Jakarta, Juli 2028Tera memasukkan semua tumpukan kertas yang ada di atas meja kerjanya ke dalam laci dan menutup pintu ruang kerjanya sebelum melangkah menuju meja makan untuk menemukan satu pucuk surat yang dari kemarin ragu dibukanya. Setelah hampir 3 tahun hanya sekadar bersapa lewat sosial media, Tera tidak menyangka akan mendapat sebuah surat dari Luka di satu hari Selasa di pertengahan tahun, tanpa aba-aba apapun.
Sebuah amplop cokelat sederhana dan tulisan tangan familier di depannya, menyita perhatian Tera.
Ceritera,
Apa kabar? Aku harap kamu baik. I don't really know what to say after all these years not really talking. Bahkan alamat kamu aja aku dapat dari Patricia. Ini Kaluka, just in case you forgot. But I hope not.
Rasanya kalau berusaha jelasin tentang 'kita' bakal buang-buang waktu ya? Udah terlalu lama berlalu juga. Apalagi kalau minta coba lagi, padahal aku yakin sekarang kita berdua udah ada di mana kita seharusnya ada. Aku lihat pertunjukan kamu bulan lalu di Singapore lewat YouTube. Some of the people from your organization juga ada ya? Ah, aku belum bilang selamat tentang organisasi pertama Spoken Word Indonesia yang kamu buat. Aku selalu tahu that you will make it someday, but now that you actually did, I can't help but be honored too to be a little part of your journey.
Ra, aku harap permintaan aku di surat ini nggak akan nyakitin kamu. Aku mau kamu tahu bahwa kita bukan kesalahan penokohan. Kita bukan kesalahan latar dan kita jelas bukan kesalahan alur. Tera, untuk pertama kalinya, aku mau kamu nonton pertunjukan aku. Kali ini aja, aku minta kamu untuk bener-bener hadir. Aku pengin kamu lihat 'kita' dari sudut pandang aku.
Tera, I'll see you there?
Tertanda,
Kaluka Sandayakala
//
Bersamaan dengan surat yang datang satu bulan lalu, satu tiket lengkap dengan booklet pertujukan Luka diterima Tera. Mata Tera menelusuri tiap kursi yang penuh ditempati. Tera merasakan debaran kencang, sadar ini pertama kalinya ia benar-benar menonton pertunjukkan Luka secara langsung.
Saat lampu padam dan mata Tera berhasil menatap Luka bergerak di atas panggung, Tera mengerti jelas apa yang Luka maksud tentang melihat 'mereka' dari sudut pandangnya.
We Know the Ending, drama musikal yang disutradarai dan dibintangi oleh Luka, adalah cerita tentang mereka dari sudut pandang yang berbeda dari yang selama ini Tera lihat. Drama musikal bukan hal yang besar di Indonesia, tapi melihat bagaimana JIEXPO Convention Center & Theater terisi penuh malam ini, Tera tahu kisahnya dengan Luka sudah bukan hanya milik mereka berdua.
Kata perpisahan yang dulu diucapkan Tera, terdengar sangat asing saat ini.
Clinton yang digambarkan Luka dalam narasinya, Tera tidak mengenal kota itu.
Semua kalimat yang seharusnya terdengar nyata, Tera tidak merasa pernah mengucapkannya.
Detik ini ia sadar, Kaluka sudah memenjarakan hubungannya dengan Tera dalam sebuah pertunjukkan, seperti yang selama ini Tera lakukan dengan semua puisi cintanya.
Jadi saat pertunjukkan berakhir, riuh tepuk tangan memekik, dan Kaluka membungkuk pada ribuan penonton, Tera masih terduduk dalam hening.
Dan saat matanya bertemu dengan Kaluka, entah bagaimana bisa di tengah lautan beribu orang ini, pria itu tersenyum padanya, seakan berkata ,"For me, Tera, even if it is not the ending we hoped for, we do have a beautiful ending. And even if I know this will always be the ending, I too, would do it all over again, with you."
- Tamat -
Ditulis dengan semua mimpi yang mungkin tak akan pernah nyata, namun tetap indah untuk dimaknai.
2 tahun dirangkai penuh cinta,
Tera, Luka, dan Clinton beserta semua isinya, pamit undur diri.Soekarno Hatta International Airport,
29 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
We Know the Ending (Completed)
Ficção AdolescenteSeseorang pernah berkata pada Luka, bahwa yang terpenting tentang mencintai adalah pengorbanannya. Tapi Luka kemudian jatuh cinta pada Tera, si ambisius yang tidak mau mengorbankan apapun dalam hidupnya untuk cinta. "Jatuh cinta itu mudah. Asal pad...