On Repeat — Already Gone by Sleeping At LastDublin, Desember 2023
"Loving you— is knowing that the bus will be late but still getting out of the house as early as usual, is knowing that no one is listening but still jumping in into conversation, is waking up at nine a.m. to see the sunrise when I damn well know that the sun is already flying in the sky by then, is repeating this one song when hundred of others are waiting in the playlist, is cooking too many food when there's no one home, is cleaning the room when there's no dust left, is saying thank you to someone who did nothing, is saying sorry to someone who is at fault.
Loving you— is standing in the middle of the storm and saying that I'm having fun, is studying for an exam I already know the answers to.
Loving you makes no sense.
It takes effort I could've put somewhere else, and it takes me thousands of minutes trying to memorize the map that leads to you; still getting lost somehow.
But loving you— is saying I get enough sleep even when I'm too tired to stand, is making sure you're okay even when I myself just want to be buried and disappear.
But loving you— is the first page, last page, and everything in between.
And loving you is writing all the letters inside the book; even when the ink runs out, even when the paper is torn, even when the lines are not pretty.
Loving you is giving up everything, and then regretting it.
But it is the regret that I will regret not having.
So will keep on saying I love you, even though from the start we already know the ending."
Tera berdiri tegak, mengatur napasnya; lalu dałam satu langkah, turun dari panggung kecil di sudut ruangan itu.
Tera pertama kali datang ke tempat ini 3 bulan lalu, sehabis tak sengaja menginjak selebaran yang jatuh di jalan. Viva, adalah sebuah restoran menjelma Wine Bar yang dalam waktu dekat menjadi keharusan bagi Tera. Bukan karena makanan atau minumannya, namun karena keunikannya. Kalimat besar yang pertama mencuri perhatian Tera, "Pay with A Poem." Awalnya ia tidak mengerti, namun ternyata sederhana. Menuliskan, atau membacakan sebuah puisi, sebagai alat pembayaran segelas kopi; cara pembayaran yang cukup terkenal dan leluasa digunakan di beberapa tempat di negara ini. Bayangkan betapa girangnya Tera kala itu.
Memanfaatkan keunggulannya sebagai penyair, Tera datang dengan puisi berbeda setiap minggunya. Tak butuh waktu lama sampai talentanya disadari pekerja-pekerja di sana, yang kemudian berjingkrak heboh ketika tahu status gadis itu setelah menonton videonya di internet. Dua minggu lalu, pemilik restoran ini sendirinya datang pada Tera dan meminta gadis itu membawakan beberapa puisi miliknya sebagai campaign gerakan Pay with Poem di tempat itu, dan itulah alasan dirinya ada di sini, menyelesaikan puisi keempat dan terakhirnya malam ini.
"You are such an amazing love poet," puji Zee, salah satu bartender yang menjadi teman dekat Tera karena perbedaan umur mereka yang tak begitu jauh, dan pribadi yang membuat Tera merasa tak terlalu sendiri di kota itu.
Tera tersenyum pahit. Love Poet adalah satu sebutan yang tak Tera kira akan suatu hari disematkan padanya. Ceritera Kanagara tidak menulis tentang cinta. Memang tidak. Tapi sejak meninggalkan Clinton 3 bulan lalu, semua yang ditulisnya menjadi tentang Kaluka Sandyakala. Tera hanya sedang mengabulkan permintaan pria yang masih amat dicintainya itu; untuk selamanya hidup bahagia dalam tulisannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/274801266-288-k516468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Know the Ending (Completed)
Teen FictionSeseorang pernah berkata pada Luka, bahwa yang terpenting tentang mencintai adalah pengorbanannya. Tapi Luka kemudian jatuh cinta pada Tera, si ambisius yang tidak mau mengorbankan apapun dalam hidupnya untuk cinta. "Jatuh cinta itu mudah. Asal pad...