Tera melepas kacamata yang hanya dipakainya sesekali kemudian memijat batang hidungnya pelan. Tangannya masih menyusuri pelan essay yang harus ia kumpulkan sore ini. Ia mengangkat matanya ketika mendengar pintu ruang kelas yang dijadikan ruangan klubnya setiap Kamis sore itu dibuka kasar. Gadis itu tersenyum kecil pada Xander, kakak tingkat jurusannya yang juga menjadi mentornya saat persiapan mengikuti iWPS dulu. Pria bermata biru itu mengangkat buku yang tergeletak dengan beberapa coretan pensil di dalamnya. Tak lama kemudian ia berdecak."John Milton and Louis Stevenson? Seriously? Didn't I tell you not to take this class? I took The Experience of Reading last year, it almost made me regret my whole decision on coming to Hamilton." Xander menggelengkan kepalanya sambil bergidik mengingat kelasnya tahun lalu.
Tera mengangkat tangan untuk melenturkan badannya yang mulai mati rasa sebelum menguap sejenak dan membalas kalimat Xander. "I nearly followed your step. But the syllabus is just too convincing, I had to take it. Anyway, it's not that bad to spend time with these two amazing writers." Tera mengangkat kedua buku di tangannya.
Xander lagi-lagi menggeleng. "Yeah, tell that to your scary eye-bags."
Tera membuka kamera ponselnya dan menghela napas melihat lingkaran hitam di bawah matanya. Bukan salahnya kehilangan waktu istirahat seminggu ini untuk menulis beribu-ribu kata hanya untuk membandingkan seorang penyair Inggris dan Skotlandia dan karyanya yang ditulis pada zaman yang berbeda. Ini jelas salah dosennya. Meski 5 persen mungkin salahnya juga karena mengabaikan saran Xander untuk tidak mengambil kelas ini.
Tak berapa lama kemudian, setelah pintu silih dibuka-tutup, ruangan itu hampir terisi penuh oleh anggota klub. Tera melirik jam tangannya dan meninggalkan pekerjaannya untuk berdiri dan maju ke depan.
"So, as you all know, we'll collaborate with SPAC this December for their— our program. I don't know how many of you can perform at the event due to the time. And that's why I wanted to ask if any of you want to volunteer. But if you can't because it's the holiday and you have to go home, or somewhere else, that's totally fine."
Tera mendesah lega ketika beberapa mengangkat tangan tanpa perlu menunggunya mengulang perkataannya. Dengan segera, ia mencatat nama-nama tersebut.
"Is there a theme or something?" tanya salah satu anggota.
Tera menggeleng, "Write and speak whatever you want to."
"Will you be performing too?"
Tera menoleh pada Xander, bingung bagaimana mau menjawab pertanyaan pria itu. Xander menangkap kilat ragu Tera.
"Collaborating with Slam Poetry but doesn't get to hear the iWPS finalist perform? C'mon, pity the others." Xander mengangkat sebelah alisnya. Tera memautkan bibirnya sejenak sebelum menuliskan namanya sendiri. Entah mau menampilkan tulisan lama atau barunya, Tera bahkan belum bisa berpikir karena otaknya masih berkutat dengan tugasnya.
Tera kemudian menunjuk Xander dengan ujung pensilnya. "And you'll perform too," menuliskan nama Xander di bawah namanya. Xander melotot tak terima.
"I'm going to Anne's house for new year. Can't do. Sorry, hun."
"Well, lucky you. The event is on Christmas. So, you and your girlfriend are most likely to spend Christmas with us."
"You really are the most annoying junior I ever had." Xander kembali bersandar di punggung kursinya sedang Tera tersenyum penuh kemenangan.
Semua yang ada dalam ruangan itu sudah tak asing lagi dengan pemandangan ini. Semenjak Xander menjadi mentornya, Tera tumbuh akrab dengan pria satu itu. Dan meskipun keduanya memiliki hubungan yang sangat baik, tak jarang mereka berakhir dalam adu mulut sepeti yang terjadi barusan. Hal yang jadi kewajaran di mata anggota-anggota klub ini. Dua anggota terbaik Slam Poetry yang tak bisa melewatkan satu kali pun pertemuan tanpa membuat yang satu naik darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Know the Ending (Completed)
Novela JuvenilSeseorang pernah berkata pada Luka, bahwa yang terpenting tentang mencintai adalah pengorbanannya. Tapi Luka kemudian jatuh cinta pada Tera, si ambisius yang tidak mau mengorbankan apapun dalam hidupnya untuk cinta. "Jatuh cinta itu mudah. Asal pad...