

"Jadi, kamu beneran udah siap cerita...kamu bisa cerita pelan-pelan aja ya Dar"

"Iya Hee.."

Dara menceritakan semua kejadian antara dirinya dengan Jendral dahulu. Heera mendengarkan dengan seksama bahkan terkadang Heera memaki lelaki dengan rahang tegas tersebut.

"Astaga.. wajah cakep tapi kelakuan.. ya ampun.. parah sih kamu sampe dipukul dan dijambak sama siapa tadi Yui? Yuna? Yupi? Yuri?"

"Yura namanya Heera"

"Oh ya itulah.. kalo aku jadi kamu, aku udah gamau lagi berhubungan sama Jendral"

"Hahah bodoh ya aku waktu itu,  aku percaya dengan janji manis yang Jendral ucapkan"

"Hah.. sedalam itu perasaan kamu sama Jendral? Kalau aku tanya perasaan kamu sekarang ke Jendral gimana Dar? Apalagi dia meminta kamu untuk kembali kan?"

"Aku gatau Hee, hubungan kita ga sebentar.. aku hampir berhasil melupakan Jendral dan mau mencoba menata kembali tapi Tuhan ternyata mempertemukan kami. Aku benar-benar bingung sekarang"

"Wah susah juga ya.. oh ya.. katamu dia sudah dua kali mengkhianati kamu kan dan yang kedua lebih parah.. untuk yang kedua itu apa yang terjadi Dar?"

"Ahh.. yaa.. untuk yang kejadian yang kedua itu dia bersama seseorang bernama Kirana... jadi begini..."
.
.
.
To be continued

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang