SND 20

2.9K 260 47
                                    

Hallo kembali lagi di bab yang baru sambungan dari mew's wife season 1.
Yang belum baca cus baca dulu biar nyambung ke bab ini.
.
.
.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

"Win, Papa masuk ya." Ketika Gulfie memasuki kamar Win—anaknya sedang duduk di meja rias selesai mandi.

"Hmm, anak Papa udah mandi, udah wangi lagi." Gulfie mencium pucuk kepala Win tapi langsung menghindar.

"Kenapa sih, Nak?"  tanya Gulfie sambil jongkok. "Anak Papa kenap cemberut gini?"

"Papa gini ---- " jelas Win panjang lebar tentang kejadian hari ini.

"Ow jadi gitu?" ucap Gulfie setelah Win menceritakan kejadian tadi. " Win nggak boleh gitu, jangan tidak sopan sama orang lain."

"Win nggak suka Phi Bay dekat-dekat apa cewek itu." Win cemberut menyilangkan tangannya.

"Nggak boleh, kita nggak bisa melarang orang lain dekat dengan siapa pun."

"Tapi kan Phi Bay."

"Win, sini, Papa sudah pernah bilang kan, Bri itu bukan siapa-siapanya Win, walaupun Win mencintainya, tapi pernah Bri membalasnya, kalau Win suka jangan kayak gitu Nak, nanti Bri nya makin jauh sama Win, Win itu harus sabar sayang, dekati Bri dengan baik, ambil hati nya, jangan barbar kayak tadi, siapapun pasti marah, Papa jika di posisi wanita itu pun pasti marah nak."

"Trus Win salah?"

"Iya Win sangat salah, sayang."

Win mencerna apa perbuatannya tadi melukai Phi Bay ataupun wanita itu.

"Udah sini." Memeluk Win agar kegelisahannya hilang. "Besok minta maaf sama Bri ya, ingat jangan kayak gitu lagi."

"Iya, Pa," melasnya.

***

"Win masih lama kah?" teriak Gulfie ketika di pagi hari sudah waktunya untuk pergi.

"Iya, Pa. Aduh tunggu laptop Win ketinggalan."

"Anak inilah selalu ada yang lupa," omel Gulfie tak sabaran.

"Udahlah, tunggu aja," ucap Mew kasihan melihat putranya direpetin Gulfie.

"Apa lagi Win, astaga?" Melihat Win datang tapi berbalik lagi semakin membuat Gulfie kesal.

"HP, udah, ayuk, Dad." Mencoba mengatur nafasnya seakan sesak didesak Gulfie barusan.

"Lah, Papa ke mana?" bingungnya melihat Gulfie ikut turun dengan mereka.

"Papa mau pergi sama Daddy, Win," jelas Mew masih fokus pada tab-nya padahal sedang berjalan.

"Pergi ke mana?" tanya Win langsung curiga. "Kok nggak ngajak Win. Nggak mau, Win ikut," rengutnya mulai bertingkah.

"Win kan sekolah, Nak. Lagian Papa sama Daddy -"

"Nggak mau, Win ikut! Papa sama Daddy pasti mau jalan-jalan. Win di tinggal, Win nggak mau! Win ikut, Dad ... Papa." Rengeknya tak peduli dengan keadaan sekitar yang lumayan ramai di parkiran mobil.

"Win nggak mau sekolah, Win ikut kalian!"

"Astaga ... anak ini." Gulfie kesal mencubit paha Win, seketika mengaduh ketika sudah di dalam mobil.

"Papa sama Daddy nggak ke mana-mana!" sambungnya.

"Trus Papa mau ke mana sama Daddy. Win ikut pokoknya, nggak mau di tinggal." Mulai menjadi-jadi semakin mengenyak tubhnya di depan Gulfie menambah level ke kekesalannya naik.

"Daddy sama Papa mau ke rumah sakit kok, Win udah jangan pancing Papa mu," ucap Pathmew mulai menghidupkan mesin mobilnya.

"Nggak mau, Win ikut!" rengek Win menghenyak memukul sandaran job mobil.

Gulfie naik pitam berbalik melihat Win ke belakang geram lagi-lagi mencubitnya. "Win, Papa sama Daddy nggak ke mana-mana. Win, ini nakal ah!"

Sampai sekolah Win masing cemberut mengentak kakinya di belakang kesal dan marah menjadi kesatuan.

"Turun yuk, Daddy habis ini juga kerja kok, Daddy cuma bawa Papamu untuk cek-up di rumah sakit, katanya Win mau punya adek, masa udah besar masih gini tingkahnya?" bujuk Mew sabar.

"Eh Tante Gulfie, pagi Om?" Off, Gun, Jennie, Pear dan Thitiwat langsung semangat mendekati mobil Mew melihat tumbe-tumbenan Win diantar kedua orang tuanya.

"Napa lu, Win?" Ketika mereka pergi, Win langsung cemberut tanpa menjawab sapaan dari teman-temannya.

"Gila lu udah besar masih minta ikut, ya elah." Stres Gun mendengar tingkah temannya satu ini dan yang lain pada menertawakan Win.

"Yuklah cabut, gua badmood jadinya, kan," ajak Win yang masih merasa kesal untuk membolos lagi.

"Bolos lagi ok sih, yuk, guys, Meluncur."

***

"Hmm dari hasil pemeriksaan sih baik ya, tapi memang dinding rahim Tuan Gulfie sedikit terluka karena pernah terjadi benturan pada saat hamil pertama, tapi nggak tidak ada masalah kok, semuanya masih aman," jelas dr. Krist saat Mew sempat membawa mereka cek-up kesuburan yang selalu tertunda dikarenakan Mew selalu sibuk di pagi hari sedang dr. Krist—temannya ini praktik hanya pagi saja.

"Tapi saya kok masih belum bisa hamil ya, Dok?"

"Nah begini, Tuan Gulfie. Bisa jadi ada beberapa faktor terjadi di antara kalian berdua seperti kesuburan, imun, siklus berhubungan sex, dan kebugaran suami, maaf ya, Mew. Tuan Gulfie, apa boleh saya bertanya? Seberapa sering kalian melakukan hubungan suami-istri?" tanya dr. Krist setelah mereka berdua mengangguk.

Mew langsung mengatakan pada temannya itu. "Hmm setiap hari sih itu pun nggak nentu berapa kalinya gua nembak."

"Nah itu dia, Mew. Kemungkinan istri lu ini kelelahan, untuk urusan ranjang sebaiknya di lakukan tiga kali dalam seminggu saja agar benih lu normal masuknya, tapi kalau lu nggak tahan juga nggak papa, ini masih bagus cuma kualitas spermanya tentu menurun, sebaiknya seperti yang gua bilang tadi tiga kali dalam seminggu, tapi kalau lu tetap mau setiap hari lu harus banyak mengkomsumsi makanan yang mengandung tinggi likopen, misalnya seperti tiram, sayuran hijau, telur, kecambah dan lain-lain."

"Makasih banyak ya, Dok." Ketika mereka telah menyelesaikan konsul hari ini.

"Gua doain semoga kalian cepat dapat momongan lagi," ucap Dr. Krist pada Mew dan Gulfie. Ia memang bicara tak formal pada mereka karena selain Mew temannya, dr. Krist sudah mendapat izin terlebih dahulu.

***

Ketika malam sebelum tidur Gulfie seperti biasa selalu berada di kamar anaknya menunggu Win tertidur.

"Sudah baikan sama Bri? tanya Gulfie disela mempuk-puk pinggang Win seperti biasa, agar bayi utama itu lekas tertidur.

Win menggeleng tanda belum berbaikan. "Win nggak berani, Pa. Lagian Phi Bay nggak ada chat Win lagi, biasanya Phi Bay selalu jemput, tadi dia nggak datang."

"Trus Win pulang sama siapa?"

"Sama Thitiwat."

"Coba Win yang hubungi Bri-nya dulu, mungkin dia sedang menunggu permintaan maaf darimu," usul Gulfie.

"Engga ah, Pa. Kata teman-teman Win, sesalah apa pun uke yang salah tetap same."

"Nggak gitu konsepnya, Nak. Siapa yang salah tetap dia yang harus meminta maaf. Win minta maaf ya besok, kita harus bertanggung jawab, nggak boleh gitu, mau ya," bujuk Gulfie sangat lembut terus mempuk-puk Win.

Win mulai merasakan kantuk perlahan menutup matanya pelan masuk ke dalam alam mimpinya.

Pelan Gulfie mencoba berdiri membenarkan posisi Win kemudian menyelimutinya lalu menciumi pucuk kepala Win, setelah dirasa bayi utamanya benar-benar terlelap, Gulfie berinjit keluar setelah itu.

Mew masih setia dengan laporannya fokus di ruang kerja tak menyadari kedatangan Gulfie.

"Tidur yuk udah malam loh," ucap Gulfie sambil berjalan mendekat ke arah suaminya, kemudian Mew meraih pinggang Gulfie untuk duduk di pangkuannya.

"Iya dikit lagi, Gupi," ucap Mew melanjutkan kerjanya dengan Gulfie di atasnya.

"Gupi mengganggu ya, Phi?" bisiknya sedikit mengecup leher Mew.

"Nggak kok, sayang. Gupi ngantuk?" tanya Mew setelah mereka berhadapan.

Lembut Gulfie mengangguk kemudian langsung di gendong Mew keluar ala kuala sebelum itu meng-close laporannya kemudian pergi menuju kamar.

Mew merebahkan Gulfie pelan mengambil satu bantal agar istrinya lebih tinggi bersandar kemudian ia rebah kan juga kepalanya di ceruk leher Gulfie.

"Nggak gitu dulu sebelum tidur?" tanya Mew manaik-turunkan alisnya.

"Baru saja tadi pagi Gupi di gempur, Phi lupa ya pesan dr. Krist pasti spermanya masih encer."

"Hmm tapi Phi tegang, sayang."

Gulfie sangat tau dapat di rasakannya pahanya di himpit benda keras belalai Mew di balik celana.

"Udah redam ya, besok makan kecambah dulu biar spermanya kental, kalau nggak tidur di kamar Win yuk, ntar Phi pasti khilaf lagi," tawar Gulfie takut, nanti Mew pasti mendesaknya jika sudah begini.

Mew enggan bangkit terus menolak menggesek punyanya di paha Gulfie kegelian semakin tegang saja enggan turun.

"Cuma malam ini, besok kita program mau ya, mulai membuka bajunya sungguh tidak tahan merasakan bawahnya."

"Phi ini lah," rengut Gulfie sambil tersenyum tanda setuju menyambut ciuman suaminya mulai terbawa.

Lama Mew bermain di leher Gulfie kemudian turun mencari dada kesayangan lalu mengemutnya, terus menuruni perut Gulfie, sekali tarikan celana Gulfie terlepas menampakkan choper imut menyapanya.

"Muach muach muach  ...." Mew gemas sebelum memasukkannya ke dalam mulut seakan kurang memaju-mundurkan kepalanya.

"Ah. Phi ah ... terus ah ... di sana  .... ," desah Gulfie menegang menumpahkan untuk kali pertama.

Mew naik mengsejajarkan dirinya, meregangkan paha Gulfie lebar dengan kaki ditekuk ke keluar berlain arah.

"Aaaghhh ...," lenguhnya panjang saat belalai Mew meruak masuk. Mew merasakan sensasi miliknya, diremas hole Gulfie yang tetap sempit.

Lama Mew mendiamkan, melihat Gulfie sedikit meringis hingga mukanya berhenti mengerut.

"Udah nggak sakit kan, sayang?" bisiknya lembut sebelum mengecup bibir Gulfie agar tambah relaks, mulai bergerak memaju-mundurkan pinggangnya.

Desahan Gulfie keluar dari mulutnya seakan menjadi pacuan semangat bagi Mew.

"Ah, Gupi mau ahhh ... keluar, mphhh. Phi  ....," lenguh Gulfie panjang atas pencapaiannya.

Pelan Mew mundur menyandarkan dirinya di sandaran ranjang. Kemudian Gulfie naik ke pangkuannya.

"Plopph ..."

"Ahhhh, Phi ... ah ah ah ahc ..." Seiring dengan pergerakannya di atas, mengendalikan permainan begitu indah naik-turun di atas Mew, tangannya memanjang ke atas, meremas dada istrinya dan menambah kegelian Gulfie, lagi-lagi tidak bisa menahan itu semua ambruk di atas Mew dengan nafas lagi-lagi terengah-engah.

Lembut Mew membelai punggung Gulfie sampai ia tenang.

Mew sekarang tak mau kalah seketika membalik istrinya kembali dengan cepat menaikkan tempo membelah Gulfie, lagi-lagi libidonya naik, mendesah seiring nafasnya.

"Ah ...  Phi ... Gupi mau mphh ah lagi ..."

"Bersama, sayang," lenguh Mew panjang mengentak kuat agar spermanya menembak jauh ke rahim Gulfie.

Setelah keduanya bernafas normal, pelan Mew mencabut belalainya diiringi sedikit ikut keluar benihnya meleleh langsung  Gulfie ambil dengan jarinya untuk di lihat.

"Kental kan, sayang?" tanya Mew melihat spermanya berada di jari manis istrinya yang terlihat putih dan kental.

"Foto, Phi?"

"Eh janganlah, malu," ucap Mew memeluk Gulfie dan merebahkannya lagi.

"Eh kok malu? Namanya konsultasi, awas dulu, Phi! Berat ah, ntar kering loh."

"Nggak mau, malu ah." Terus berusaha menahan Gulfie dengan mencium atasnya.

"Mau lagi." Gerak manja Mew ditangkap Gulfie langsung menggeleng.

"Ayuk ah, sekali ronde lagi, sayang."

"Phi ..."

"Hm, muach." Kunci Mew sebelum Gulfie mengomelinya.
.
.
Sampai jumpa di SND berikut nya

Jangan lupa vote dan komen ya phi
🤗🤗🤗🤗🤗

Follow akun author ya

SI NAKAL DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang