25. The Side Character Tale

323 58 1
                                    


Ceritera: bilang selamat lagi yaaa buat Aaron!!
Ceritera: sama maaf karena aku gabisa dateng:(
Ceritera: aku udah bilang ke dia juga cuma kayaknya dia belum buka hp dehh...
Kaluka: iyaaa udah aku bilangin kok
Kaluka: kamu semangat bikin presentasinya
Kaluka: jangan lupa minum air putih
Kaluka: nanti aku bungkusin makanan. Kamu mau apa?
Ceritera: apa ajaa
Kaluka: okee, tungguin ya. Jangan tidur dulu
Ceritera: aku mah bisa2 nggak tidur kali ngerjain ini ppt
Kaluka: hahaha ya udah entar aku temenin sampe pagi
Ceritera: emang paling baik hati segajat raya ya kamu
Kaluka: dari lahir kok

Luka tersenyum senang dan menaruh ponselnya kembali di atas meja. Ia menusuk satu paha ayam dari tumpukan ayam goreng dengan balutan bumbu kental yang manis di atas piring yang baru datang, masih dengan binar di matanya, mengundang curiga dari 2 orang yang duduk di hadapannya. Apa yang dirasakan Luka sekarang akan terdengar sangat amat berlebihan; tapi menjalin hubungan dengan Tera, meskipun tak banyak mengubah apapun di sekelilingnya, tetap membuat Clinton yang kebanyakkan waktu abu-abu, mulai menjadi kota yang memiliki spektrum warna lengkap. Tera memiliki pengaruh sebesar itu untuk Luka, dan meskipun Luka tidak tahu apakah ia memiliki pengaruh yang sama untuk Tera, bahagia tetap tanpa bisa ditahan menyelimuti dirinya.

Sayangnya, Luka tidak punya keberanian untuk mempertanyakan alasan Tera yang sampai minggu lalu masih menolak mati-matian tawarannya menjalin hubungan, secara tiba-tiba tanpa aba-aba menjadi pihak yang menawarkan. Tera punya banyak alasan; rasa bersalah, kasihan, takut kehilangan atau apapun itu selain rasa yang dimilikinya pada Luka. Luka tidak ingin mendengarnya. Ia hanya ingin percaya bahwa Tera ingin menjalin hubungan murni karena ia memang menyayangi Luka.

"You know I was the one who just won the match, right? Why are you the overly happy one?" Aaron bertanya dengan makanan yang belum sepenuhnya tertelan, terlalu heran mengamati ekspresi Luka yang tak biasa.

"I recognize this. Tera has been having the exact smile for the past few days. Did something good happen?" Patricia menimpali. Kalau menyangkut Tera dan Luka, entah bagaimana rasanya ia seperti dipaksa berada di sisi yang sama dengan Aaron.

"Not really." Luka menggeleng kecil. Senyumnya makin lebar mendengar bahwa Tera ternyata sama bahagianya dengan dirinya.

"That's what people say when good things happened but they just don't want anyone to know," balas Aaron. Dalam kepala masing-masing, Aaron dan Patricia sedang menerka-nerka apa yang mungkin terjadi. Kalau Aaron dengan gamblang menebak bahwa Luka dan Tera berhasil melangkah lebih dari sekadar teman, di sisi lain Patricia ragu. Ia sudah menjadi teman satu kamar Tera selama 1 tahun sehingga tahu opini Tera tentang sebuah hubungan. Oleh karena itu, Patricia tak bisa menebak.

"Lucky bastard. You're dating Tera, huh?" Aaron secara blak-blakan bertanya. Ada selipan tawa kagum dalam pertanyaannya.

"That sounds impossible." Patricia ikut terkekeh, untuk alasan yang berbeda sekali dengan Aaron. Bagi Patricia, pertanyaan Aaron terdengar seperti lelucon. Maka ketika Luka hanya tersenyum tipis dan meneguk habis bir di gelasnya yang tinggal setengah, Patricia menutup mulut dengan tangannya tak percaya.

"You are dating her." Patricia mengoreksi kalimatnya sendiri.

"I am."

"Damn. Congrats bro." Aaron menabrakkan gelasnya dengan gelas kosong Luka, menimbulkan dentingan nyaring sebelum ikut meneguknya habis, sedangkan Patricia masih tenggelam dalam tanya. Patricia memang tahu Tera memiliki rasa untuk Luka. Ia hanya tidak menyangka Tera akan benar-benar melakukan sesuatu tentang hal itu; karena seingatnya Tera pernah mengatakan sesuatu tentang menunggu rasa itu hilang dengan sendirinya.

We Know the Ending (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang