➳ OS─J

917 124 0
                                    

-J-

Jeffan Cristian, nama yang dengan tak tahu malunya aku sebutkan saat tangan ku terbuka untuk berdoa.

Hubungan ku dengan nya sudah berakhir sejak lima bulan yang lalu.

Rasanya menyakitkan, sungguh.

Kita berbeda
Takdir berkata bahwa aku dan dia tak bisa bersama
Namun tuhan justru membuat ku jatuh cinta pada pemuda yang bukan hambanya.

Aku dan dia
Kita berdua sama egoisnya, sama keras kepalanya.
Meski tahu tempat tujuan untuk berdoa kita berbeda, namun kita tetap nekat bersama atas nama cinta.

Detik Menit Jam Hari Bulan Tahun
Kami melewatinya, bukan berkurang justru bertambah besar setiap saat.

Dia bilang, dia mencintai ku. Pun aku padanya.
Sayangnya, ada yang tak bisa dipertaruhkan sekuat apapun tangan kami menggenggam atas nama cinta.

Malam dimana kami sama-sama menatap hamburan bintang diatas langit hitam, dia berucap

Kiblat yang menentukan arah mu pulang dan salib yang membuat ku tenang, sebrengsek apapun aku, aku tidak akan merebut mu dari tuhan mu

Begitu tenang dia memgatakan kalimat tersebut. Namun justru membuat ku sesak bukan main.

Mari bertemu lagi dengan versi terbaik dikehidupan selanjutnya dengan iman yang sama

Itu adalah kalimat yang dengan tegas ia ucapkan untuk mengakhiri hal yang seharusnya memang tak ada sejak awal.

-J-

Humaira Alisa Mahesa, namanya secantik pemiliknya.

Satu-satunya gadis yang bahkan sampai sekarang masih bisa menggetarkan hati hanya dengan nenyebut namanya.

Walau telah terikat hubungan dengan gadis lain, tak munafik nama Alisa masih dan akan terus tertulis disana, tersimpan rapih dan tak akan terganti.

Aku yang memutuskan hubungan dengannya, karena ayahnya menetang hubungan kami.
Ayahnya berkata dengan tegas pada ku

Lepaskan putri ku jika kau masih menghargai tuhan mu

Aku bukanlah hamba yang sangat dan patuh pada agama, ada kalanya aku malas untuk beribadah dan berdoa, ku akui.

Tapi, aku tetaplah seseorang yang akan berlari padanya saat aku kesusahan, yang dengan tak tahu malunya meminta pertolongan.

Aku melepaskannya, ia menangis malam itu dan aku hanya bisa memeluknya dan bergumam maaf.

Masih terekam jelas, dia berkata

Mengapa harus kita ?

Ya, benar.
Mengapa harus kami ?
Apa hidup kami sebecanda itu ? Atau kami tidaklah pantas untuk merasakan apa itu cinta ?

Namun siapa yang bisa menentang takdir.
Dengan jelas aku tahu bahwa kami berbeda namun masih nekat mendekatinya.

Tapi jika boleh aku meminta

Tuhan, semoga hambamu yang tak tahu malu ini bisa bersatu dengan dia tanpa ada batas penghalang dikehidupan selanjutnya.

Tamat

🍦lili : Scoup oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang