#31 Hello London

264 19 3
                                    

"Vivian stay close to me"














Ia cepat-cepat berdiri dibelakangnya, Satya mulai menariknya dan melambaikan tangannya. Ratusan fans yang memegang banner "WELCOME HOME ALASKA" telah mengerumuni mereka dan batasan mereka pada fans hanyalan beberapa bodyguard.

Satya sesekali terdorong atau tertampar di lengan tetapi ia tetap memasang senyumnya, sesekali membungkuk jadi Vivian mengikutinya.

Lain dari Satya yang mendapat senyuman ramah, Vivian mendapat wajah-wajah yang bingung dan kaget. Melihat pemandangan yang seperti itu ia menundukkan kepalanya sampai di mobil.

Mereka bertiga masuk ke taxi, Satya langsung melepas maskernya, mengambil nafas yang panjang lalu menghembuskannya. Tidak lupa ia mengecek Vivian yang ada di sampingnya.

Ia mengelus-elus kepala Vivian "Gapapa kan?"

Tidak bisa berkata-kata ia hanya menganggukkan kepala lalu melihat keluar jendela di sampingnya. Ia menempelkan tangannya di dada dan merasakan detak jantungnya yang berdetak secara brutal.

Astaga ada apa dengannya, karna biasa diperlakukan kasar olehnya jadi jika diperlakukan begini ia jadi salah tingkah, ia jadi sangat suka Satya yang sekarang.

Satya membawa Vivian ke hotel karna Vivian merasa kurang nyaman jika menginap di rumahnya. Jadi Satya memesan 3 kamar, untuk Vivian, Charles, dan dirinya sendiri.

Ia meletakkan semua bawaanya di lantai dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur, Badannya pegal-pegal setelah berjam-jam duduk di pesawat.

Ia mengambil ponselnya dan langsung mengabarkan orang-orang dirumah, tentu saja Bima langsung merengek pada Mamah dan kak Vara karna ingin pergi bersama Satya juga.


Sekarang pukul 5 dan mereka berdua baru melangkah keluar dari hotel, mereka belum mempunyai tempat tujuan.

Vivian berjalan sambil menatap ponselnya, menelusuri website untuk mencari tempat wisata yang ingin didatanginya. Kalau tugas Satya sekarang hanya memastikan Vivian tidak tertabrak

Sebenarnya Satya bisa saja mengajaknya ke tempat-tempat yang biasanya ia datangi tetapi ia memutuskan untuk membiarkan Vivian yang memilih.

Akhirnya untuk pertamakali kepala Vivian menoleh kepadanya, ia jadi langsung memberikan semua atensi kepadanya. Vivian menyodorkan ponselnya pada Satya.

"Kesini dulu yuk"

"Oh gua juga belum kesitu, agak lumayan cape si kalo jalan. Gua pesen taxi dulu bentar"

"Eh kalo jauh gapapa kita ke tempat lain aja"

"It's fine Vi, lo maunya kan kesana jadi kita bakal kesana" katanya tersenyum.

Iya lalu tersenyum dan mengangguk, saat pandangannya masih pada Satya tiba-tiba seseorang terlihat sedang terburu-buru. Terlihat ia sedikit menyengol orang-orang didepannya.

"Sini" Satya yang tiba-tiba menariknya agar tidak ikut tersenggol.

Tubuh mereka berdua sekarang telah bertempelan, Satya masih belum melepas genggaman tangannya, sepertinya ia tidak berencana untuk melepaskan.

Untung saja taxi yang dipesan telah datang, jadi mereka berdua bergegas masuk ke dalam. Semoga selesainya tidak terlalu malam karena Vivian ingin ke satu tempat lagi.

Di dalam mereka berbincang sedikit, Vivian menanyakan hal-hal tentang pekerjaan Satya dan Satya dengan senang hati menjawabnya.

Taxinya berhenti di depan cafe yang bernuansa coklat, lampu-lampu yang tergantung di plafon, dan sofa-sofa yang berjejer memberi kesan hangat.

𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐤𝐚 | 𝐩𝐬𝐡 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang