***
[Tuan...] Panggil Max.
'kenapa Max?' batin Brianna menyaut.
[Saya pikir anda tidak bodoh untuk membiarkan gadis itu bersama dengan teman anda tuan] ucap Max berterus terang.
[Anda bahkan tahu siapa gadis itu] tambahnya.
Brianna tersenyum tipis, lalu ekor matanya memperhatikan dua insan yang sedang duduk di salah satu sofa. Terlihat jika yang satunya menampilkan raut wajah menahan kesal. Dan satunya lagi berpura-pura meringis kesakitan namun sesekali mencuri-curi pandang kearah pemuda didepannya.
'kau pikir aku ini gadis yang naif Max?' Brianna tertawa di dalam hati.
[Saya tidak tau tuan. Tapi kenapa anda membiarkan gadis itu berada disekitaran anda tuan]
Bianna bersedekap dada 'Max, kuberi tahu satu hal. Awalnya aku tak tertarik dengan para tokoh di dunia ini, akupun tak ingin berurusan lebih banyak dengan mereka. Tapi setelah diberitahu olehmu jika dunia ini tidak seperti yang ada di novel yang kubaca saat itu, membuatku penasaran ingin mengulik lebih dalam bagaimana kejadian yang sebenarnya pada dunia ini. Dan satu lagi kau taukan jika pemeran utama biasanya akan merasakan sakit lebih dulu diawal cerita lalu setelah itu dia akan berakhir bahagia kan?
[Iya tuan, lalu?]
Brianna tersenyum miring 'maka kali ini aku akan menghancurkan spekulasi semacam itu, kita biarkan sang pemeran utama merasakan hal yang bahagia diawal cerita. Kemudian dia akan menderita diakhir cerita. Kau tau kenapa bisa seperti itu Max?'
[Kenapa tuan?]
'tentu saja karena aku pengendalinya. Aku bebas memainkan peran para tokoh disini sesuka hatiku. Dan gadis itu tidak ada apa-apanya denganku. Biarkan dia merasa bahagia lebih dulu. Karena setelahnya aku akan melihat bagaimana dirinya hancur secara perlahan-lahan'. Jawabnya tersenyum licik.
[Anda sangat licik tuan]
Brianna menyeringai 'ini belum seberapa max'.
Kembali melirik kedua insan tersebut terutama pada gadis itu 'kau memang pemeran utamanya Aluna. Tapi maaf, karena disini. Akulah yang menjadi pengendali duniamu!' Brianna membatin dan tersenyum yang tak dapat diartikan.
Brianna menetralkan kembali raut wajahnya berubah kembali lembut, lalu menghampiri kedua insan tersebut "Dami... " panggil Brianna lembut.
Bukan hanya Damian yang menoleh Aluna pun ikut menoleh padanya. Raut wajahnya seolah menunjukkan tak suka padanya "Kenapa Anna?" jawab Damian tak kalah lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA [Proses Revisi]
FantasyMatanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Perlahan-lahan terbuka dengan sempurna, netra matanya melihat ruangan yang terlihat besar dan megah dihiasi dengan aksesoris klasik . Namun, anehnya ada beb...