bab 17

2.8K 279 53
                                    

Hallo kembali lagi di bab yang baru sambungan dari mew's wife season 1.
Yang belum baca cus baca dulu biar nyambung ke bab ini.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Setengah jam sudah Mew dan Gulfie menunggumu sampai pintu terbuka, keluar seorang Dokter sangat tidak asing di mata Mew.

"Krist?" ucap Mew melihat Dokter ini adalah—teman kampusnya saat masih menempuh pendidikan.

"Mew," tunjuk dr. Krist.

"Praktek di sini?" tanya Mew.

"Iya, ke mana saja lu, Bro! O iya, pasien di dalam keluarga lu?"

"Anak gua, gimana keadaannya?"

"Hah, anak lu?" Sedikit heran bagaimana bisa Mew memiliki anak sebesar itu.

"Iya, Dok. Anak saya bagaimana keadaannya?" sambung Gulfie penasaran.

"Untuk pasien di dalam tidak ada hal serius kok, semua baik-baik saja. Cuma memang sedikit meradang karena alergi, satu lagi karena ini halangan pertamanya mungkin pasien sedikit syok berhubung pasien adalah laki-laki," jelas dr. Kristt.

"Apa? Anak gua halangan?" kaget Mew.

"Iya, Mew. Dan lu jangan kaget gitu, walau ini langka, dari sekian banyak laki-laki di dunia pasti ada yang mengalaminya, ini hasil USG-nya, bisa kita lihat pasien memiliki dinding rahim dan sel telur, walau pasien secara biologis laki-laki. Mohon maaf, spermanya tidak akan berguna, jika suatu saat pasien membuahi wanita, tapi jika pasien sendiri dibuahi bisa jadi akan bisa hamil atau mengandung.

Degh ...

Perasaan bingung meliputi Mew tapi tidak untuk Gulfie, dia sendiri mengalami kasus yang sama seperti Win, dan sangat kebetulan apakah Win menurunkan apa yang terjadi padanya juga.

"Bisa jadi sih!"

Jadi maksud lu maaf, istri lu ini halangan juga setiap bulannya?" kaget dr. Kristt mengetahui Gulfie mengalami hal serupa.

"Hmmm, pantasan sih lu bisa punya anak, ow maaf kita belum berkenalan, saya Perawat Sangpotirat atau di sebut dr. Kristt—spesialis penyakit dalam."

"Gulfie, Dok."

***

Win sangat syok mendapati dirinya seperti ini, hal baru di dalamnya membuat Win merasa asing dan kurang nyaman.

"Nak, bagaimana, sayang?" tanya Gulfie lembut mengusap punggung Win yang sedari tadi tidak mau melepaskannya saat sudah di rumah.

"Hallo, Man. Saya masih di rumah, kemungkinan siang nanti ke kantor urusan investor serahkan semuanya pada Tay ya," ucap Mew yang sedari tadi Amanda sekretarisnya menghubungi CEO JS GROUP sudah di tunggu beberapa investor dijadwalkan meeting sejak pagi.

"Daddy nggak boleh kerja," rengek Win mulai menangis.."Nggak boleh pergi hiks ... hiks."

"Daddy nggak ke mana-mana, Win." Mew mengusap lembut punggung Win mencoba menenangkannya.

"Win udah dong, sayang, masa nggak capek dari tadi gini, Nak?" Sabar Gulfie menghadapi perubahan Win yang sangat dimakluminya.

"Bright dari tadi neleponin Win, nih." Menunjukkan ponsel Win.

"Nggak mau!" Menepis apa pun itu.

"Sini sama, Phi." Mew mengambil alih Win tapi Win masih enggan melepaskan pelukannya terhadap Gulfie.

"Win mau apa? Beli makan? Jalan-jalan? Atau gimana kalau main game, Daddy belum pernah war bareng Win, kan?" Mew mengeluarkan ponselnya, lumayan menarik bagi Win mengendurkan pelukan Win di pinggang Gulfie yang mulai pegal.

"Mau?" tanya Mew disusul anggukan lembut dari Win.

Keduanya sangat menikmati permainan membuat Win sedikit lupa apa yang tengah dialaminya pagi ini. Gulfie mencoba menghubungi salah satu teman Win mengabarkan kalau Win hari ini tidak bisa belajar di sekolah karena sakit.

Gulfie diam-diam meninggalkan mereka beranjak menuju dapur, karena Win sudah tidak rewel dirinya memutuskan memasak sesuatu untuk dua kesayangannya pasti sangat lapar tadi pagi sama sekali tidak sempat sarapan.

Ketika asyik bermain ponsel Mew terganggu dengan dering di layar ponselnya langsung keluar di arena permainan sedikit mengumpat tapi terurung melihat siapa di sana.

"Siapa, Ded?" tanya Win ikut kesal.

"Ssst ... Kakekmu!" ucap Mew menggambarkan siapa yang sedang menghubunginya, lalu ia menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.

"Anak setan sialan!" umpat Tuan Jong sangat kesal akhirnya Mew mengangkat teleponnya setelah beberapa hari terakhir mengabaikan telepon ayahnya.

"Apa sih, Dad? Kau mau memecahkan gendang telingaku." Terkejut sedikit menjauhkan teleponnya.

"Di mana cucu ku Win, aku tidak peduli denganmu, kau sudah berjanji ya membawa Win ke rumah minggu ini!"

"Dad, pelan-pelan bicaranya nanti darah tinggimu naik lagi," sela Nyonya Jong mencoba memperingati suaminya yang marah dengan anaknya.

"Anakmu, ini Mom. Sabtu pasti sibuk di kantor kalau tidak didesak si kuyang ini tidak akan pernah membawa cucu kita."

"Dad, apaan sih siapa juga yang di kantor Mew di rumah ini," balas Mew yang masih mendengar percakapan ibu dan ayahnya di seberang sana.

"Kau di rumah, pantas saja cepat mengangkat telepon Daddy, pokoknya Daddy nggak mau tau kau bawa cucu dan menantuku pulang, kalau tidak akan aku jemput Win selamanya tinggal di rumah Daddy!"
Langsung menutup telepon sangat tidak ramah membuat Mew agak kesal dengan Daddy-nya sendiri.

"Kakek u ini ya Win-" Menoleh tapi terhenti Win sudah terlelap dengan handphone di tangannya.

"Sampe ketiduran gini anak Daddy." Mengusap pucuk kepala Win.

Mew keluar mendapati Gulfie tengah asyik memasak.

"Win tidur, sayang?" ucap Mew melihat Gulfie seakan bertanya padanya.

"Kenapa sih dari tadi cemberut aja sama Phi?" tanya Mew sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Phi jangan mengganggu! Aku sedang memasak," ketus Gulfie risih dengan sentuhan nakal suaminya.

"Marah ya sama Phi?"

Gulfie masih enggan, sakit hati di bentak Mew beberapa kali pagi ini, selalu menyalahkannya apa pun yang terjadi.

"Maaf ...," rengek Mew manja membalik Gulfie. "Mulut Phi kan emang gitu, Phi cuma khawatir tadi, sayang."

"Phi pikir cuma Phi saja yang khawatir." Membuang mukanya enggan menatap suaminya.

"Iya, Phi minta maaf, Gupi." 'muach." Mencuri satu kecupan.

Gulfie masih kesal. "Awas ah!" Mendorong suaminya. Mew tak kehabisan ide berbaikan dengan istrinya.

"Sayang, Phi udah menjadwalkan pemeriksaan kesuburan kita, kau ingat dr. Krist kan dia bisa membantu kita agar kita cepat punya anak lagi? Mau ya," tawar Mew lagi-lagi bergelayut pada Gulfie manja seakan tau yang diinginkan istrinya itu.

"Kalau Gupi merajuk terus ntar acara bikin anak kita tertunda, trus benih Phi nggak bisa masuk, anak kita pending lagi, senyum dong, Papa Win kalau gini jelek ah!"

"Hmmm, paling bisa pengalihan isu ya." Kesal Gulfie mencomot bibir suaminya dengan tangannya.

"Trus kapan kita konsulnya?" tanya Gulfie melemah.

"Hmmm, Gupi maunya kapan?"

"Tapi tadi udah buat janji gimana sih?" Kembali menautkan alisnya.

"Eits, jangan marah-marah lagi dong, sayang. Senen kita ke sana. O iya, Daddy sama Mommy tadi nelpon, besok kita ke tempat mereka ya bawa Win, rindu kata mereka sama cucunya."

"Iya, Gupi juga kangen ke sana, Phi sih sibuk terus! Jangan kerja aja yang di ingat, ntar lupa loh sama anak istrinya?" Sambil mengalungkan tangannya di leher Mew yang mulai nakal padanya.

"Kalau urusan ini Phi tidak akan pernah lupa, sayang." Kecupan kecil di bibir Gulfie dengan tangan nakal mulai masuk di balik celana pendeknya.

Gulfie terbawa sentuhan suaminya meregangkan kakinya sedikit, Mew sudah siap melahap Chopper kesayangannya yang sudah di hadapannya ketika Mew berjongkok.

"Akhh, Phi ...," lenguh Gulfie meremas rambut Mew.

Keduanya di landa nafsu melupakan Win baru tersentak langsung menangis tidak menemukan ke-dua orang tuanya.

"Astaga Win, Phi!" Gulfie memundurkan diri mendengar tangisan bayi utamanya, begitu pun Mew bergegas berlari menuju kamar mereka.

"Papa, huwa!" tangis Win histeris melihat Papa dan Daddy-nya masuk langsung mendekat.

"Kenapa, Nak? Ada yang sakit lagi? Perut Win sakit lagi ya?" tanya Gulfie memeluk Win langsung membenamkan wajahnya dii badan Gulfie.

"Pa-pa, Daddy! Ke mana hiks! Ninggalin Win sendirian ...," isak Win makin menjadi-jadi.

"Papa nggak ke mana-mana kok, kami cuma di luar, Nak. Masa gara-gara itu, Win nangis sih?" Mencoba menenangkan Win sudah cecegukkan.

"Kalau udah halangan itu tandanya Win udah dewasa, sayang. Nggak boleh nangis-nangis gini lagi," sambung Gulfie mencoba menenangkan anaknya.

"Win, nggak mau halangan!" Masih belum menerima dirinya. "Hiks ... hiks. Win nggak normal, Pa. Nanti apa kata orang?"

"Eh kenapa dengan halangan, sayang" Membawa Win agar menatap Gulfie. "Papa juga halangan. Iya kan, Ded? Papa nggak kenapa-napa sampai sekarang , lagian orang tau apa, Nak? Win hanya laki-laki spesial yang di beri anugerah ini."

"Iya, sayang. Tidak ada yang berbeda kok, Daddy pastikan tidak ada yang mencemoohmu!?" tegas Mew tak tega melihat putranya.

"Udah ya nangisnya, Win mandi gih dan ganti pembalutnya, sini Papa bantu," ajak Gulfie membimbing Win menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan mengganti pembalut dengan yang baru, Win masih sama bergelantungan tidak mau melepaskan Gulfie.

"Papa belum masak, Nak. Dapur Papa sekarang berantakan, sayang. Sama Daddy ya!"

"Nggak mau, Win nggak mau di tinggal."

"Ya udah Win ikut Papa ke dapur yuk."

"Nggak mau, nggak mau ...," rengek Win begitu posesif.

"Phi?" melas Gulfie melihat Mew ikut frustasi perubahan Win yang sangat dimaklumi  mereka.

"Anak Papa nggak lapar apa?" tanya Gulfie mengingat pagi ini Win hanya makan sedikit saat di rumah sakit.

"Daddy sama Papa saja lapar Nak, makan dulu ya bentar."

"Atau Win mau makan lain?" tawar Mew. "Makan pedas mau?"

Win tertarik sedikit mengeluarkan kepalanya.

"Nanti Daddy marah?"

"Nggak, Daddy nggak marah, yuk kita pesan makanannya sambil jalan-jalan mau?" ajak Mew.

"Nggak mau, Win mau di rumah aja ....," rengeknya lagi-lagi menolak.

"Ya udah iya, Win mau makan di rumah, mau yang mana Nak?" tanya Mew memperlihatkan aplikasi pesanan makan online.

Mohon maaf cerita nya begini dengan gulf bisa hamil dan win sekarang halangan, bukan maksud untuk melecehkan idola, saya sebagai penulis sudah berusaha semaksimal mungkin balik lagi ini hanya cerita fiktif dan hayalan belaka, gak suka boleh skip, tolong jangan hujat🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Untuk satu lagi karena banyak nya pertanyaan kenapa nama win metawin di sini menjadi win mentawin saya sengaja biar tokoh benar-benar fiktif agar tidak adanya maksud melecehkan idol atau mengambil kepentingan pribadi atas nama pemilik sebenarnya.

Sekali lagi balik ini hanyalah cerita
Yang suka terimakasih sebanyak-banyaknya dan bagi yang tidak menyukai nya gampang skip aja

Salam hangat untuk kita semua🥰
Terimakasih atas dukungan teman2 semua.

Selamat yang jawab win halangan di episode sebelum nya benar🥰🥰🥰

Sampai jumpa di SND berikutnya.

SI NAKAL DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang