#30 Alaska

233 27 3
                                    










Ia berjalan kembali ke meja setelah berbincang dengan sang pujaan hati, walaupun memakai masker pun semua orang juga bisa melihat kalau dia sedang tersenyum lebar.

Saat duduk, semua mata di meja itu tertuju kepadanya. Ia melihat satu persatu temannya lalu berkaca, merapihkan rambutnya, maskernya, tetapi tidak ada yang salah.

"Kenapa?"

"Sat kulit lo tuh pale jadi kalo blushing keliatan banget" kata Mahesa.

"Hah, blushing apaan. Gua ga blushing"

"Mau lo pake masker juga keliatan, abis ngeliat siapa sih?" tanya Azka.

"Umm..Vivi.." katanya malu-malu.

"Vivian Alessia maksud lo? Hadeh udah bertaun-taun masih aja suka dia, ya makin cantik sih orangnya"

"Nah iya, emang dia masih mau sama lo?" kata Reyhan yang sekarang ikut memanasinya.

"Apasih kalian" katanya dengan nada jengkel.

Tawaan memenuhi meja mereka, bertukar cerita dengan satu sama lain dan membicarakan tentang masa-masa SMA dulu. Jika diingat-ingat masa itulah yang paling berkesan bagi mereka.

Banyak orang-orang yang menghampirinya hanya untuk sekedar bertukar sapa, berfoto, dan meminta tanda tangan. Juan, Sean, dan Ricky juga menghampirinya.

Apalagi ia dan Sean berada di agensi yang sama, ya walau beda negara. Mereka bilang secara terang-terangan bahwa mereka mendukungnya dengan Vivi dan bahkan sampai menyuruhnya agak cepat-cepat menembaknya.

Setelah apa yang ia lakukan pada Vivian dan teman-temannya, tapi semua orang pantas mendapatkan kesempatan kedua katanya. Baiklah, kalau seperti ini sih rasa ragunya jadi berkurang.





Satya menikmati acaranya, walaupun tidak melakukan banyak ia sebenarnya sangat senang karna bertemu orang-orang yang di rinduinya, terutama sang highschool crush.

Ia senang sekali bisa berkumpul kembali dengan Mahesa, Reyhan, dan Azka, juga dengan rekan osis dan tim basketnya. Tetapi rasa senangnya memuncak saat melihat Vivian.

Ia berpamitan pada yang lain sebelum berjalan pulang, ia harus mengikuti rapat jadi ia tidak boleh telat. Satya berjalan keluar sambil memikirkan perbincangannya dengan Vivi tadi.

Sepanjang berjalan ke mobil ia memainkan jarinya, sesekali menepuk-
nepuk wajahnya karna salah tingkah. Duh jika dilihat-lihat ia imut sekali, kemana ekspresi datar yang biasa dimilikinya?

"Alaska?" panggil Charles, sang manajer.

"Yeah?"

"You okay? your face is so red, are you having a fever?"

"If your not feeling well we can postpone the meeting tomorrow so you can rest tonight" terlihat dari wajahnya bahwa ia cukup khawatir.

"Oh no, im alright"

"Are you sure?"

"I'm sure, thanks Charles"

"No worries" katanya sambil menepuk pundak Satya.

Ah memalukan sekali, ia langsung menarik masker sampai mata. Cantik, hanya itulah yang bisa dipikirkannya saat ini, jika seperti ini terus bisa-bisa ia tidak tidur nanti.

Ia sampai di mobil, baru saja duduk ponselnya sudah berbunyi. Astaga padahal ia ingin istiraha- Eh sebentar, ia langsung duduk dengan tegak saat mengetahui siapa yang mengirim pesan.

 Astaga padahal ia ingin istiraha- Eh sebentar, ia langsung duduk dengan tegak saat mengetahui siapa yang mengirim pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐤𝐚 | 𝐩𝐬𝐡 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang