18. The Corner of New York

369 82 2
                                    


"Why can't you take us on a normal holiday to a normal place like a normal person?" Samuel menepuk belakang kepala Luka begitu mereka akhirnya keluar dari Muse Gowanus. Aaron, Patricia dan Gea mencoba menyesuaikan langkah mereka sambil mengatur napas yang masih ngos-ngosan.

Gea menyikut lengan Tera yang berjalan di belakang Luka, menunjuk punggung pria itu sambil berbisik, "Dia pikir kita monyet apa ya, bisa dalam sekali manjat..." rengeknya sebelum kembali memengangi lengannya. Sepertinya uratnya tertarik.

"You know... I think I do have a talent in Aerial Silk. Don't you think?" celetuk Aaron ngawur sambil menggunakan tangan kirinya untuk merangkul Patricia.

"You literally fell and roll on the mattress like an idiot. So get your hands off me, or it'll happen again." Pelototan mata Patricia hanya membuat Aaron tersenyum jahil sambil melepaskan rangkulannya dan mengangkat kedua tangan.

Tera tersenyum setengah hati mendengar semua gerutuan, keluhan, omelan mereka pada Luka tapi pikirannya belum teralihkan. Tera tidak lupa bahwa barusan, di dałam gedung yang baru mereka tinggalkan 10 langkah itu, sambil terpukau menatap Luka yang sedang terbang, Tera tanpa sadar mengakui perasannya kepada dirinya sendiri. Bahwa ketakutannya sejak beberapa bulan lalu menjadi kenyataan. Tera benar-benar jatuh cinta. Sejatuh itu.

Tera mengutuki Luka dalam hati. Kalau saja pria itu tidak seenak jidat mengajaknya bergelantungan di atas kain sutra sialan itu. Tidak akan ia jatuh cinta sekarang. Mata gadis itu menatap tunggung Luka yang sesekali naik turun karena terpingkal bersama Sam dan Aaron. Tera benar-benar membenci dirinya sendiri sekarang.

"Hey, I saw you two earlier." Patricia menyejajarkan langkahnya dengan Tera. Tera sengaja tidak membalas ucapan Patricia dan memilih serius menuruni tangga yang akan membawa mereka ke stasiun subway di Union Street.

Namun ia kemudian menghembuskan napas. "You're right. I don't even need Montauk to actually fall in love with him..."

Patricia tidak terkejut. Dari beberapa bulan lalu saja ia sudah yakin teman sekamarnya itu akan jatuh cinta pada tetangga mereka yang satu itu. Tera memang punya tekad untuk tidak jatuh cinta, tapi bukan berarti ia tidak bisa jatuh cinta. Kelemahan gadis itu ya itu... lupa kalau terkadang jatuh pada seseorang bukan kita yang mengatur. Contohnya; Patricia tidak suka Aaron. Tidak kelakuannya, caranya bicara, gurauannya tidak lucu. Ia tidak suka Aaron, meskipun di mata orang lain Aaron adalah orang yang baik. Tapi Patricia juga tidak akan terkejut jika suatu waktu bisa saja ia akhirnya jatuh cinta pada Aaron. Because that's just how love is.

Cerita tentang anak berandal sekolah yang jatuh cinta pada si kutu buku. Tentang ketua OSIS dingin yang jatuh cinta pada si tukang langgar aturan. Tentang si sempurna yang jatuh cinta sama dia yang tidak punya apa-apa. Kedengarannya klise; cuma terjadi dałam kisah fiksi. Tapi tidak juga kok. Dan belum tentu. Karena terkadang, that's just how love is. Sama sekali tidak memandang siapa, di mana, kapan, kenapa, dan bagaimana.

"Don't be too hard on your self. People fall in love all the time. And incase you forgot, they do, fall out of love too."

Tera tidak tahu bagaimana seharusnya kalimat Patricia membuat perasaannya lebih baik. Tapi setidaknya itu membuatnya kembali sadar, maybe she just needs to wait for either of them to fall out of love.

Setelah satu kali berganti kereta bawah tanah di stasiun 4th avenue, dan beberapa perhentian berikutnya, she finally get a grip on herself saat mereka turun di York Street, berjalan menuju Brooklyn Flea di Pearl Street untuk mencari makan siang.

"Lucu!" Gea memekik melihat kacamata hitam berbingkai emas tipis kemudian mencobanya, memerhatikan sendiri dirinya di kaca. Sahabat Tera itu benar-benar lupa tujan awal mereka ke sini begitu melihat banyaknya tenda-tenda berisi benda-benda selain makanan. Makanan, perhiasan, baju, pernak-pernik, semua ada di sini. Ini baru yang namanya cuci mata saat liburan. Tera menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan melihat Patricia yang juga sudah asik bercengkarama dengan penjaga tenda itu melihat gelang-gelang bergemerincing ditabur begitu saja, saling bertumpukan.

We Know the Ending (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang