SND 26

2.4K 260 72
                                    

sambungan dari mew's wife season 1.
Yang belum baca cus baca dulu biar nyambung ke bab ini.
.
.
.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

"Udah ya, Nak. Daddy lagi di jalan cup cup jangan nangis, sayang. Diam ya, sayang. Win nggak lapar hm? Papa buatkan makanan?" bujuk Gulfie, "Papa udah buatin Win sarapan nasi goreng sosis, dari semalam laparkan, yuk makan ya," menegakkan Win mencoba mengangkatnya naik ke kursi namun Win masih meraung di lantai.

"Win ayuk lah, Nak. Papa sakit kepala, sayang."

" Nggak mau! Daddy pokoknya! Hiks ... hiks."

"Ya udah, nggak mau di atas, makan di bawah ya, Nak?"

Gulfie mengambil sarapan hendak menyuapi Win.

Prang ...

Di sapu Win sampai terlempar.

"Win!" bentak Gulfie semakin memacu tangis Win kuat.

"Hmmmph!" geram Gulfie akhirnya mencubit Win.

"Win nggak mau nasi goreng sosis, Win mau nasi goreng udang hiks hiks ...," tangis Win kembali menjadi setelah Gulfie mengambil yang nasi baru untuk anaknya. Jauh di lubuk hatinya, ia kasihan melihat Win yang meraung dengan tangisnya.

"Win itu alergi, Nak. Mau masuk rumah sakit lagi?"

"Pokoknya Win mau nasi goreng udang hiks ... hiks hiks ..."

Gulfie benar-benar pusing melihat tingkah putranya itu, beranjak meraih telepon genggamnya, "Phi di mana sih, kok lama! Win makin parah ini dan kepala Gupi pusing ah."

"Iya, sayang. Phi di jalan, macet tinggal dua gang lagi," ucap Mew setelah mengangkat telepon istrinya.

"Beli udang nanti Phi di supermarket bawah."

"Hah udang? Untuk?"

"Ini Win kekeh mau nasi goreng udang, cari yang segar, biar nggak alergi parah," jelasnya menyerah ketika Win semakin histeris.

"Udah, Nak. Daddy bentar lagi sampai, diam ya, mau nasi goreng udang, kan?" bujuk Gulfie menyapu rambut Win basah dengan keringat.

"Daddy, hiks ... hiks."

Terdengar pintu terbuka dan langkah cepat menuju kebisingan dari arah dapur, Mew langsung mangambil Win yang menegadah melihat kepulangan Daddy-nya.

Win yang tadinya meraung seketika senyap, nyaman dalam rangkulan sang ayah mengusap punggungnya lembut.

"Ini mah nggak sega,r Phi!" sungut Gulfie membuka plastik udang yang di bawa Mew barusan.

"Kata mbak-mbaknya segar," ucap Mew ikut melihat Gulfie mulai membersihkannya.

"Phi itu pilih sendiri makanya kalau nanya yang jual pasti dibilang segar semua, Phi. Masa nggak bisa bedainnya?" omel Gulfie terus.

"Udah nggak usah dipake, buang saja," cegah Mew, Gulfie marah-marah membersihkannya.

"Anak mu itu bujuk! Mau nggak?" kesal Gulfie Mew dengan mudah membuang apapun.

"Nggak usah makan udang ya, Nak. Nanti Win sesak napas mau?" bujuk Mew lembut. "Udah, buang Gupi, nggak dengar!" tegur Mew Gulfie masih mengulitinya. "Ntar tangannya alergi lagi!" lanjutnya bangkit dan mengambil plastik itu dari tangan Gulfie, kemudian ia lempar ke tong sampah.

"Phi inilah, selalu tidak menghargai makanan, dikit-dikit buang!" kesal Gulfie berlalu di depan Mew dan Win, seketika terdiam.

"Tu kan Papa ngambek, udah Win makan yang lain aja ya," ucap Mew pada anaknya.

"Nggak mau, maunya udang."

"Winn! Ya udah beli makan pedas mau?" bujuk Mew disertai anggukan kecil Win.

Win setelah kenyang mendekati ranjang, memasuki kamar naik ke dalam pangkuan Gulfie yang menyambutnya, meski tadi Gulfie sedang bermain dengan ponsel.

"Papa?"

"Makan apa tadi, hmmm?" tanya Gulfie hawa nafas Win lumayan panas setelah mengapanya barusan.

"Makan pedas?"

"Iya."

Setelah Win, sekarang Mew juga merangkak naik duduk menghadap istrinya yang langsung cemberut.

"Phi kasi apa Win tadi?"

"Dia minta kari."

"Level?"

"3 kok!!"

"5 ya, Ded," potong Win asyik memainkan ujung rambut Gulfie.

"Phi ini lah, coba aja Gupi yang masak pedas malah di buang! Ini beli nya level 5 makin parah, padahal lebih sehat masakan Gupi ada takarannya, bisanya marah-marah terus buang!" kesal Gulfie. "Ini satu lagi, udah besar tapi banyak tingkah!" cubit Gulfie tepat di pinggang Win langsung meringkuk. "Nanti sakit perut merengek!" lanjutnya.

"Kenapa sih sayang marah-marah mulu?" ucap Mew wajah Gulfie terlihat kesal.

"Phi minta maaf ya, abis Win rewel hanya itu yang bisa menenangkannya,"

Gulfie tak mendengar Mew masih setia dengan omelannya semakin membuat Mew tak enak.

Sampai Win tertidur pun Gulfie masih merengut mengdumel nggak jelas memecah konsentrasi. Mew yang sibuk dengan pekerjaannya yang harus ia kerjakan di rumah, jika kembali ke kantor, bisa-bisa Win bangun semakin rewel kembali.

"Napa sih, sayang?" tanya Mew kem

SI NAKAL DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang