Pagi ini Vivi telat, ia lupa dimana ia meletakkan kameranya dan mencarinya memakan waktu yang lumayan lama.
Walau begitu ia masih menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu, daripada ia lemas atau sakit saat di sekolah.
Ia bergegas ke mobil sambil menenteng sepatunya di satu tangan dan ponsel di tangan lainnya.
Jam sudah menunjukan pukul 6:27 dan dia baru saja jalan dari rumah, seharusnya jam segini sudah dekat sekolah.
Tetapi untung saja ia tidak terlalu telat, masih ada beberapa menit sebelum bel sekolah dibunyikan.
Ia berjalan ke tempat duduknya sambil menyesuaikan nafas akibat tadi berlari ke kelas.
"Tumben lo telat"
Ia menunjuk kameranya, "Tadi gua nyari ini dulu, ilang"
Cewe itu menggeleng2 kepala.
Pelajaran geologi mulai tidak lama setelahnya, lalu diikuti pelajaran ppkn. Hari selasa adalah hari sibuk di kelasnya.
Hari ini biasa2 saja tapi ia masih memikirkan notifikasi kemarin, ia sedang menjauhinya kenapa ia selalu mengajak bertemu.
Seperti yang ia bilang, interestnya kepada cowo itu sudah hilang pelahan2 ada jadi ia sedikit demi sedikit menjauh berharap seperti tidak terjadi apa2 diantara keduanya.
Di jam ekskul ini Vivi ikut bersama Sean di ruang musik, ia mengitari tempat itu dan memotret alat2 musiknya.
Sean, suaranya bagus sekali. Ia tidak pernah sadar karena ia hanya berkunjung ke ruang musik sebelum ekskulnya mulai lalu bergegas pergi saat guru sudah masuk ruangan.
Cowo itu melambaikan tangannya ke kamera, Vivi mengambil beberapa fotonya. Dia keren sekali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sehabis ia menyelesaikan lagunya semua murid bertepuk tangan, Vivi beranjak dari duduknya dan berjalan keluar sambil memberinya dua jempol.
Dia juga pergi ke ruang english club untuk melihat Alana, hanya beberapa menit karena dia sedang melakukan tes jadi tidak bisa diganggu.
Ia duduk di depan ruangan dan melihat2 hasil jepretannya, sekalian menjauhi lapangan basket.
Tapi takdir berkata lain, ponselnya berbunyi dan memperlihatkan notifikasi yang sedari tadi ia harap tidak muncul.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia beranjak dari tempat duduknya, mematikan kamera, dan mengalungkannya di leher.
Ia menghampiri si pengirim pesan, cowo itu sudah menunggunya di dekat tangga. ia berjalan mendekatinya.
"Kak?" ia itu menoleh.
"Eh Vi"
"Ada apa ya?" jantungnya berdebar sangat cepat, karena ia tidak siap dengan apapun yang akan diucapkannya. jangan2..
"Nih kartu pelajar lo"
kartu...pelajar?
"Daniel nitip ke gua, katanya mungkin jatoh pas lo buka dompet kemaren"
ahh..hanya kartu pelajar, syukurlah.
"Oh iya makasi kak"
"Yaudah lo lanjut aja" katanya sambil tersenyum.
Vivi menganggukkan kepalanya dan pergi menghampiri temannya, karena sudah terlanjur berada disamping lapangan akhirnya ia tetap berada disana.
Sesekali melambaikan tangan ke Juan yang sedang latihan, lalu memotret sekelilingnya juga. Ia duduk bersama temannya sampai bel berbunyi.
Jam menunjukkan pukul 3 sore dan seperti biasa kedua temannya itu pulang lebih awal karna les dan dua nya lagi pulang bersama.
Tetapi hari ini aneh sekali. kakak tiba2 menjemputnya, katanya ada teman lama mamah yang mengajak anaknya makan malam bersama nanti.
Ia siap2 dan memakai baju yang bagus, Masih ada beberapa jam sebelum makan malamnya jadi ia hanya menonton tv sambil menunggu.
kira2 seperti apa ya anaknya nanti, apa seumuran dengannya? cowo? apa dia tampan? ia tersentak dari pikirannya saat bel rumah berbunyi.
Harusnya mereka tidak datang secepat itu, ia dan kakak berjalan menuju pintu bersama dan bola matanya membesar saat melihat sosok yang berdiri didepan pintu.
Mereka berdua membiarkan tamunya masuk dan langsung menyajikan minum di ruang tamu.
Vivi duduk disebelah mamah, ia tidak dapat mendekati tamunya dengan mudah.
"Kalian ngga mau pergi dulu? ini masih sore loh makan malemnya masih lama", kata mamah.
"Eh iya kalian pergi dulu sana berdua biar deket"
Walaupun awalnya Vivi agak menolak tetapi pada akhirnya mereka beranjak dari tempat duduk dan pergi keluar.
Mereka berdua pergi ke cafe terdekat, hanya ada sedikit orang disana jadi mereka berdua duduk di dekat jendela cafe.
Keduanya duduk berhadapan tetapi belum ada sepatah kata diucapkan, mereka bahkan tidak bisa membuat kontak mata.
Orang didepannya itu akhirnya memecahkan keheningan dengan mengajak Vivi berbincang.
Ia mengeluarkan tangannya yang sedari tadi ia taruh di saku lalu mengarahkannya ke depan Vivi, Memperkenalkan dirinya sendiri.
"Gua Sarah, semoga kita bisa deket"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.