SND 33

2.5K 239 61
                                    

sambungan dari mew's wife season 1.
Yang belum baca cus baca dulu biar nyambung ke bab ini.
.
.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Enam sekawan ini pergi menuju restorant lumayan terkenal di pusat kota, selain hidangan yang tergolong enak tempatnya juga mendukung untuk kaum anak-anak muda seperti mereka sudah menjadi tempat kumpul bagi Win dan kawan-kawan.

"Gila ... otak gua mau pecah deh, gini ya rasanya masuk kelas mulu," keluh Off mengurut hidungnya.

"Jalani bro, katanya mau berubah, mbak!" panggil Win pada salah satu pelayan di sana, "lu pada pesan apa?" tanya Win pada mereka.

"Nasi goreng udang!" ucap mereka serentak menu andalan di tempat ini.

"Wih kompak banget ya! Nasi goreng udangnya enam ya mbak," ucap Win sambil mengedipkan matanya pada pelayan itu, langsung salting (salah tingkah)

"Ih, Win! Bisa juga lu ya ati-ati loh ntar kepincut baru tau?"

"Apaan sih, gua becanda doang kok."

"Win bukannya lu alergi udang? Kok pesannya samaan sama kita?" tegur Thitiwat selalu memperhatikan Win.

"Sekali doang kok, gua pengen kali makannya, Papa nggak mau bikinin, apa lagi sekarang lagi sakit nggak bisa ngabulin keinginan gue, bisa-bisa ngences gua bayangin udang," Win langsung menyuap makanannya tak sabaran.

"Lebay lu, Win! Kayak bunting aja segitunya pengen udang, o ya memang Tante Gulfie sakit apa? Perasaan kemarin baik-baik aja?"

"Iya, Win. Tadi pagi juga baik," potong Thitiwat juga.

"Nggak tau, tadi pas Win pamit Papa muntah gitu."

"Hah, muntah-muntah? Jangan-jangan Papa lu hamil, Win?" ucap Gun mengagetkan.

"Si Win kenapa?" kaget Jennie, baru kembali dari toilet. Win sangat sebak, langsung keluar dari restoran.

"Si Gun ini lah lemes amat!" kesal Pear.

"Lah kok gua? Lu nggak tau gimana rasanya punya adik, nggak dianggap tau, nggak di sayang lagi!"

"Otak lu emang kayak bocah lima taun ya!"

"Eh, jangan bawa-bawa otak dong!" tegang mereka.

"Udah, Gun! Pear mana tau rasanya jadi kakak, dia kan paling ratu!" bela Off ikut menghampiri Win tadi.

"Ya nggak boleh gitu lah sama Win, kalian tau kan pikiran Win itu pendek nggak sama kayak kita!"

"Lu juga mau bilang otak Win masih lima taun, parah lu ya, Pear. Sama teman sendiri!"

"Udah! Malah berantem gini sih!" lerai Thitiwat pergi mengejar Win.

Win cepat menaiki sebuah taksi ketika Thitiwat baru saja keluar.

"Sial!" umpatnya kembali masuk.

Ketika sampai rumah, Win langsung melempar tasnya di lantai, berteriak memanggil Papanya.

"Kenapa sih pulang-pulang ngamuk-ngamuk?" kaget Gulfie, bergegas Win langsung selonjoran menangis mengentak di lantai lumayan mengejutkan.

"Kenapa, hm?" sabar Gulfie, Win meraung-raung.

"Win nggak mau hiks ... hiks ... nggak mau!"

"Nggak mau apa, pulang-pulang nangis Papa jadi bingung nih, bilang nggak mau apa?"

"Nggak mau adik hiks ... hiks ... nggak mau!"

"Hah?" kaget Gulfie lagi.

"Kenapa nggak mau? Bukannya Win kemarin minta adik sama Papa-Daddy?"

"Nggak mau sekarang nggak mauuuu huwuuuuuaaa!" raung Win semakin kencang.

"Astaga, kenapa lagi sih, Nak?" pusing Gulfie kalau begini pasti Win rewel lagi.

"Udah diam dulu kita bicarain baik-baik ya?" raih Gulfie menyentuh Win, namun sesuatu membuat Win terkejut lagi-lagi, badan anak itu panas seperti demam. Gulfie disibukkan menyeka kening Win kemudian mengecek suhu badannya.

"Astaga, Win! Demam lagi kan nangis-nangis terus."

"Win nggak mau pokoknya nggak mau huwuuuuu!" tolak Win menepis tangan Gulfie melihat kondisi Win sekarang sambil mengaruk lehernya.

"Win makan udang ya?" tanya Gulfie cemas leher dan tangannya mulai merah.

"Udah, Nak. Diam dulu, jawab Papa Win makan udang?"

"Win nggak mau punya adiiiikkkk hiks ... hiks," ucap Win terus masih mengamuk.

"Iya nggak mau ya udah diam ya, kita lihat dulu ini . Win makan udang, sayang?" sabar Gulfie membujuk. "Dada Win sesak Nak?"

"Nggak mau, Pa!" pekiknya terus menepis tangan Gulfie, dengan badannya semakin gatal.

Tring tring tring

Dering ponsel Gulfie dari suaminya.

"Hallo, Phi ... Hallo!" ucap Gulfie mengangkat telepon disertai tangisan Win.

"Kenapa?" panik Mew mendengar keributan. "Ada yang salah di rumah?"

SI NAKAL DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang